Pagi - pagi sekali Vayla sudah siap untuk berangkat sekolah. Hari ini Vayla bangun kepagian pasalnya saat kemarin sore ia menonton drakor (Drama Korea) yang berujung membuatnya ketiduran.
"Selamat morning Bunaaaaa," Sapa Vayla dari tangga.
"Kok tumben bangun pagi? biasanya jam tujuh baru bangun." Ejek Bunda nya.
Vayla mendengus dan berjalan menuju meja makan, "Buna mah suka gitu ihhh!".
Vayla duduk di meja makan yang sudah tersedia empat piring nasi goreng lengkap dengan telur ceplok diatasnya. Tanpa basa basi Vayla langsung melahap sepiring nasi goreng itu.
"Hehh! Main langsung makan aja! Nggak nungguin Ayah sama Abang."
"Vayla udah laper Bun, kelamaan kalo nungguin Abang sama Ayah mah. Apalagi Abang tuh! Keburu besok nungguinnya, ihh malesin." Ucap Vayla memperlihatkan wajah tak sukanya, Vayla terus saja melahap sarapannya itu.
Melihat kelakuan anaknya, Bunda Vayla hanya bisa menggelengkan kepalanya dan kembali menyiapkan kopi untuk Ayah Vayla.
"Buna, liat deh sepatu yang kemaren Buna beliin, aku pake sekarang hehe," dengan mulut yang penuh nasi Vayla menunjukkan sepatu yang di pakainya.
"Siapa dulu donggg yang beliin." Ucap Bunda dengan bangganya.
"tapi kan Vayla yang milih sepatunya bukan Buna!"
"Tetep aja Bunda yang beliinnya bukan kamu." Balas Bundanya tak mau kalah, "Udah ah kamu cepet makannya, terus berangkat sekolah."
"Iya iya ini juga mau."
Vayla segara menghabiskan makanannya. Setelah itu ia pergi ke garasi untuk mengambil bola basketnya, dan berpamitan kepada Bundanya.
"Vayla berangkat yaa Bunnn. Assalamualaikum,"
"Iyaaa, hati-hati di Angkotnya sayang."
Vayla hanya mengacungkan jempolnya menandakan jawaban 'iya' seraya berjalan meninggalkan Bundanya.
🌻🌻🌻
Pukul 06:17 sekolah Budi Bangsa masih sepi. Entah kenapa tapi memang setiap hari seperti ini. Biasanya murid-murid lebih memilih datang pada pukul tujuh atau bertepatan dengan bunyi bel masuk.
Biasanya Vayla pun juga sama seperti murid-murid yang lain, datang saat lima menit bel masuk berbunyi. Tapi ya hari ini berbeda, ia datang pagi sekali saat sekolah masih sepi-sepinya.
Vayla berjalan menuju kelasnya yang berada di lantai dua ia berjalan menuju kelas 11 MIPA 1. Di kelasnya hanya ada beberapa teman-temannya termasuk teman sebangkunya, Rere.
Rere mengernyitkan dahinya saat melihat Vayla tiba-tiba masuk kedalam kelas, "Tumben banget lo dateng pagi." Kata Rere keheranan.
Alih-Alih menyahut pernyataan Rere. Vayla langsung duduk di bangkunya lalu mengeluarkan buku dan tempat pensil berbentuk awan.
"Rere yang cantik, gue pinjem buku mtk minat lo dong." pinta Vayla dengan senyum manis yang mengembang seraya mengedip-ngedipkan kedua matanya.
"Halah ada maunya aja muji gue lo! Najis."
"Re, kata Buna gue kita tuh yah harus sering-sering saling berbagiii, biar hidup kita jadi berkahhh dan bahagiaaa." Ucap Vayla sosoan memberikan sebuah wejangan di pagi hari.
"HAHA iya iya serah lo aja deh ya. Nih bukunya, panas kuping gue pagi-pagi udah denger babon Himalaya ceramah!"
Vayla tak peduli dengan perkataan Rere tadi, "Hehehe gitu dong Re, sesungguhnya berbagi itu indah, seindah muka lo di pagi hari ini." ucap Vayla sambil mencolek dagu Rere.
KAMU SEDANG MEMBACA
BETWEEN US
Teen FictionAku sulit melupa karena pernah bahagia bersama, lalu susah melangkah sebab ragu akan pengganti, kemudian teringat kamu tak pernah bisa diajak kembali. -Vayla Tamara Putri-