Aku telah sampai di lapangan lebih awal dari waktu yang dijanjikan. Bahkan lebih awal dari Dira yang suka datang awal.
Aku berdecak karena Dayu yang ku mintai pendapat malah melontarkan ejekan untukku. Katanya aku terlalu gugup.
Dira sudah datang. Hatiku tak karua. Ia menyerahkan paper bag untukku. Seketika aku ingat dengan bungkusan buku yang tertinggal di rumah. Sebisa mungkin aku membuat ekspresiku santai. Padahal dalam hati aku merutuk bodoh untukku.
"Keliatannya gue jatuh dua kali di sini, Ra."
Jatuh cinta.
Namun setiap menatap Dira aku sudah jatuh. Kalau di tempat ini sih, ini kedua kalinya.
Seketika aku merasa geli karena hendak melontakan gombal pada Dira. Meski Dira bertanya-tanya aku mengurungkan niat untuk mengucapkan alasanku terjatuh. Rasanya geli.
Setelah beberapa saat aku mengucapkan kalimat sakral untuknya. Simpelnya aku mengutarakan perasaanku pada gadis ini.
"Gue suka lo."
"You did that!"
Aku berdebar-debar memikirkan jawaban Dira. Saat ini aku tengah mengoceh tentang isi hatiku yang tak ingin Dira pergi walau ia menolakku.
"You know the answer."
Serius.
Kalimat itu membuat otakku bekerja keras. Sampai akhirnya Dira memelukku. Aku bisa memastikan bahwa ini adalah jawaban 'iya' darinya.
⚽️
Malamnya kami masih berbincang seperti biasa, lewat jendela. Aku telah memberikan bingkisanku pada Dira dengan gugup sehabis dari lapangan. Mama sampai tertawa karena tingkah cerobohku. Beliau sempat membocorkan bahwa aku memasak ayam khusus untuknya, namun aku sendiri yang menghabiskan sebelum ayam itu sampai pada orang yang sepantasnya memakannya. Membuatku malu sampai ke ubun-ubun.
"Gue seneng banget dapet ini!" Dira tersenyum bahagia. Ia memeluk buku pemberianku lalu melahap permen lolipop yang aku berikan.
"Gue juga seneng banget lihat gambar lo."
Dira memberiku gambar dan buku berjudul 'The Little Prince'. Gambar Dira aku tempel di dinding kamar, di depan kasur sebagai pengantar tidurku. Ia menggambar figurku. Dibalik kertas gambarnya ia berpesan bahwa anggap saja itu aku, ia berfikir bahwa gambarnya tidak mirip dan banyak kekurangan. Padahal gambar sahabat, ralat, pacarku itu luar biasa hebat.
"Ini buku anak-anak ya?" Tanyaku pada Dira sambil menunjukan buku pemberiannya.
"Kind of."
Aku membolak-balik halamannya. Buku tipis ini mempunyai ilustrasi yang sangat lucu.
"Gue tahu buku itu dari teman."
Aku senang Dira mempunyai teman yang bisa diajaknya berbagi hobi seperti membaca buku. Aku penasaran dengan orang itu, "siapa?"
"Pelangi anak SMK X"
SMK X adalah sekolah tempat pertandingan futsalku dilaksanakan.
Ternyata Dira sudah mempunyai teman sejauh itu aku jadi bangga.
Angin malam semakin dingin aku menyuruh Dira untuk segera tidur karena besok adalah hari senin.
"Tidur, Ra."
"Lo juga. Night," Dira tersenyum manis sekali.
Aku ikut tersenyum melihat pacarku itu.
"Night. ily."
KAMU SEDANG MEMBACA
𝑱𝒊𝒏𝒈𝒈𝒂 | ft. Lee Know ①
Ficção AdolescenteJingga, Lino, serta jendela pada senja Ft. Lee Know