Awal pertemuan

6.8K 335 29
                                    

Selamat datang diawal cerita catatansenja.
Semoga bisa menikmati hangatnya senja dan sejuknya fajar.

Pagi itu aku dan temanku dion pergi ke salah satu gedung yang tidak terlalu tinggi tapi cukup baik untuk menikmati sunrise, aku dan dion memang sudah berencana sejak semalam untuk pergi hunting bersama, dia juga salah satu fotografer dengan kamera lawas, tak jarang kita berdiskusi tentang ini.

Aku dan dion janjian untuk bertemu langsung di lokasi di mana aku akan memotret, aku memintanya datang tepat pukul 5.30wib.
Sebelum terbit fajar aku sudah bersiap-siap karena rencananya aku akan langsung jalan setelah subuh berkumandang.

Seperti biasa, dion datang lebih dulu dariku, karena rumahnya cukup dekat dari lokasi kita janjian.

"Dari tadi yon? Sorry ya lama, tadi gue beli sarapan dulu buat kita makan diatas." sapaku.
"Enggak kok gue juga baru datang nih, pasti nasi uduk lagi kan?."
Sahutnya sambil tertawa.

"Haha lagian cuma nasi uduk yang udah dagang jam segini" jawabku.

Didekat kosanku memang hanya ada tukang nasi uduk, dan ibu penjualnyapun cukup baik hati, dia selalu memberikan potongan harga setiap aku membelinya malah kadang gorenganya yang dia tambah, sepertinya ibu uduk paham sekali kondisi anak kosan di akhir bulan.

"Yuk langsung naik keburu mataharinya tinggi" kataku padanya.

Kita berdua langsung naik ke rooftop, lantai 6 sebuah gedung tua yang sudah lama tidak dipakai, tapi cukup terawat karena di sana ada pak maman salah satu security dan tukang bersih-bersihnya, aku sudah mengenal baik pak maman, mungkin karena terlalu sering aku ketempat ini.
Aku ijin masuk ke pak maman sekalian bawain nasi uduk yang aku beli pagi tadi untuknya sarapan.

Diatas seperti biasa sepi sekali, udara yang sangat sejuk dan sunyi. Matahari yang kemerahan mulai menampakan sinarnya.

Inilah tempatnya, tempat dimana aku selalu menghabiskan pagi dengan menyenangkan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Inilah tempatnya, tempat dimana aku selalu menghabiskan pagi dengan menyenangkan. matahari ketika itu sedang tertutup awan, cuaca bulan juni memang selalu mendung tapi tidak selalu hujan, walaupun begitu aku tetap menyukainya.

di atas sini tidak ada kicau burung, tidak ada pohon rindang tidak ada air terjun, tidak ada bunga edelweiss tapi entah kenapa aku sangat mencintai kota ini.

Tak berapa lama aku datang, ada sekumpulan orang juga datang ketempat itu, kutengok mereka sepertinya dari kampus karena salah satunya ada yang memakai id card yang di gantung dilehernya, mungkin itu digunakan agar bisa masuk ke dalam gedung ini, ya bagitulah peraturannya tidak sembarang orang bisa masuk kesini, kecuali dengan izin yang telah di setujui oleh pihak keamanan.

Aku tidak terlalu memperhatikan mereka, kulihat dion juga lagi sibuk foto-foto,
Sesampainya mereka diatas, mereka pun langsung bersiap untuk mengabadikan pagi ini, mungkin karena takut kehilangan moment, mereka berpencar dan tepat disampingku ada perempuan yang sedang sibuk mengutak ngatik kameranya karena eror, dia kebingungan dan sedikit panik,

Tak lama aku bertanya pada wanita berkerudung hitam dengan pakaian yang tertutup, bajunya rapi tidak terlihat lekuk tubuhnya sama sekali, jujur ketika itu aku tidak terlalu tertarik dengan wanita yang berpakaian seperti ini.
"Kenapa kameranya?"

"Gatau nih gak bisa dipake buat foto, aneh, padahal kemarin masih bisa." katanya.
"boleh kulihat" sahutku lagi.
Dia menyerahkan kameranya padaku dengan hati-hati, sepertinya bukan karena takut kameranya rusak tapi karena takut tangannya menyentuh tanganku, bodohnya aku tidak paham tentang hal itu, malah berpikir "ini perempuan kok sombong banget."

Setelah kulihat kameranya, sama sekali tidak bermasalah, kameranya tidak rusak, hanya saja memory cardnya yang terkunci.
Jadi biasanya di samping memorycard yang bertipe SD card itu ada lock dibagian samping atas sebelah kiri, yang berfungsi untuk melindungi data si pemilik jadi data di memory itu tidak akan bisa digunakan bahkan dihapus.

Setelah selesai aku perbaiki, aku coba sekali untuk memastikan kameranya berjalan normal dan langsung kukembalikan tanpa berkata apapun.

"Terimakasih mas, tadi rusak apanya?" dia bertanya dengan penasaran.

"oh itu cuma memorycardnya aja kok." kataku sembari menjelaskan.

"Okedeh makasih ya mas" kedua kalinya dia mengucapkan terimakasih.

"Panggil aja fajar" kataku bersamaan dengan mengulurkan tangan untuk mengajaknya salaman.

"Aku senja" sahutnya dengan menyatukan kedua telapak tangannya dan tersenyum dengan maksud agar kita tidak bersentuhan.

"baru kali ini ada senja dipagi hari, hehe." kataku untuk mencairkan suasana karena malu, tanganku aku tarik kembali.

Dia kembali tersenyum tanpa berbicara apapun.

Setelah itu tidak ada satupun kata yang terucap dari kita berdua, dia sibuk dengan urusannya dan aku pergi ke arah dion untuk mengajaknya makan.

Sejak awal pertemuan itu, senja sudah memberikan kesan yang sangat berbeda dari wanita yang biasanya aku temui,
Aku sempat mengira bahwa wanita sepertinya tidak akan kutemui di kota besar seperti jakarta ini, kota yang malam jadi siang dan siang jadi malam bagi beberapa teman-temanku.

Dan untuk pertama kalinya diwaktu yang sangat singkat ada wanita yang membuatku kagum, dan mendorongku untuk lebih mengenalnya.

Bersambung.

Catatan senjaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang