09 | mabuk

55 6 0
                                    

Sera bolos. Itu terdengar sangat mustahil bagi setiap orang yang telah mengenal Sera, terutama si kembar. Sera yang biasanya ambisius dan pekerja keras bolos. Terdengar tak masuk akal, tapi mereka tahu kalau gadis itu sedang murung dua hari belakangan ini.

Romeo dan Tino saling memandang sampai akhirnya Romeo menoleh ke arah Ezra, "oh...yaudah deh, makasih ya Zra." Keduanya pun pergi dari sana dan berjalan kembali ke kantin kampus.

"Anjir, apa emang separah itu ya gosipnya?" Gumam Tino yang sudah tak tersenyum lagi. Ekspresi konyol tak dapat ditemukan lagi dari wajahnya.

Romeo mengernyitkan dahinya dan merangkul bahu adik kembarnya, "abis kelas kita ke apartemen dia. Lo selesai kelas jam berapa?"

"Jam empatan, lo?"

"Jam setengah empat." Dan sepanjang sisa perjalanan itu, tak ada yang bersuara.

"Woi! Gila lo, bokernya lama bener dah! Boker di lantai lima belas ya lo pada?" Sambut Arjuna, salah satu teman mereka yang ada di meja itu juga.

"Tahu aja lo," sahut Tino tanpa nada humorisnya. Rasanya hati lelaki itu tengah diremas-remas ketika tahu kalau gadis pujaannya sedang dalam kesulitan. Sera-nya sedang sedih, maka ia pun ikut sedih. Sedangkan Romeo, ia memang nampak seperti biasanya. Kalem dan tenang, tapi dalamnya laut bisa diukur dalamnya hati siapa tahu?

Keduanya terlalut dalam pikiran mereka masing-masing, menyisakan orang-orang yang berada dalam satu meja itu kebingungan.

• • •

Suara rendah khas milik seorang penyanyi global mengisi seluruh penjuru unit sebuah apartemen. Sera, sang pemilik apartemen, sedang sibuk melahap potongan pizza keempatnya dengan lahap. Sesekali ia cekikikan sendiri, namun itu hanyalah karena ia sedang berada di bawah pengaruh alkohol.

Botol Vodka yang sudah setengah kosong terletak tepat di depannya, serta di sebelah beberapa botol lainnya yang sudah kosong maupun yang masih belum dibuka segelnya. Sesekali ia mengayunkan tangannya untuk meraih botol itu dan meminum isinya. Membawa dirinya sendiri dalam kemabukan.

Sesekali Sera ikut bernyanyi bersama musik di latar belakang atau pun bersenandung asal. Sistemnya benar-benar sudah terbakar oleh alkohol.

"Dasar anon bªngsªt! Kerjaannya bikin orang repot aja!" Gumam Sera dengan mata yang sudah setengah terpejam. Ia ingin sekali memejamkannya dan tertidur, jadi ia lakukan itu. Tapi sedetik sesudahnya, bel apartemennya berdering.

Dengan segala sumpah serapahnya, gadis itu bangkit berdiri malas-malasan dan pergi menuju ke pintu masuk. Begitu ia membuka pintunya, muncullah wajah identik di depan batang hidung gadis itu.

"Se? Lo gak apa-apa?" Tanya keduanya bersamaan. Bukannya menjawab, Sera malah tertawa cekikikan.

"Ih! Lucu bet sih lo berdua! Coba lo pada, sering akur kayak begini. Kan gua gak repot!" Ujar gadis itu sembari mencubiti pipi kanan Tino dan pipi kiri Romeo.

Si kembar, yang merasa ada yang tidak beres dengan teman mereka yang satu ini, langsung mendorong Sera dan mereka sendiri masuk ke dalam apartemen gadis itu. Kaget betul saat mereka melihat pemandangan di depan mereka.

Botol-botol minuman kerasa berserakan di sana-sini. Kotak-kotak kardus Pizza pun juga bernasib sama. Lagu pelan nan sensual tengah bermain, mengisi ruang tamu Sera.

"Woi! Pelan-pelan dong! Pusing nih gua!" Protes Sera yang hampir tidak bisa menjaga keseimbangan di kakinya.

Romeo dan Tino, yang masih memegangi masing-masing lengan kanan dan kiri gadis itu, pun menoleh ke arahnya. Sera tengah mabuk.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain dengan ekspresi yang sama. Tino merangkul bahu Sera yang lebih pendek dari padanya dan membawa gadis itu duduk di sofa, sedangkan Romeo ia membereskan botol-botol kosong serta kardus pizza yang sudah tak berisi.

Begitu Sera sudah duduk, Tino ke dapur dan membawakan gadis itu satu kaleng susu beruang, "yuk, di minum yuk, Se." Pinta Tino selembut mungkin.

Sera yang masih dalam keadaan mabuk, kembali tertawa sembari menatap temannya itu. Ia membawa tangannya ke atas kepala lelaki itu untuk melarikan jarinya di sela-sela halusnya rambut hitam pekat Tino.

Sekuat mungkin Tino menjaga dirinya agar tidak bergetar terlalu kuat. Namun Sera yang mabuk ini, sungguh membuat lututnya lemas dan jantungnya berdebar hebat. Wajahnya perlahan mulai memerah. Ketika Sera melihatnya dengan tatapan lembut itu, Tino tidak bisa menahan hasratnya lagi.

Perlahan tapi pasti, Tino membawa wajahnya lebih dekat lagi ke arah gadis itu. Sera terus menatap Tino dengan mata sebening kristalnya itu tanpa tahu apa yang bakal terjadi di detik berikutnya, namun itu semua hanyalah karena ia tengah berada dalam pengaruh alkohol.

Sampai pada akhirnya, tibalah saatnya untuk Tino menempelkan bibirnya pada lembutnya bibir Sera. Lelaki itu memejamkan matanya dan mengecup temannya itu dengan segala perasaan yang selalu ia rasakan padanya. Dengan segala perasaaan yang selalu ia pendam lalu nyatakan lalu ia pendam lagi padanya. Dengan segala perasaanya kepada Sera.

Sera yang tidak bisa bereaksi dengan apa yang tengah terjadi padanya hanya bisa terdiam, menatap wajah Tino yang begitu dekat padanya, menempel padanya. Lelaki itu memejamkan matanya, dan Sera bersyukur atas itu. Karena ia tak mau melihat dirinya di mata Tino. Ia tahu betul perasaan lelaki itu padanya.

Tino berulang-ulang kali selalu mengatakannya, seakan-akan ia takut kalau Sera bakal lupa di detik berikutnya. Tapi ia tidak bisa. Gadis itu tidak bisa membalas atau bahkan menjawab. Karena...bagaimana dengan Romeo?

Ketika pikiran tentang Romeo menyambar otaknya, Sera langsung mendorong Tino sejauh yang ia bisa walau tubuhnya lemah. Begitu ia mengangkat kepalanya, muncullah wajah identik dengan lelaki yang barusan saja mengecup bibirnya.

Romeo melihat itu semua dengan perasaan campur aduk. Ada rasa marah karena adiknya berani memanfaatkan keadaan mabuk Sera, ada perasaan sedih, bingung, sampai ada perasaan senang juga dan itu hanyalah karena Sera mendorong adik kembarnya. Ia tahu kalau Sera memikirkan perasaannya. Jelas terlihat di matanya.

Tidak seperti Tino yang tidak tahu kapan harus berhenti mengungkapkan perasaanya, Romeo selalu menunggu. Tapi di kala ia berhasil mengumpulkan segala nyalinya, Sera pun juga tidak bisa membalas ataupun menjawab. Sama seperti yang ia lakukan kepada Tino. Namun Romeo cukup puas, setidaknya Sera tahu perasaannya.

Aura canggung kini menari-nari di ruang tamu itu, menyelimuti Sera dan membuatnya merasa telanjang. Dengan kaku, ia mengambil minuman kaleng di tangan Tino dengan meneguknya sampai habis.

Merasa tidak nyaman di sana, Sera pun pergi ke kamar mandi untuk menghilangkan bau alkohol dari mulutnya, meninggalkan si kembar di sana dengan perasaan-perasaan mereka yang nampak begitu transparan.

• • •

to be continued

GeminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang