Kelas telah usai berjam-jam yang lalu dan mereka bertiga malah berakhir di mall dekat kampus sekarang.
"Gua heran, kenapa gua harus ikutan ada di sini juga." Aku Sera dengan wajah masam. Matanya terus menatap ke samping kanan kirinya dimana kedua makhluk serupa itu duduk. Mereka tengah duduk di sebuah meja bar di dalam Starbucks.
"Kalo gak ada lo, nanti kita ribut." Sahut Romeo yang rambutnya sudah meliar ke mana-mana-walaupun sekarang nampak lebih tertata. Untung saja, di backpack-nya selalu tersedia pomade. Beberapa waktu lalu sebelum ketiganya pergi ke Mall, ia merapikan rambutnya dengan benda tersebut.
"Bukan salah gua, kalo lo emang gak bisa jaga emosi." Ujar Tino dengan wajah masamnya. Kini di rahang kanannya mulai timbul memar kebiruan yang masih samar.
Romeo melirik adik kembarnya dengan tatapan sinis, "kalo aja lo bukan anak mama, gua bikin mampus lo!"
Tino mendengus dan menjulurkan lidahnya dengan gaya usil. Sera yang melihat keduanya hanya bisa menghembuskan napas pasrah dan menyedot minuman dinginnya.
"Kalo marahannya udah selesai, gua mau pulang nih. Masih banyak yang mau gua kerjain." Ujar gadis itu dengan datar, sesekali melirik jam tangannya.
Perkataannya itu memancing perhatian si kembar. Keduanya langsung menoleh ke arah Sera dengan wajah penasaran identik mereka.
"Mau ngapain?" Tanya Romeo dan Tino bersamaan.
"Bukan urusan lo pada."
"Ish, gua mau tahu dong!" Rengek Tino dan itu membuat Sera mendelik ke arahnya.
"Kepo lo." Sinis gadis itu dengan wajah kesal.
"Emang abis ini lo mau ke mana?" Kali ini Romeo yang bertanya. Wajahnya nampak serius.
"Pulang lah." Jawab Sera dengan nada retoris.
"Ngapain?"
"Kepo!"
"Tapi beneran lo mau ngapain?"
"Tidur."
"Gua ikutan dong-"
"Ke laut aja lo sono!"
"Buset deh, si Mbak galak bener. Aku takut."
Sera yang lama-lama kesal dengan tingkah entah itu Romeo ataupun Tino akhirnya memutuskan untuk melenggang pergi dari sana dan berjalan menuju ke mobil mungil putihnya yang terparkir di basement Mall.
Tentunya, ke mana pun ia melangkah kedua kakak beradik kembar itu pasti tak akan jauh dari sisinya. Dan itu terbukti ketika Romeo yang tadinya mendapat beasiswa di Singapura dan Tino di German, langsung menolak tawaran fantastis itu ketika tahu bahwa teman perempuan mereka di terima di universitas negeri terbaik di Nusantara.
"Sera!" Panggil Tino-tanpa menoleh, Sera tahu betul kalau yang memanggilnya adalah kembaran yang lebih muda. Terdengar jelas dari suaranya yang agak lebih serak dari pada yang lain. Kalau Romeo, suaranya lebih berat dan dalam.
Gadis itu hanya berdeham, tanpa menoleh, tanpa mengehentikan langkahnya.
"Gua mau ikut lo." Lagi-lagi Sera hanya berdeham tanpa bisa menolak permintaan Tino. Pasalmya Sera tahu betul apa yang bakal terjadi kalau sampai Sera menolak Tino-satu minggu penuh, lelaki itu bakal mengganggunya dengan prank-prank super jahil.
Dan tanpa menoleh lagi, Sera jelas tahu kalau Tino tersenyum dan tanpa bertanya pun Sera juga tahu kalau Romeo juga pasti bakal ikut dengan adiknya.
• • •
"Sera! Mau gua masakin makan malem gak?" Tanya Tino yang sudah bersiap untuk mengubah dapur Sera menjadi arena perang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gemini
Romance◐ | d i s c o n t i n u e d △ | unedited △ | penggunaan kata kasar △ | s̶e̶r̶i̶n̶g̶ ̶g̶o̶n̶t̶a̶-̶g̶a̶n̶t̶i̶ ̶c̶o̶v̶e̶r̶ □ | masih 1 universe sama "Honey Money" ♡ | all pics from pinterest/tumblr "Dia itu bukan gua, dan gua itu bukan dia. Kita akan...