06 | konseling

33 8 0
                                    

Deringan telepon terdengar di kantin yang agak ramai tersebut.

"Se, hari ini mau main ke rumah gak? Mama—"

"Sori tapi gak deh, Rom. Palingan besok. Gua lagi sibuk sekarang. Udah ya? Bye." Bahkan sebelum orang yang ada di seberang sana berbicara lagi, Sera dengan kasarnya langsung mematikan sambungan teleponnya dan kembali memantau halaman segala macam social media-nya.

"Siapa?"

"Bukan urusan lo."

"Pasti si kembar!" Cetus Siena dengan semangat.

Seusai 5 mangkok bakso dan 3 gelas es serut, semangatnya kembali meningkat dan jarinya kembali siap untuk menyelami dunia digital lagi.

"Kalo iya terus kenapa?"

"Dih, udah makan 5 mangkok bakso masih bad mood aja lo." Komen Siena yang sebal dengan sikap datar temannya itu.

"Lo cobain dulu posisi gua, baru kita ngomong." Perkataan Sera itu langsung membuat Siena mati kutu.

"Iya deh, maaf-maaf. Gua gak maksud, sumpah!" Ujar Siena sembari memperlihatkan dua jadinya yang membentuk huruf v.

Sera menghembuskan napasnya dengan berat sembari menutup matanya sejenak sebelum membukanya kembali dan menatap temannya itu dengan pandangan penuh rasa bersalah.

"Gua juga minta maaf. Gara-gara situasi begini gua jadi emosi abis. Sori banget ya, Na."

Siena langsung menampakkan cengiran bodohnya, "gak papa, gua ngerti kok."

Lalu keduanya kembali sibuk dengan urusan mereka masing-masing lagi, sampai Ezra kembali ke meja itu lagi.

"Se, udah mau kelas ni. Lo mau dateng apa kaga?" Ajaknya dengan suara lembut, tak mau membuat gadis itu merasa terpaksa.

Erangan frustasi spontan saja keluar dari mulut gadis itu, membuat Ezra merasa bersalah. Sera mematikan ponsel di genggamannya dan melirik ke arah langit-langit kantin. Suara hembusan napas terdengar jelas dari mulutnya.

"Kalo bisa masuk, ya usahain masuk, Phine. Sayang nanti takutnya daftar kehadiran lo kurang dari delapan puluh persen." Saran Siena juga dengan nada lembut seperti yang digunakan Ezra.

"Gua gak enak sama lo nanti jadinya. Masa, masalah gua malah gua lempar ke orang lain?"

"Tapi kan gua bukan orang lain, gua temen lo, Phine." Sahut gadis di sebelahnya dengan cengiran bodoh khasnya. Dan itu hampir saja membuat Sera menangis, air matanya nyaris jatuh. Nyaris.

"Yaudah, gua kelas dulu ya, Na. Makasih banget udah bantuin gua." Ujar Sera dengan tulus, walaupun wajahnya terlihat khawatir.

Siena mengacungkan jempolnya, dan Sera serta Ezra pun pergi ke kelas mereka.

• • •

Sera berubah menjadi lebih diam dari pada yang biasanya. Pandangannya kosong bagai orang linglung, namun di saat yang bersamaan kepalanya dipenuhi begitu banyak pikiran. Tentang berbagai macam konsekuensi yang bisa timbul dari gosip ini. Tentang dampak pada dirinya. Tentang dampak pada Hector.

Omong-omong soal Hector, apakah lelaki itu sudah tahu tentang gosip ini belum ya? Apa lebih baik dia temui dosen itu dan membicarakan hal ini kepadanya? Tapi apa itu tidak akan memperparah keadaannya lagi? Atau lebih baik ia konsultasikan pada bagian bimbingan konseling? Atau malah laporkan saja ke polisi langsung?

Dengan frustasi Sera mengacak rambutnya. Kepalanya ia tundukkan dengan lunglai. Ezra yang duduk di sebelahnya hanya bisa menatap dengan iba.

"Se, kasih tahu gua, gua bisa bantu apa?" Ujar lelaki itu dengan tulus. Tidak ada yang menyangka kalau bakal ada akun sebusuk anon_123.

GeminiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang