Suasana acara wisuda itu menjadi sangat riuh, pandangan mereka semua tertoleh ke arah belakang dimana ada pertengkaran yang terjadi disana. Mata mereka menatap heran pada Gustavo Orlando yang mana lelaki itu tiba-tiba saja turun dari podium dan berlari meninggalkan para peserta wisuda yang sedang berada dipodium. Bisikan sinis hingga beberapa dari mereka kini ikut berlari dan mulai mengerumuni Gustavo dan Alison.
Menyadari dirinya menjadi tontonan, Alison melepaskan dirinya yang tengah dipeluk oleh Clarine— gadis itu pun berlari entah mau kemana arah kakinya akan membawanya, setidaknya ia sudah sangat malu dengan perlakuan James untuknya. Bukan hanya dengan Gustavo, tetapi dengan semua orang yang melihatnya. Rasanya ingin sekali menghilang dari muka bumi ini, apakah mati adalah jalan terbaik? Menyusul Thomas? Pikiran nekat itu kini menjadi satu-satunya hal yang ia pikirkan.
Gustavo belum bisa menormalkan pikirannya, ia masih berdiri kaku dan menatap James dengan sengit— tentunya lelaki itu tidak mempermasalahkan bahwa pria laknat didepannya ini adalah orang pertama yang mengambil kesucian Alison, namun Gustavo merasa sangat bersalah— pernah mengatakan hal yang seharus nya tidak pernah ia katakan pada Alison. Kesalahan yang kedua adalah— Gustavo menjebak Alison dalam permainan liarnya, hanya kerena ia tidak mau kehilangan jejak ahli waris Thomas Lincon dan terkesan sangat egois. Akhirnya semua rentetan kesialan Alison mengarah pada dirinya. Seharusnya semua ini tidak pernah terjadi.
Suara seorang wanita membuyarkan lamunannya, Ellen berbisik pada Gustavo dengan kata-kata yang akhirnya membuatnya tersadar, bahwa kesalahan ketiga mungkin akan terjadi.
"Kalau kau tidak mengejar gadis itu, kau akan kehilangan salah satu puzzel dihidupmu, dia bagian yang kau cari selama ini. Sudahilah drama ini...." ucap Ellen, sontak Gustavo menoleh kearah wanita itu. Ucapan Ellen memang benar adanya, tekatnya sudah bulat— Gustavo akan memperbaiki semua kesalahannya.
Tanpa menghiraukan ratusan pasang mata yang pasti sedang menatapnya, Gustavo berlari mengejar Alison yang sudah lebih dulu meninggalkannya. Kaki panjangnya terus berlari mengejar— menatap Alison yang semakin jauh dari jarak pandangnya. Sementara Alison masih terlalu sakit— kehidupan hampir setahun ini, ia lalui dengan normal— tidak ada drama antara dirinya dan Gustavo. Namun pada hari ini, hari dimana seharusnya ia bahagia kemudian seketika hancur, tak bersisa— ia pun tidak yakin apakah bisa kembali bangkit, rasa trauma itu kian menggetarkan hatinya, ketika suara Gustavo memanggil dengan sangat jelas.
"Alison!" Gadis itu seketika terhenti, entah apa yang membuatnya menjadi sangat lemah ketika mendengar suara itu. Tidak, Alison tidak bisa terus mendengarkan hati kecilnya— sampai kapan ia harus menuruti keinginan dalam hatinya? Langkahnya kembali berlari kecil, mencoba tidak peduli dengan suara yang tengah memanggil namanya.
Kesalahan itu kini menjadi sekat antara mereka, Gustavo tidak menyangka bahwa gadis itu terus berlari menjahuinya, kemudian semakin mengecil dari jarak pandangnya. Lelaki itu hampir menyerah, mungkin tak akan ada lagi kesempatan untuknya. Mata lelaki itu menatap nanar— melihat sang penyempurna hidupnya kian menjauh. Apa Gustavo harus menyerah dengan ini? Sementara hatinya memberontak untuk segera membawa Alison kembali kehidupnya.
Gemericik hujan kini perlahan turun, tetes demi tetes mulai menyeruak aroma petrikor— aroma tanah dan air hujan yang melebur. Sepuluh menit yang lalu langit masih terang— tidak ada tanda hujan akan turun. Namun kini berbeda, penonton yang tengah menyaksikan drama mereka mulai berebut mencari tempat untuk berteduh dari amukan air Tuhan yang tiba-tiba saja turun deras.
Alison masih menyeret lekat rentetan kejadian dihidupnya— entah kenapa semua itu terasa menyakitkan namun ada secuil keindahan didalam sana. Air matanya nampak menjadi satu dengan air hujan yang membasahi seluruh wajahnya. Rasanya ingin segera pergi dari situasi ini. Namun, ia pun belum rela untuk menjauhi Gustavo Orlando. Sejujurnya, lelaki itulah orang yang pertama mendapatkan cinta tulusnya. Alison mengerjapkan dirinya ketika sontak ia merasaka sepasang tangan nan kokoh memeluknya dari belakang— wangi tubuh itu seketika menyeruak kedalam indera penciumannya— rasanya bahagia, namun seakan tertupi dengan rasa malu dan kecewa.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ORDER
RomancePRIVAT ACAK. FOLLOW UNTUK FULL VERSION. 23 in Romance (23/06/2018) ? WARNING 21 + ?MENGANDUNG UNSUR DEWASA ? BIJAK DALAM MEMILIH BACAAN. Alison Brooklyn bekerja sebagai petugas pengantar pizza di sebuah kedai pizza. Alison, dia seorang mahasiswi. Ia...