Hari ini rasanya waktu berjalan dengan lambat. Semua perkataan dosen terdengar begitu membosankan dan hampir membuatnya tertidur. Sesekali perbincangan mereka di apartemennya kemarin menyambar otaknya.
Dari dulu, sejak mereka masih pakai seragam putih merah, tak pernah sekalipun ketiganya berpisah. Baru Sera sadari kalau bakal jadi aneh betul kalau nantinya si kembar itu tak berada di sisinya sama sekali. Tanpa sadar, gadis itu menghembuskan napasnya keras-keras dan mengistirahatkan kepalanya di atas kedua tangannya.
Tapi kan, baru Romeo saja yang pasti pergi-belum tentu Tino juga pergi. Namun kemungkinan anak itu untuk tinggal juga tidak begitu besar. Beasiswa fantastis itu belum tentu bakal datang untuk yang ketiga kalinya. Masih syukur universitas-universitas itu mau menunggu mereka. Lagipula ini hanya untuk satu sampai dua tahun ke depan. Itu tidak terlalu lama bukan?
Sera mencoba untuk berargumentasi dengan dirinya sendiri dan malah mengabaikan materi penting yang tengah disampaikan di depan kelas.
"Seraphine Clarissa, boleh tinggal dulu? Saya mau bicara." Tiba-tiba namanya dipanggil oleh sang Dosen. Sial.
Saat Sera melirik ke kanan dan ke kiri, kelas kini sudah agak lebih kosong. Oh ya ampun, dia melamun selama itu kah?
"Iya, Pak." Gadis itu kemudian menegakkan punggungnya dan Dosen itu berjalan menuju ke mejanya. Ia duduk di sebelah Sera dan menatapnya lekat-lekat.
"Ibu Dian bilang tugas kamu yang terakhir dikumpulkan itu brilian. Kamu ada rencana untuk lanjut S2?" Tanya Hector si dosen muda itu. Di umurnya yang baru 27 tahun, ia telah dinobatkan sebagai dosen termuda di universitas tersebut.
Wajahnya tampan, tubuhnya gagah, otaknya cermelang, hidupnya mapan. Betul-betul paket komplit. Bukan hal tak wajar lagi kalau orang semacam Hector ini banyak yang tunggu.
"Ah, Begitu?" Tanya Sera dengan nada basa-basinya. Jelas saja ia tidak tahu karena nilainya belum diberitakan.
Hector mengangguk, "jadi gimana? Belum ada rencana? Menurut saya ada baiknya kalau kamu cepat-cepat memutuskan, kalau sampai menunggu tahun depan kesempatan beasiswanya lebih kecil."
"Belum...belum sampai kepikiran sih, Pak." Sahut Sera agak tidak berminat.
"Yasudah, pokoknya kalau kamu tertarik, temui saya di ruangan saya. Tapi ingat, jangan lama-lama."
Sera mengangguk, "iya. Makasih, Pak. Kalau sudah selesai, saya permisi dulu."
"Oke, hati-hati di jalan ya."
Sera hanya mengangguk dan melenggang pergi dari ruang kelas itu. Aneh betul. Pikirnya sembari menggelengkan kepalanya. Tapi tawaran S2 itu sungguh terdengar menggiurkan. Masa ia hanya akan berdiam diri ketika Romeo dan Tino berhasil di luar sana? Mungkin tawaran S2 ini ada bagusnya untuk Sera.
"Phine!" Hanya ada satu orang yang cukup menjengkelkan untuk memanggilnya nama seperti itu.
"Paan?!" Toa Sera jelas karena jarak mereka yang agak jauh. Beberapa orang menoleh ke arahnya, dan itu sama sekali bukan masalah buat gadis itu.
"Mall kuys!" Seru Siena yang kini mulai berjalan mendekat ke arahnya.
"Kuy!" Jawab Sera, mengangguk.
Keduanya kini tengah berjalan menuju ke parkiran kampus. Siena yang bawelnya bukan main, selalu saja mempunyai segala macam topik untuk dibicarakan dan Sera sama sekali tidak keberatan dengan itu.
"Iya woi! Kaget gak sih si Martin itu masuk penjara?"
"Agak gak kaget si gua. Pertama, yang jeblosin dia itu Dominic Pratama—lo tahu sendiri 'kan, tuh orang tajirnya kayak gimana? Bukan hal yang susah untuk masukin orang ke penjara untuk Dominic. Kedua, gua selalu merasa si Martin ini agak-agak aneh gitu-masa, waktu itu gua pernah liat dia masuk ke starbucks deket kampus pake hoodie, kaca mata item? Dah gila kali tuh orang-cuaca lagi panas abis dia malah saltum kayak stalker gitu."

KAMU SEDANG MEMBACA
Gemini
Romance◐ | d i s c o n t i n u e d △ | unedited △ | penggunaan kata kasar △ | s̶e̶r̶i̶n̶g̶ ̶g̶o̶n̶t̶a̶-̶g̶a̶n̶t̶i̶ ̶c̶o̶v̶e̶r̶ □ | masih 1 universe sama "Honey Money" ♡ | all pics from pinterest/tumblr "Dia itu bukan gua, dan gua itu bukan dia. Kita akan...