05 | Choco Hazelnut

16 14 4
                                    

Kalau kamu pernah merasakan hujan saat langit tidak mendung, berarti kamu tau rasanya air mata jatuh tetapi bibir tersenyum.

- Rafa Pratama

Sebuah kamera melingkar indah di leher Rafa. Saat ini Rafa sedang berada di taman komplek dekat perumahannya. Hampir setiap pekan Rafa melaksanakan kegiatan rutin ini. Hasil hasil bidikkannya terkadang ia serahkan pada dosen yang mengajar.

Rafa duduk dikursi panjang. Ia memandangi hasil hasil bidikkannya. Rafa tersenyum pada salah satu gambar dimana seorang anak kecil pria tengah dipeluk oleh ayahnya. Dari semua gambar itu, Rafa menyukai foto yang dipandang nya.

Saat ingin mengganti pada foto selanjutnya, suara tangisan seseorang terdengar oleh indra pendengaran nya. Rafa menoleh kesamping, disana duduk seorang gadis. Tangisan gadis itu sangat memilukan bagi Rafa.

Rafa menoleh kesekitarnya, beberapa orang menatap kearah nya lebih tepatnya pada sang gadis. Rafa tahu apa yang mereka pikirkan. Mereka pasti berpikir bahwa Rafa lah yang membuat gadis itu menangis.

"Tangisan lo itu ganggu, jadi bisa diem?" ujar Rafa. Tak ada nada lembut yang tersirat.

Gadis disamping Rafa itu semakin menangis karena mendengar kalimat yang baru saja diucapkan oleh Rafa.

"Mas tuh gak tau ya, saya tuh lagi sedih mas." ungkap sang gadis.

"Ya urusannya sama gue tuh apa?!" kesal Rafa.

"Mas nya bantu nenangin saya kek, ini malah marah marah sama saya."

"Lo, siapa gue? Peduli apa gue?"

Rafa bangkit dari posisinya karena rasa kesal dalam dirinya memuncak. Tapi baru satu langkah Rafa beranjak, gadis itu semakin mengeraskan tangisannya dan itu membuat semua orang benar benar melirik kearah Rafa.

"Kok lo malah makin jadi sih?!" kesal Rafa.

Gadis itu mendongak. Ia menatap kearah Rafa yang sedang kesal padanya. Setelah itu hanya tangisan yang terdengar oleh Rafa.

Rafa tidak ingin mereka menganggap Rafa adalah lelaki tidak baik, dan dengan berat hati Rafa mengajak gadis itu untuk ikut bersamanya. Dengan kondisi yang masih menangis walau sudah meredam, ia tetap mengikuti kemana pergi nya Rafa.

Dan disini lah mereka, duduk berdua disebuah cafe yang terletak tidak jauh dari taman tadi. Gadis itu sudah berhenti menangis, walau terkadang air matanya masih sempat keluar. Tapi karena tadi Rafa memintanya untuk tidak menangis, dan gadis itu mencoba untuk menuruti kemauan Rafa.

Rafa memanggil salah satu pelayan disana. Seorang dengan seragam berwarna hitam itu datang menghampiri mereka dan memberikan sebuah buku menu yang sempat dibawanya.

"Choco Hazelnut."

"Choco Hazelnut."

Mereka memandang satu sama lain. Mereka menyebutkan salah satu menu yang tersedia bersamaan. Kemudian pelayan itu pergi setelah mengetahui pesanan keduanya.

"Ngikut aja sih lo." kesal Rafa.

"Ih, itu menu favorit saya mas."

Rafa menatap kesal pada gadis di hadapannya itu. Rafa kurang suka jika gadis itu memanggilnya dengan sebutan mas. Rafa seperti merasa lebih tua, padahal Rafa rasa mereka itu seumuran.

END OF STORYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang