PART 4 🌃

45 5 3
                                    

"Make ditinggal segala lagi gue padahal kan gue juga pengen ikut!" Vayla berdialog sendiri di depan pagar rumahnya.

Bersamaan dengan itu terdengar suara motor yang semakin mendekat.

Saat Vayla melihat ke sumber suara ternyata itu suara motor Defan, Vayla langsung membulatkan kedua matanya saat ia melihat Defan membawa Tesya teman kecil Vayla.

"Anjir! gimana nih ada Tesya, aduhh kalau gue ketemu dia pasti canggung banget. Apalagi, ada si curut!" ucap Vayla pelan. Si curut yang dimaksud Vayla tadi ialah Defan, laki-laki yang gak tau malu sealam semesta!

Vayla terus beradu argumen dengan dirinya sendiri, ia merasa bingung.

Jika dirinya sekarang masuk ke dalam rumahnya pasti ia akan dicap sebagai orang yang sombong oleh Tesya.

Tadinya Vayla berniat untuk pura-pura tidak melihat Tesya tapi saat Vayla menoleh ke arah Tesya, gadis itu juga melihat ke arahnya membuat kedua mata mereka saling bertemu. Vayla akan merasa tak enak jika ia memilih untuk langsung masuk kedalam rumahnya.

"VAYLAAAA!" Panggil Tesya dari kejauhan, gadis itu melambaikan tangannya.

mampus deh gue, batin Vayla.

"Lho Tesya?" ucap Vayla pura-pura terkejut, ia berusaha agar tidak terlihat canggung.

Defan dan Tesya berhenti tepat di depan rumah Vayla. Seketika suasana terasa canggung bagi mereka bertiga.

Tesya langsung turun dari motor Defan.

"Haiiii," sapa Tesya lagi dengan senyum manis yang terpampang di paras cantiknya.

Vayla juga ikut tersenyum, "Makin cantik aja lo Tes," puji Vayla sekalian basa-basi.

Tesya tertawa pelan, "Lo juga kok Vay," kata Tesya.

"Oh iyah Fan, kamu masukin motor ke rumah aja dulu, aku mau ngobrol sama Vayla sebentar," ucap Tesya.

"Oke sayang," ucap Defan lalu Defan memasukkan motornya ke garasi rumahnya.

"Eh iya Vay, sejak kapan lo pindah ke sini? Udah lama?" tanya Tesya.

"Belum terlalu lama sih," ucap Vayla seadanya.

"Bunda lo apa kabar? ada di dalem nggak?" tanya Tesya lagi.

"Bunda sehat kok, tapi kayanya bunda lagi nggak ada deh Tes,"

"Ohhh gitu," Tesya mengangguk pelan.

Suasana tiba-tiba menjadi sangat canggung karena diantara mereka tidak ada lagi yang memulai pembicaraan. Lalu beberapa detik kemudian Abangnya dan Gibran sudah kembali lagi ke rumah.

"Lho bang? kok udah lagi beli ketopraknya?" tanya Vayla heran.

"Bu Yeyennya tutup Vay," jawab Baraq dengan wajah kecewanya.

"Iya Vay, Bu Yeyennya tutup." ucap Gibran memasang wajah kecewanya juga.

Kemudian Baraq menoleh ke arah perempuan yang wajahnya tak asing berdiri di sebelah adiknya itu, "Eh siapa nih? Kaya kenal gue," tanya Baraq.

"Ini Tesya Bang. Oh iya, Tes ini Abang gue Baraq, masih inget kan lo? Terus yang ini Gibran, dulu lo pernah ketemu sama dia sebentar tapi kayanya lo lupa deh," ucap Vayla sambil menunjuk Baraq dan Gibran.

"Gibran? Hahaha kok bisa lupa ya gue, terus sekarang Bang Baraq udah beda ya, rambutnya jadi gondrongan." ucap Tesya sembari terkekeh.

Lalu seketika semuanya tertawa tidak tau apa yang di tertawakan padahal memang tidak ada hal yang lucu. Dan tiba-tiba Defan datang menghampiri mereka berempat.

BETWEEN USTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang