Bab 7 : Eksekusi Rencana

132 2 0
                                    

Tembusan tangan di pintu menjadi penanda kalau bukan saja makhluk itu menjijikan tapi juga kuat , seperti akting Dwayne Johnson di film Tooth Fairy atau kereta api kelas ekonomi di Indonesia , jika kuatnya dibuang.

Semua jiwa dalam ruangan itu tergetar , semua mata tertuju pada satu tangan dan berbalik badan , bak juri di X-Factor. Seketika tangan itu hanya berdiam saja disitu dan kemudian ditarik lagi. Emosi kelima insan dipermainkan oleh makhluk dengan otak yang malfungsi.

Keheninganpun terjadi , hingga ...

" Ah , kepalanya masuk ke pintu !!!" teriak Gatau spontan dan lantang yang terlihat seperti habis melihat gaji DPR perbulan.

Kepala Bu Khan terlihat jelas dan seakan merayu untuk segera ditembak. Kontan saja Hani berlari ke kotak senjata dan mengambil sebuah Sawed Off Shotgun dan lantas menembak secara brutal ke arah pintu atau tepatnya bagian dahi Bu Khan secara brutal dan berkali-kali. Seluruh ruangan kembali ke fase diam lalu ke fase riuh , tak berhenti Ayu , Gatau dan Bu Sulis menceritakan betapa kagetnya mereka dan betapa menjijikannya zombie itu serta betapa mahalnya tv yang dibeli diluar Pak Ra'is. Sedangkan Jupri terdiam di pojok ruangan dan terlihat semakin pucat.
Hani yang merasa khawatir akan temannya itu langsung mendatangi dan mengecek kawannya itu ,

" Pri , kok diem aja di pojokkan? Mules ya ?"

Tidak menjawab , Jupri hanya menunjuk tangannya yang sedang dipeluknya dan terlihat sangat pucat.
Sesaat kemudian dia membuka pelukan di tangannya dan menunjukkan kalau dia telah tergigit.

Hani lantas menatap ngeri dan iba pada si pecinta jejepangan berminyak itu , " Pri , kenapa gak bilang? Tadi udah dapet obatnya ? " Jupri lantas menunjuk lemas kepada beberapa botol obat disebelah kirinya. Hani lantas melihat-lihat dengan tampang bingung , " Ini diminum atau dituang ke kulit ? " Jupri memandang kesal namun lemas , berusaha berteriak kencang namun lemas , berusaha lemas malah tambah lemas.

" Hey , kalian tiga kesini deh , daripada bicara gak penting mendingan nolongin Jupri sebentar "

Bu Sulis memandang balik Hani yang terlihat sangat ketus , " Kau pikir ada yang lebih penting daripada menanamkan bibit muda untuk belajar tawar-menawar harga sayur di tiap outlet dan franchise seluruh Kota Kamal agar mereka dapat menstabilkan pengeluaran dan mengontrol finansial sejak dini ? "

" Menolong seseorang yang hidupnya sedang diambang-ambang ? "

" Betul juga " balas Bu Sulis datar.

" Lebih baik jalankan rencana tadi , ayo sekarang berpencar dan mari selamatkan yang masih bisa diselamatkan ! "

Ayu dengan lincah mengambil kotak senjata , dibarengi dengan Gatau mengambil sekotak minuman es teh dan Hani dengan sergap menenteng Jupri. Mereka berusaha mencari Gilang , sebab Gilang salah satu anggota terbaik dari dokter remaja yang mereka rasa mampu mengatasi masalah ini , walau mereka yakin dokter remaja tidak punya protokol kiamat zombie.

........................................................................

*SEDIKIT POTONGAN

Ekskul masing-masing tokoh dalam cerita ini :
- Gilang : Dokter Remaja
- Ayu : Klub Inggris
- Gatau : Robotik
- Jupri : Teater
- Hani : Ekstrakurikuler terlalu overrated
........................................................................

Ayu dan Gatau langsung mengarah ke perpustakaan , untuk menjemput sahabat Gatau tercinta , Lutfi , merek berpisah di lorong tangga , mereka melambaikan pistol (melambaikan tangan dengan pistol di tangannya). Ruang dan waktu serasa diam , dan berhenti sejenak , saat mereka melambaikan selamat tinggal . Mereka belum tahu itu ucapan selamat tinggal barangkali bisa jadi yang terakhir.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 23, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SMP ANTIVIRUSTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang