5. Sendirian

16 0 0
                                    

Aku meminum kopi ku, sambil terus membayangkan kejadian tadi siang. Aku tudak menyangka Ayahku sangat-sangat tega, dia sudah berubah. Sempat terlintas saat-ssat dulu kami masih bahagia.. keluargaku masih harmonis, penuh dengan tawa. Ayahku adalah Ayah yg baik.. tapi sekarang tidak lagi, dia lebih memilih perempuan lain dari pada istri dan anak-anaknya.

Tanpa ku sadari air mataku mengalir begitu saja.. aku menangis mengingat semua itu. Betapa membuat hatiku sakit. Sekarang aku merasa sendirian. Yang aku punya hanya Ibu dan adikku. Kakakku? Sejak mengetahui kebejatan Olivia dan Ayah.. Kevin memilih untuk pindah ke Bandung. Aku tahu bagaimana perasaan kakakku itu, mengetahui kekasihnya berselingkuh dengan Ayahnya sendiri.

Tak habis pikir, Olivia selingkuh dengan Ayahku sendiri.. dan sekarang dia hamil? Ya Tuhan, apa salah ku? Begitu berat cobaan ini. Kenapa Olivia mau dengan Ayahku yg jauh 26 tahun lebih tua darinya.. astaga otaknya pasti sudah keracunan..

Dulu aku sangat berharap bahwa Olivia bisa menjadi kakakku juga suatu saat nanti dengan menikah dengan kak Kevin. Dia cantik, baik, sangat perhatian denganku. Tapi sekarang? Aku sangat membenci dirinya. Dia menghancurkan keluargaku.. ternyata di balik wajah cantiknya, dia adalah iblis!

Sekarang aku sendirian.. aku bingun, hatiku rasanya sangat hancur. Aku ingin kebahagiaan keluargaku kembali seperti dulu..

Saat aku sedang duduk sendirian, menikmati segelas kopiku sambil menangis.. tiba-tiba ada yg menyentuh pundakku dan memanggil namaku.

"Laura.."

Aku menengok dan menatap mata orang itu.

"Laura.. kamu nangis?"

"Da.. Daniel..."

Entah bagaimana dia bisa menemukanku di sini. Cepat-cepat aku mengusap air mataku, mengambil tas ku dan berdiri.

"Maaf, aku harus pergi.. permisi"

Dengan cepat aku berjalan keluar, tapi Daniel menarik tanganku..

"Tunggu Laura.. apa yg terjadi? Biarkan aku menolongmu"

"Makasih, tapi ga perlu kok"

Aku membalasnya dengan senyum kecil, lalu berjalan keluar meninggalkan Daniel di caffe itu.

Aku berjalan di pinggiran kota.. memikirkan kemanakah sebenarnya aku berjalan?
Bingung mau tinggal dimana.
Aku mengintip dompetku, melihat uang yg aku bawa.. mungkin cukup untuk menginap di hotel jika hanya untuk 3 malam saja. Untuk makan pun masih cukup. Tapi selanjutnya harus bagaimana?

Hari sudah semakin gelap, dan aku masih kebingungan. Akhirnya aku memutuskan untuk menginap di hotel yg sederhana.

Aku membayar untuk 2 malam saja, aku membayar dengan uang 500 ribu. Semoga aku bisa bertahan. Dan aku harus kuat hidup sendirian. Aku harus berjuang demi Ibu dan adikku Bella...

Keesokan harinya aku bangun, mandi, dan berjalan ke luar hotel..
Aku berjalan ke taman yg tak jauh dari hotel. Aku melihat ada yg menjual arumanis.. aku mendekati pedagang itu dan membeli 1 arumanis..

Aku duduk di bangku taman sambil menikmati arumanis yg ku beli tadi. Rasanya seperti kembali pada saat aku masih kecil dulu. Ketika Ayahku membelikanku arumanis dan Ibuku sedang menggendong Bella sambil tersenyum.. rasanya sangat tenang..

"Laura.. kmanapun kamu peergi aku bisa menemukanmu"

Mendengar suara itu aku langsung menoleh ke belakang..

"Knapa Daniel? Kamu slalu ngikutin aku ya? Kan aku udah bilang jangan ganggu aku lagi.."

Yaaa orang itu adalah Daniel.. entah kenapa dia slalu ada dimanapun.

"Boleh aku ikut duduk?"

Aku menghela nafasku.. dan mempersilakannya duduk di sampingku.

"Makasih Laura.."

Dia tersenyum lega sambil menatap ku.. tidak ada yg berubah. Senyumnya masih sangat menghinoptis.

Aku hanya membalasnya dengan senyum kecil. Rasanya aku sedang tidak ingin berdebat dengannya.. aku sudah cukup pusing dengan masalah kemarin.

"Jadi... apa yg kau lakukan di sini?"

"Hmm.. ga ada"

Aku hanya membalas pertanyaannya dengan singkat dan tanpa ekspresi. Dia terus menatapku.. dan aku berusaha untuk tidak balik menatapnya, walaupun ingin...

Aku berdiri, mengambil botol minumku.. lalu dia bangkit menghadangku.

"Tunggu Raa.."

"Aku mau balik, permisi.."

"Please.. kasih aku waktu.."

Aku hanya menunduk dan diam..

"Raa.. aku pengen perbaikin semuanya.. please kasih aku kesempatan sekali lagi"

Daniel mulai menggenggam tanganku.. dan mengangkat daguku agar melihat wajahnya yg tak berhenti menatapku. Spontan aku membalas tatapan matanya, mata kami pun saling bertemu..

"Lauraa..?"

"Emm.. aku capek"

"Iya aku tahu, tapi aku pengen ngomong sama kamu Raa.."

"Yaudah kamu ikut ke hotel aja, kita ngobrol di sana.."

Aku melepaskan genggaman tangannya dan membalikan tubuhku membelakangi dia..

"Ha? Hotel?"

"Iyaa.. aku nginep di hotel dekat taman ini.."

"Loh kenapa Raa?"

"Udah ga usah banyak tanya yg berhubungan sama kamu.."

Aku berjalan duluan menuju hotel.. dan Daniel pun mengikutiku dari belakang..

Setibanya di depan pintu kamar.. aku menyuruh Daniel untuk masuk. Aku menuju kamar mandi untuk mencuci muka dan berganti pakaian.
Tak lama aku ke luar dan menghampiri Daniel yg sedang berdiri di kamar menghadap jendela.

"Da.. Da.. Daniell...?"

Aku memanggil namanya, dan dia pun membalikan tubuhnya.. dia terdiam, matanya tak berhenti melihat ke arahku..










HAY GUYS
MAKASIH BUAT YG TERUS NGIKUTIN CERITA AKU INI

TUNGGU LANJUTAN CERITA SELANJUTNYA YA GUYS

TETEP JANGAN LUPA VOTE YA BIAR AKU SEMANGAT LANJUTIN CERITA INI LAGI

DAN KALAU EMANG BANYAK KEKURANGAN. PLEASE KOMENTAR YA GUYS

THANK YOU

The Troubled GirlTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang