Kami bertemu di tempat yang berbeda. Dia berdiri dengan camilannya sedang menatapku yang baru saja membuka jendela kamar. Mulai dari situ kami sering mengobrol melalui jendela sebagai perantara.
Lino namanya. Arlino Pangestu.
Dia yang suka makan dan takut ketinggian. Selalu mengajakku bermain walau sering kutolak.
Lino tempat istirahatku. Disaat orang tuaku menuntut diriku yang bernotabene anak tunggal. Ikut bimbel sana sini padahal usiaku masih belia. Mungkin karena itu Tuhan mengrimkan Lino sebagai tempatku menghilangkan rasa penat walaupun hanya mengobrol lewat jendela.
Lino cowok baik. Tapi aku menyakitinya kali ini.
"Ma-af..."
Aku menahan tangisku agar tidak pecah. Baru saja aku menorong Lino sampai jatuh tersungkur. Lutut dan telapak tangannya tergores, dahinya pun membiru.
Dia berdiri lalu membersihkan baju dan celananya yang lusuh karena pasir lapangan. Ia terkekeh seperti tidak ada apa-apa.
"Ma-ma-maaf... Lino, aku minta maaf," tuturku berkali-kali.
Mataku mulai memanas dan berair. Akhirnya akupun menangis sambil memanggil nama ibu.
"Kok kamu nangis?" Tanya Lino yang kebingungan.
Aku tak menjawab aku menangis sejadi-jadinya. Bahkan aku tak kuat untuk berdiri.
Aku merasa bersalah telah mendorongnya apalagi melukainya. Karena Lino tidak pernah mendorongku ataupun menyakitiku.
Lino ikut berjongkok. "Udah. Kan aku yang jahilin kamu."
Tangisku mulai mereda. Aku mengusap mukaku yang dipenuhi oleh air mata. Aku menatap Lino yang diam melihatku.
"Ayo pulang."
.
.
.
.
.You as Jingga Nadira Jayanti
Lee Minho as Arlino Pangestu
.
.
.
.
.Yaaaa... aku habis unpub cerita ini. Karena memang perlu direvisi hehe.
Sebentar lagi aku selesai nulis draft-nya. Cerita ini nggak panjang. Mungkin juga klise. Tapi semoga kalian suka ya🌻
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑱𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 | ft. Lee Know ①
Teen FictionJingga, Lino, serta jendela pada senja Ft. Lee Know