2 ♣︎

582 60 1
                                    

Minghao jadi yang pertama bangun. Dilihatnya tamunya masih pulas, jejak air mata terpampang jelas pada daerah seputar pipi membuat desah berat lolos dari bibir kering. Ia beranjak bangun, dalam hati mencaci saat bulat manik menangkap dua buah gelas di atas meja belum tersentuh.

Tepat ketika itu Soonyoung bangun. Ia ingat Soonyoung tidak menatapnya, terus menunduk menggumam 'terima kasih' dan 'maaf sudah merepotkan' – satu hal yang tak pernah ia lakukan selama merusuhi rumah susun Minghao. Balas yang ia lontar tidak lebih dari 'apaan, sih, santai'. Berseri-serinya Soonyoung atas tanggap kasualnya membuat Minghao berjanji dalam hati supaya jangan membahas kejadian malam itu dalam kondisi apa pun, sampai sekarang....

"Hei Myungho, aku benar-benar berterima kasih padamu.."

"Hyung, sudah, ah-"

"Kalau saja aku belum bertemu Heeyoungie, kita pasti—"

Heeyoung Kang, sembilan belas. Perempuan berambut cokelat kemerahan panjang kelahiran Gwacheon ini merupakan kekasih Soonyoung sejak empat atau lima bulan silam; Minghao tak ingat persis. Pertamanya Minghao kira Heeyoung adalah gadis alim membosankan, kutu buku, nona muda yang tak tahu-menahu soal dunia luar (jangan salahkan Minghao, penampilan Heeyoung memang membentuk imej sejenis itu!) – namun nyatanya Heeyoung adalah gadis manis yang cerdas ; pada saat-saat tertentu tingkat kecerewetannya mengalahkan Boo Seungkwan (teman sebangku Minghao tiap menghadiri seminar) dan pada saat-saat tertentu lain ia bisa merengkuhmu, duniamu, problemamu bak sesosok ibu suci.

Sebelum sempat kalimat terselesaikan oleh Soonyoung, Minghao sigap memotong; "—pasti masih tetap berhubungan sebagai kakak-adik tingkat seperti sekarang."

Bukan itu yang si sipit ingin katakan.

"Kalau saja aku belum bertemu Heeyoungie, kita pasti—"

"Tidak butuh pengulangan!"

Lengan Soonyoung dipukul keras.

"Oww! ... Mumu tidak pernah main-main ya kalau melakukan pembalasan. Bagaimana perasaan belahan jiwamu, coba, saat tahu pasangan sehidup sematinya barbar begini?"

Dengkus mengawali ujar pahit; "Dia tidak ada."

"Hah, maksudmu?"

Tiada balas apa-apa lagi dari yang lebih muda. Berdiri dan menepukkan bagian belakang celana, tas selempang gradasi biru berstrip hitam tercantol di bahu kiri entah sejak kapan. "Duluan."



Minghao adalah pembohong besar andai ia bilang perkataan Soonyoung tak terngiang dalam benak. Meski sudah mengingsuntukan bahasan seputar belahan jiwa ke tempat paling belakang di dalam kepala, tetap saja terkadang bahasan itu dengan sendirinya mengambang muncul di saat tak tepat begini.

Belahan jiwa.

Semua orang memilikinya. Tiada yang tahu persisnya kapan pasangan-pasangan akan dipertemukan, namun mayoritas berjumpa di usia delapan atau sembilan belas.

Dan sekarang, usia Minghao sudah 21.

"Dari mana hyung yakin Heeyoung-ah sungguhan... kautahu, belahan jiwamu?"

belahan jiwa [GyuHao] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang