08 | Tak Selamanya Perjuangan Berakhir Indah

8 5 0
                                    

Mereka bilang, hakikatnya wanita itu dikejar, bukan mengejar.
Lalu mengapa jika ada wanita yang mengejar cintanya dianggap tak punya harga diri?
Bukankah itu membuktikan besarnya cinta yang dimiliki? Lihat semua hal dari segala sisi.

Marisa Arayana

Tidak ada manusia yang tidak memiliki cinta, namun banyak manusia yang menyia-nyiakan cinta, atau bahkan mengsalah artikan cinta itu sendiri. Tidak banyak manusia yang memahami arti sesungguhnya dari cinta.

Gadis dengan kuncir kuda itu berjalan dengan senyum yang mengembang, membawa sebuah kotak berwarna merah ditangannya. Mencari seseorang yang ia tuju, namun langkahnya terhenti saat melihat seorang pria sedang duduk bersama dengan kedua temannya.

Gadis itu berjalan menghampiri mereka. Memberikan sapaan hangat untuk ketiganya yang disapa balik oleh mereka, kecuali salah satu diantara mereka yang masih menatap datar gadis itu. Seolah tidak peduli akan keberadaannya.

"Pagi, Ali. Sarapan pagi buat kamu."

Gadis itu memberikan kotak merah berisi sarapan pagi untu pria bernama Ali itu. Namun, Ali hanya melirik sekilas kearah kotak merah itu. Kemudian kembali fokus pada ponsel miliknya.

"Ali, kamu belum sarapan kan? Aku bawain nih, khusus buat kamu." ujarnya.

"Aciaa si bos. Dapet sarapan pagi nih, kapan Dota juga dapet ya?" suara salah satu temannya terdengar.

"Mar, berhenti kamu bersikap berlebihan sama saya."

Suara Ali membuat senyumnya memudar. Perlahan, bahunya turun diikuti oleh gerakan tangannya yang menurun. Rasa sakit itu kembali ia rasakan, namun itu tidak berlangsung lama karena senyum cerahnya kembali terlihat.

"Ah, aku cuma mau kasih sarapan kayak biasa. Jangan lupa dimakan ya? Semangat belajar!"

Marisa Arayana. Gadis berumur enam belas tahun itu baru saja mengenal cinta. Didahului dengan rasa kagum kepada sesosok pria bernama Alivato Jordanian. Yang sekarang bermetaforsa menjadi sebuah rasa sayang bahkan rasa cinta.

"Aku ke kelas dulu ya, Li."

Marisa memberikan senyuman manisnya, meletakkan kotak makan itu di depan Ali. Kemudian melirik kearah dua teman Ali, tersenyum sekilas sebelum akhirnya pergi meninggalkan ketiga pria itu.

📍📍

Marisa berjalan dengan senyum yang mengembang. Salah satu tangannya menggenggam sebotol air mineral yang sengaja ia beli tadi di kantin, mengingat hari ini adalah jadwal latihan eskul basket sekolahnya.

Tentu saja Marisa semangat, apalagi saat melihat pujaan hatinya itu ikut bergabung dan menjadi kapten basket. Itu membuat rasa bangga tersendiri untuk Marisa yang sangat mengagumi pria itu.

"Hai, Ali. Seperti biasa, aku bawain minuman."

Marisa tersenyum senang melihat Ali dihadapannya. Ali berjalan menghampirinya, begitu pula dengan teman teman nya yang lain. Duduk di tepi lapangan, mengelap keringat atau meminum air mineral milik mereka. Bahkan ada beberapa dari mereka membuka baju, memperlihatkan dada polos yang mengucur keringat.

Marisa memberikan botol mineral itu pada Ali, awalnya ia akan mengira Ali menolaknya seperti biasa, atau ia berikan pada temannya. Namun, Marisa teekejut saat Ali menerimanya dan meminum setengah isi dari botol itu.

END OF STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang