KBS

2.8K 235 21
                                    

Definisi KBS dalam kamus gua bukanlah kebun binatang Surabaya ya, tapi; Keluarga Bahagia Syailendra.

Satu Ayah, satu ibu, gue, Raf dan dua adik cewek yang super imut.

Gue kepingin adik kecil yang matanya zaitun kek punya Sabri gitu. Yang cewek dan manggil gue manja dengan sebutan abang dengan aegyo yang imut manja gitu, bukan cuma teriakan usil kek Rafael.

Makanya itu gue menggunakan kejeniusan gue demi meraih mimpi Keluarga Bahagia Syailendra. Iya gue emang se-jenius itu buat kedua orang itu bertanya-tanya mau apa gue ama Raf ini sebenernya.

Gue mengerling ke arah Raf yang langsung diangguki. Si kecil itu menarik tangan Sabri dan mendudukkan dia, sementara gue mencomot sepatu kacanya Cinderella dan segera membawanya ke tempat Sabri.

Gue nyengir, lalu jongkok di depan calon mama baru gue. Melepas high hells suede merah-nya yang seketika membuat dia kikuk.

Pas!

Sudah gue duga sepatu cantik bisa mendongkrak aura cewek.

Di mata gue, she is the real queen. Selalu tangguh dan juga tenang. Dan cantik betewe. Nggak usah balik ke kerajaan dia udah jadi ratu rumah kami-ya kalau dia mau sih.

Pantes Ayah wajahnya sepet liat gue.

Haha... enak gak tuh cemburuin anak sendiri. Pretlah!

Habis liat sepatu keren itu dipakai Sabri, gue langsung bangkit dan berjalan ke arah ayah. Gue nyengir sambil menengadahkan tangan, minta kartu atau duidddd. Gue masih anak sekolahan yang belum ada penghasilan betewe.

Ayah menarik napas dan menghembuskannya lelah. Melihat gue keknya keki gitu, tapi tetep aja ngasih kartunya.

Gue melenggang ke kasir, yang dikasih senyuman genit mbak-mbaknya sambil bisik-bisik. Mereka bilang aku dan Raf kiyuutt banget. Ngasih kejutan buat papa dan mamanya. Mereka muji "Mamamu centik banget. Pantes Papa kamu mandang mama dengan tatapan memuja gitu."

Iyuuhh-yang ada sih Ayah masih sok resistan gitu, walau dari tadi curi-curi pandang. Hayoloh... kek abege aja bokap gue ini.

Anjir!
Sepatu si Jimmy-Jimmy ini harganya bisa beli tiga motor matic. Gue geleng-geleng kepala liat nominal lima puluh juta lebih sekian-sekian yang ada di struk-nya.

Yasalam... ini nih yang buat gue harus kerja meras nih. Kalau si Cica gaulnya kelas high end bisa-bisa gue harus kerja keras bagai quda ini.

Habis itu gue balikin lagi kartunya Ayah. Sementara pegawai toko membungkus sepatunya. Raf berdehem meminta perhatian.

"Saatnya bermainnnn-" Raf tersenyum diimut-imutin.

Gawat, badan gue langsung merinding.

***

Seharusnya, mereka sadar kalau Raf bilang bermain adalah; role play. Seharian Raf jerat-jerit panggil "Moms, Mommy," dari wahana bermain. Bikin semua orang memperhatikan kami. Dia juga dengan sengaja gelendotan manja dan nangis guling-guling karena Ayah memisahkan Sabri dan Raf.

Hah... baru tahu kakau Raf rajanya drama. Ayah udah kek tersangka yang mau misahkan anak dengan ibunya. Bikin ibu-ibu nyinyir langsung nyamperin keluarga kami.

"Heh pak! Kasian anaknya. Kalau udah pisah ama ibunya, jangan misahin anak sama ibu. Gimana-gimana kalian pernah cinta sampai keenakan terus buat anak bareng. Giliran udah cerai aja, anaknya dipisah-pisah."

Ayah melongo, Sabri menahan malu sambil mengusap rambutnya yang dikuncir kuda.

"Masnya juga! Udah tahu ibunya repot. Daritadi mainan hape mlulu. Itu ayahmu dan ibumu. Makanya kalau bisa kamu jangan niru mereka. Nikah muda itu berat. Rentai cerai. Ngerti kamu!"

I am Seeking For 'Emak Tiri'Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang