04 | Teman Bahagia

14 14 3
                                    

Kadang kamu memilih untuk menahan dan membiarkan cinta pergi, bukan karena tak ada cinta tetapi takut mencintai lalu kehilangan lagi

- Kafta Sanjaya

"Kak Kafta, anterin Kaina ke tempat les pokoknya. Gak boleh nolak."

Kafta menoleh kearah gadis bernama Kaina itu. Ya, Kaina adalah adik perempuan yang Kafta miliki. Gadis berumur enam belas tahun itu bisa dibilang terlalu manja pada Kafta.

Seperti sekarang, ia sedang merengek pada Kafta agar kakaknya itu ingin mengantarkannya. Kadang Kaina sering mengancam jika Kafta tak ingin menuruti kemauannya. Kadang ancaman bunuh diri yang sering dipakai oleh Kaina.

"Kai, gue capek. Lo berangkat sendiri aja ya? Tugas kuliah gue numpuk sumpah Kai."

Kafta duduk disofa berwarna krem itu, kemudian membuka kedua sepatunya secara bergantian. Kafta baru saja pulang sehabis kelas nya di kampus telah usai, tetapi adiknya itu tidak memiliki pengertian padanya.

"Kak Kafta gak mau nganter Kaina? Oke nanti Kaina.. "

" Udah deh Kai, gak usah ngancem pake acara bunuh diri lagi. Kalo emang lo bosen hidup, yaudah sana mati. Simple."

Kafta berjalan masuk kedalam kamarnya. Membaringkan tubuhnya dikasur itu. Rasa penatnya seakan hilang saat bertemu dengan kasur kesayangannya itu.

Saat ingin menutup kedua matanya, suara ketukan pintu yang tak bersahabat itu terdengar. Kafta berusaha untuk menulikan pendengarannya tetapi ketukan itu semakin terdengar keras. Dengan malasnya, Kafta berjalan kearah dimana pintu berada dan membukanya.

"Apa?" tanya Kafta dengan kesal.

"Kak Kafta gak mau nganter Kai nih?" tanya nya memastikan. Kafta hanya mengangguk, dan berniat untuk menutup pintu itu. Tapi tangan Kaina mencegahnya.

"Apa lagi sih, Kai?"

"Ih, lesnya disini aja ya? Kan biasanya lesnya itu suka di rumah temen temen Kai. Kak Kafta mau nganter apa les nya Kai disini?" tawar ya.

"Terserah lo, gue mau tidur. Tapi jangan berisik lo ya Kai. Temen lo itu berisik semua." ujar Kafta.

Kafta menutup pintu, kemudian berjalan kearah kasur dan berbaring disana. Detik selanjutnya Kafta pun tertidur nyenyak disana. Wajahnya yang lelah nya itu terlihat disana.

Hampir seharian Kafta berada di kampus, belajar dan terkadang membantu dosen dosen yang meminta pertolongan Kafta. Dan setelah selesai dengan masalah kampus, Kafta pun berkelana mencari objek yang pantas untuk dibidik oleh kamera nya itu.

🕊️🕊️🕊️

19.12

Kafta terbangun dari tidurnya. Suara tertawa dari beberapa orang terdengar oleh indra pendengaran Kafta. Kafta duduk ditepi kasur, kemudian mengumpulkan nyawanya yang masih berkelana.

Kafta berjalan kearah kamar mandi yang memang berada diujung sisi ruangan. Kemudian ia membersihkan tubuhnya itu. Beberapa menit kemudian, Kafta keluar yang sudah dibalut dengan celana jens selutut serta kaos polos berwarna hitam.

Kafta mengeringkan rambutnya yang basah dengan handuk kecil. Kemudian berjalan keluar menuju dapur untuk sekedar minum. Handuk kecil itu ia kalungkan dilehernya.

END OF STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang