Last Day .2.

284 29 14
                                    

Eunkwang mencengkram pergelangan Nari sedikit erat. Seolah ia tak ingin gadis itu pergi menjauh darinya. Sementara Oh Nari merasakan degup jantungnya yang semakin ingin lepas dari tempatnya.

"Eunkwang, apa yang kamu lakukan?" tanya Nari gugup.

Eunkwang membuka matanya dan tertawa kecil. "Aku lapar, Ri.."

Oh Nari membelalakan matanya..

***

Nari sedang berada di depan kompor yang tengah menyala dengan panci di berisi ramyun. Gadis itu sudah berganti pakaiannya dengan pakaian rumahan, kaos oblong serta celana pendek selutut. Rambut panjangnya ia gelung ke atas, menampakan leher jenjang putih nan mulus milik gadis itu. Nari sedang memasak ramyun karena Eunkwang berkata jika dia lapar. Dia memasak dua bungkus karena ternyata perutnya juga keroncongan. Nari bukan tidak makan bersama Minhyuk, tapi gadis itu tergiur karena aroma sedap ramyun menusuk hidungnya. Dan Eunkwang, bukan berarti dia juga tidak makan, dia makan bersama ibu Nari. Tapi pria itu tidak menikmati makanannya karena memikirkan tentang pernikahan Nari dengan kekasihnya, Minhyuk.

Nari meletakkan panci berisi ramyun itu di atas meja makan di mana Eunkwang tengah duduk menunggunya. Namun sampai Nari duduk di sebelah Eunkwang, pemuda itu masih hanyut dalam lamunannya. Membuat Nari menggeleng-gelengkan kepalanya.

Masih ngantuk kayanya ini cowo..

"Hei!"

Pukulan di tangan Eunkwang membuat pria itu tersadar dan mengusap tangannya berpura-pura kesakitan. "Awww!!"

"Kenapa melamun? Kamu bilang kamu lapar!" omel Nari.

"Banyak sekali, Ri?" Eunkwang melongok isi panci kecil di hadapannya.

"Hehehe, aku juga lapar. Kita makan berdua ya.." ucap Nari sambil nyengir.

Eunkwang dan Nari melahap ramyun di hadapannya secara bergantian. Ini adalah hal yang sering mereka lakukan dulu saat masih sekolah, jika tidak di rumah Nari, pasti di rumah Eunkwang. Melahap ramyun langsung dari pancinya membuat rasa ramyun itu semakin nikmat. Begitu kata mereka.

Tidak ada percakapan di antara keduanya, yang ada hanya suara ramyun yang Nari dan Eunkwang seruput agar masuk ke dalam mulut mereka. Mereka hanya terkekeh saat mata keduanya bertemu.

"Lama sekali tidak seperti ini, kan, Ri?" Eunkwang memulai obrolan.

"Iyalah, kamu nggak pernah pulang ke Busan. Berapa tahun coba? LIMA TAHUN!!" ucap Nari sambil menghadapkan lima jarinya ke hadapan Eunkwang. Pria itu terkekeh.

"Iya, iya, maaf. Abis lulus sekolah itu aku sibuk kuliah, kelar kuliah aku kerja. Mana kerjaan nggak ada abis-abisnya lagi, aku jarang banget dapet libur. Ini aja aku maksa Ayahku ngasih libur cuma dua hari.." jelas Eunkwang panjang lebar.

Nari hanya mengangguk paham. Gadis itu tahu sebenarnya apa yang Eunkwang katakan bukan hanya alasan. Karena selama berjauhan, tak jarang Eunkwang menelepon Nari untuk bercerita atau sekedar menanyakan kabar. Eunkwang juga menceritakan jika saat ini pemuda itu tengah melanjutkan perusahaan keluarganya. Namun, setahun belakangan ini Eunkwang jarang sekali menghubungi Nari, begitupun sebaliknya. Selain Nari sudah mempunyai kekasih, ia juga merasa segan jika harus menghubungi Eunkwang lebih dulu. Takut jika gadis itu hanya mengganggu pekerjaan sahabatnya ini.

***

"Maaaaa!!!!!"

Suara cempreng Oh Nari memecah kedamaian rumah sederhana itu di pagi ini. Dia berlari ke dapur dengan wajah bantal dan rambutnya yang masih acak-acakan, bahkan gadis itu tidak sadar jika ada pemuda yang tengah tertawa melihat tingkahnya.

LAST DAY [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang