Part Five: Awkward Silence

859 16 0
                                    

"Maria, k-kau dengar semuanya?" Tanya Greyson gagap. Cody menggigit bibirnya dengan penuh rasa bersalah.

"Apa yang aku dengar? Oh, tidak! Aku hanya sedang berjalan, aku tidak menyadari ada air dan terpeleset... cangkirnya jatuh dan pecah," Dustaku. Sekilas Cody dan Greyson terlihat lega. "Memangnya ada apa? Kalian bicara apa?" Tanyaku berpura-pura tidak tahu.

"Tidak, tidak. Tidak ada apa-apa, hanya pembicaraan sesama lelaki, haha." Dusta Cody sambil tertawa kecil. Aku ikut tertawa.

Setelah itu aku membersihkan pecahan beling dengan hati-hati, lalu membuat teh yang baru. Aku menyediakan cemilan, siapa tahu mereka lapar. Setelah itu aku duduk sambil menggigit bibir. Kepalaku penuh dengan banyak pikiran--seperti, 'apakah yang dikatakan mereka berdua itu benar?' atau, 'apa mereka benar-benar menganggapku seorang nerd?' dan 'apa mereka betul-betul menyukaiku?'--dan menyebabkan aku harus menggelengkan kepalaku untuk menepis pikiran tersebut jauh-jauh. Ternyata Greyson memperhatikan gerak-gerikku yang aneh,

"Kau tidak apa-apa, Maria?" Tanya Greyson dengan wajah khawatir. Aku menggigit bibir agar aku tidak tersenyum melihat wajahnya yang tampak khawatir itu--bukannya aku senang dia khawatir tentangku--lalu menggeleng. Dia mencoba melihat ke dalam mataku, mencoba mencari kebenaran dalam mataku. Aku buru-buru membuang muka.

Hening. Aku terjebak dalam keheningan ini, dan entah kenapa aku tidak bisa keluar. Seperti terjebak dalam rumah hantu yang sangat gelap, dan tiba-tiba semua temanku hilang entah kemana, meninggalkan aku sendiri yang kebingungan mencari mereka kemana-mana. Dan peran Greyson+Cody dalam perumpamaan ini adalah hantu-hantu yang baik dan ingin membuatku keluar dari sini. Tapi bagaimanapun juga, hantu ya hantu. Tidak mungkin baik, membuatku merasa 'awkward' berada bersama mereka.

Dan hantu selalu mencari mangsa.

Mangsa. Mangsa! Ya ampun, aku baru sadar. Yang namanya hantu ya jahat! Atau, hantu yang jahat itu disebut iblis, dan hantu yang baik disebut malaikat? Karena hantu tidak bisa dikatakan sebagai setan... ataupun malaikat. Tapi hantu banyak mencondong sebagai sosok yang jahat dan menginginkan sosok manusia.

Atau, hantu adalah setan yang terperangkap di dunia manusia, dan tidak bisa menuju neraka ataupun surga. Diapun mencari teman agar dia tidak sendiri, bukan karena dia menginginkan mangsa... atau sebaliknya? Dia terperangkap di dunia manusia, dia suka sendiri tapi menginginkan mangsa?

"Ekkhm." Deham Cody, membuatku sadar kembali. Aku telah kembali dari dunia perumpamaanku.

Argh, kenapa aku malah menjalar ke dunia spiritual?

"Jadi... apa yang kau bicarakan tadi?" Tanyaku ngerocos. Dalam hati aku ingin menonjok diriku sendiri. Really, Maria, Really? Cuma itu yang bisa kau tanyakan? mengapa kau tanyakan itu... Duh!

"Tidak, bukan apa-apa." Jawab Greyson dan Cody berbarengan. Kenapa aku begitu bodoh, hanya untuk menanyakan sesuatu yang bisa mencairkan suasana?! Tunggu, mencairkan suasana. Cair... suasana.

"Aha! mau aku ambilkan--" Kata-kataku terputus. Pikiranku berpikir dua kali, bagaimana jika saat aku pergi mereka malah berantem lagi? Atau, lebih buruk? "--Errr--Tidak jadi..." Ujarku setengah berbisik.

Mereka tampak selalu melihat jam, apa mereka ada rencana dengan orang lain? Atau... mereka hanya tidak suka dengan keheningan yang menyesakkan dada ini? Aku memutuskan untuk memikirkan apa yang akan aku bicarakan. "Uhh... kalian mau pulang?" Tanyaku blak-blakan. DUH, MARIA!! Aku menyesali apa yang baru saja aku bicarakan.

---

(Greyson's POV)

"Umm... iya, aku... uuhh... ada janji sama... nngg... Ariana...?" Jawabku, yang daritadi tidak bilang apa-apa. Argh, Greyson!! Mengapa kau malah menyebut nama Ariana disini?! Aku melirik Cody yang sedang nyengir penuh kemenangan. Lalu aku menoleh ke Maria yang terlihat sangat tegang, sepertinya dia baru saja mendengar percakapanku dan Cody.

"Kalau aku sih ada janji dengan keluargaku." Ujar Cody penuh bangga. Aku merasa senang dia menyebut nama keluarga di sebuah panti asuhan, terlebih didepan Maria yang sebenarnya adalah anak yatim-piatu. Posisi kami sama, -1 dan -1. 

Senyum Maria lenyap seketika. Aku melirik Cody dengan penuh kemenangan, sedangkan dia menyipitkan matanya.

"Uhh, yeah. Maksudku, kalian berdua terkenal dan--" Maria tidak melanjutkan kata-katanya, hanya menaikkan kedua bahunya sambil tersenyum kecut. "Kalian boleh pulang, lagipula... aku... uhhh... pokoknya kalian boleh pulang." Gagapnya. Aku merasa bersalah dalam hatiku.

Dia mengantar aku dan Cody sampai depan pintu panti asuhan, tersenyum lalu melambaikan tangannya. Sehabis itu, dia mengunci pintunya. Aku jadi ingat saat kami masih berteman, dan saat aku belum seterkenal ini, dan... saat belum ada Cody sama sekali dalam kehidupan kami berdua. Hanya aku, dan dia. Berteman, layaknya anak-anak lainnya. Lalu saat kami smp, kami akan diam-diam menyukai satu sama lain, dan--

"Greys," Panggil Cody. Aku menoleh. "Aku kesepian kalo ga ada kamu. Gimana kalo kita bersaing sehat aja?" Tawarnya. Senyum mengembang diwajahku.

"Tentu saja,"

Lalu kami berdua menaiki mobilku. Walaupun dia sudah menawarkan persaingan yang sehat, tetap saja tidak akan kubiarkan dia memiliki hati Maria. Selain karena aku duluan yang mengenal Maria, dan karena aku yang lebih dulu suka dengan Maria.

---

TO BE CONTINUED :)

Sori pendek :( Luna lagi sibuk dengan smp, plus koperasi smp masih rempong jualan seragam. -__- DAN, PUASA!! Kalo puasa, semua kegiatan rasanya males...

nanti Luna lanjutin deh, Insya Allah. :D

Luna juga mau bikin cerita Spiritual baru, Insya Allah jadi. :) xx

Greyson Chance: Waiting. (ON HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang