Dering telfon yang memekan telinga itu berhasil membuatnya membuka mata. Ia menguap, mengerjap beberapa kali, lalu meraih ponselnya yang ada di atas nakas."Ngapain ni orang nelfon gue pagi-pagi gini, " batinnya.
"Halo, " ia membuka suara, suaranya serak khas bangun tidur.
"Dia pergi," kata seseorang di seberang sana. Suara helaan nafasnya pun terdengar.
"Maksud lo? " cewek cantik bermata hazel terang itu terduduk.
"Dia pergi, kalo lo masih mau nemuin dia. Dateng jam 7 ke bandara." setelah berkata begitu, telfon pun dimatikan sepihak dari seberang sana.
Ia melirik jam di gadgetnya, waktu menunjukkan pukul setengah 6. Ia mengacak-acak rambutnya frustasi, lalu segera bangkit dari kasurnya yang nyaman.
"Oh, shit. Oke, nggak perlu mandi. Gila bener-bener gila," grutunya.
"Whatever, yang penting gue ketemu dia."
Cewek cantik bermata hazel terang itu segera menyambar sweeter yang tergeletak di sofa kamarnya, ia segera keluar lalu menuruni tangga dengan setangah berlari.
Bahkan pembantu rumah tangganya di buat tercengang, karena anak majikannya yang sangat manja itu sudah bangun pagi-pagi begini.
"Loh, mau kemana non? " tanya bibi yang sedang menyapu halaman rumah.
"Bibi jangan kepo, aku lagi buru-buru," Ia segera masuk kedalam mobil yang terparkir di bagasi.
Sebelum nonanya benar-benar pergi, sang bibi kembali bertanya.
"Kalo nyonya nanyain non kemana, bibi harus jawab apa?"
"Ke laut," dan ia pun pergi dengan mengendarai mobil seseorang yang pasti akan mencak-mencak setelah dia pulang.
*******
Seorang cowok sedang duduk di ruang tunggu bandara. Pesawatnya akan berangkat sekitar setengah jam lagi. Ia sendiri, tidak ada yang mengantar kepergiannya. Ia mengedarkan pandangannya, lalu tersenyum kecut.
Iri dengan pemandang orang-orang yang sedang berkerumun di sekelilingnya. Keluarga yang harmonis, batinnya.
Ia menghela nafas, dan memejamkan matanya. Berharap keputusan yang ia ambil adalah yang terbik.
"Jangan tidur, entar pesawatnya berangkat, lo ketinggalan lagi." kata seseorang di sebelahnya.
Cowok tampan berhidung mancung itu mengenali suara yang barusan, suara yang familiar di telinganya. Ia membuka matanya, dan menemukan seseorang duduk di sebelahnya.
"Elo?" gumamnya.
Cowok di sebelahnya menyeringai, "lo kira gue nggak bakalan dateng gitu? "
Dia tertawa, tapi entah kenapa di sudut matanya keluar air mata.
"Jangan mendramatisir keadaan deh lo," kata sahabatnya sambil menjitak kepalanya.
Keduanya terdiam, hening. Merasa sepi di tengah keramaian. Keduanya masih canggung, karena kejadian beberapa bulan kebelakang.
"Gue tadi udah nelfon dia, gue belom tau dia bakal kesini apa enggak, yaa elo tau lah... "
"Iya, gue tau."
"Your attention please, Delta air lines on flight number XXXX to jerman please boarding from door A12 Thank you."
Penguman pemberangkatan sudah di umumkan, ia pun beranjak dari duduknya, begitu pula sahabatnya.
"Pesawat lo,"
Ia mengangguk, dan memeluk sahabatnya.
"Jaga dia baik-baik," katanya sebelum melepaskan pelukannya.
"Kalo lo udah sampe jerman, calling me, oke?"
"Of course,"
Mereka berdua tertawa. Ia pun melangkah pergi. Meninggalkan negera berjuta kenangan ini. Ia terus berjalan, tanpa sekalipun menoleh kebelakang. Ia tak ingin rasa sakit itu menyeruak masuk kembali.
Seseorang yang dinantinya tak datang, dan tak akan pernah datang.
"Rangga!!!!" seseorang berteriak memanggil namanya. Ia mengenali suara itu. Suara yang selalu bergema dalam otaknya. Ia tak menoleh, ia takut bahkan lebih takut kalau suara itu hanya halusinasinya saja. Ia terus berjalan tanpa menoleh.
Saat tiba-tiba, ada seseorang yang memeluknya dari belakang. Erat sekali. Terdengar tangis, suara itu.
Ini bukan halusinasi, ini nyata. Batinnya.Ia memutar badannya, dan memenemukan seseorang yang ia nantikan kini ada di hadapannya.
"Elo mau kemana? " tanya cewek itu sambil terisak-isak, bahkan ia tak melepaskan pelukannya.
"Gue, gue mau... "
"Jangan pergi, gue mohon." cewek itu terus menangis sesenggukan.
"Tapi, nggak bisa ra." Rangga melepaskan pelukan cewek di hadapannya itu.
"Liat gue,"
Tapi cewek di hadapannya tetap bergeming.
Ia menghela nafas panjang, "liat gue ra!"
Cewek itu pun menatap Rangga, tatapannya sendu. Matanya sembab. Bahkan hidungnya sampai memerah.
Rangga tersenyum getir."Gue nggak pergi buat selamanya ra. Gue bakal balik, kesini. Nemuin lo, dan semua temen-temen gue. Tapi gue nggak janji itu kapan, yang penting gue bakal kembali. Lo harus percaya itu." jelasnya sambil menyodorkan jari kelingkingnya. Salam jari kelingking, itu yang biasa mereka lakukan.
"Lo janji?" tanya cewek bermata hazel terang itu untuk memastikan.
"Janji, "
Jari kelingking mereka pun bertautan.
"dan satu hal yang harus lo tau," kata Rangga lagi.
"Apa?"
Rangga mendaratkan sebuah kecupan di kening seseorang yang sangat ia sayangi itu.
"Mukanya nggak usah merah juga kali," ledek Rangga."Apaan si lo, nggak banget." elak cewek itu.
"Love you ra," bisik Rangga lalu mendaratkan kecupan di bibirnya.
"Ranggaaaaaaaaaaaaaaaaaaa, ini bandaraaaa!!!!!!!!! " cewek itu berteriak, tapi tak di pungkiri bahwa pipinya merona merah.
Cowok tampan berhidung mancung itu berlari sambil melambaikan tangannya. Rangga pergi, untuk sementara.
************************
Gimana nih? Maaf ya kalo masih banyak kekurangan, dan banyak typo apalagi salah kata :'( Comment ya, please comment. Buat memperbaiki untuk kedepannya.
Jangan lupa votenya ya :*
Makasih banget untuk semua yang udah baca.... :* :*
KAMU SEDANG MEMBACA
My euphoria
Teen FictionJika rasaku dan rasamu sama, aku tak perlu menjelaskan bagaimana euphoria itu ada ketika kita bersama. Ini tentang Rasya cewek super O'on dengan nilai nya yang selalu dibawah rata-rata. Yang dipertemukan oleh Rangga. Rangga, Cowok yang terkadang d...