belahan jiwa [GyuHao]

6 ♣︎

Pesan Teks
Kamis, 8 Juli 10.00

Seungcheol:
Hei <
Hao <

Baby 🐸 :
> Jika ini mengenai temanmu itu, hyung, aku minta maaf
> Berhenti menggangguku

Seungcheol:
Astaga <
Kenapa kauini <
Baru jam segini sudah mengomel..... <

Baby 🐸 :
> 😒

Seungcheol:
🤭 <

Baby 🐸 :
> Aku benar, kan

Seungcheol:
Ini memang tentang dia <
Kauharus menemui Mingyu, Hao <

Baby 🐸 :
> Siapa?

Seungcheol:
...temanku <
Yang kemarin kaupukul <

Baby 🐸:
> Oh
> Aku lupa namanya

Seungcheol:
Hao <
Dengar <
Dengar baik-baik, <

Baby 🐸 :
> Aku tidak bisa mendengarmu sekalipun aku ingin.......

Seungcheol:
Benar juga <
Kujemput sehabis kelas? <

Baby 🐸 :
> 😕
> Terserah
> Kelas terakhirku berakhir sebentar lagi
> Tapi aku ada seminar

Seungcheol:
Baiklah <
Lalu <

Baby 🐸 :
> Selesai pukul dua belas kurang

Seungcheol:
👌<
Hampir lupa,
kauingin makan apa nanti? <

Baby 🐸 :
> Apa saja asal bukan omongan manis

Seungcheol:
Hao...... <

Baby 🐸 :
> :    )
> Belajar yang benar sana
> Jangan menggangguku terus
Dibaca pada 10.20

◘

"Mau ke mana?" Tanya Boo Seungkwan padanya yang terburu-buru merapikan serak buku di atas meja sewaktu dosen berlalu ke luar ruang. Pemuda itu membantu Minghao memasukkan pena penyorot warna-warni serta selusin penghapus ke dalam tempat pensil. Komentar mengenai mengapa si wira Cina mengisi tempat pensil dengan begitu banyak barang nyaris terlontar, jika saja Seungkwan tak mendadak ingat jumlah pencuri alat tulis kian meningkat dari tahun ke tahun seakan profesi itu diturunkan tiap angkatan.

"Urusan." Minghao tahu jawab kurang jelas hanya memancing ingin tahu Seungkwan, namun hal itu kurang jadi prioritasnya sekarang. Narasumber seminar, dari mana pun asal mereka, tak pernah gagal memancing amarahnya, – mulai dari datang terlambat sampai terlambat pula mengakhiri perkuliahan. Semoga saja Cheol-hyung tidak kelamaan menunggu.

"Sama?"

Dibantunya Minghao mengenakan ransel.

Tuh, 'kan.

"Orang." Sambil tali pengikat ransel yang longgar dikencangkan, ia berbalik badan. "'Makasih, Kwannie!"