dua belas

216 34 0
                                    


.
.
.

Diandra menarik Jeno menuju penjual bakso bakar di dekat tempat les mereka. Jeno hanya menuruti langkah Diandra, karena kalau dia bersikeras tidak mengikuti, yang ada Diandra bisa aja terjungkal.

Jeno baik, gak mau bikin Diandra malu di depan temen-temen les mereka. Apalagi mereka masih berstatus 'anak baru'.

"Bang, baksonya tujuh, tahunya tiga. Terus yang satu lagi baksonya lima, tahunya dua. Pedes manis semua, ya," pesan Diandra.

Jeno tersenyum samar. Hanya berdiri disamping Diandra sambil memperhatikan perempuan itu yang asyik melihat bakso-bakso yang sedang dibakar.

Setelah membayar semua pesanannya, Diandra menyerahkan satu plastik yang berisi lima bakso dam dua tahu pada Jeno, itu memang untuk Jeno. "Nih, punya lo."

"Makasih, Di." Jeno mengambil alih bakso miliknya. Lalu keduanya kembali ke tempat les mereka.

"Jadi hutang gue lunas, ya! Gak ada lo sebut-sebut ntar hutang gue." Diandra terduduk di bangku panjang yang tersedia di bagian depan tempat les mereka.

Jeno terkekeh sambil ikut duduk. "Gak perlu kali. Cuma bantuin lo ngerjain latihan beberapa nomor aja."

Diandra menggeleng. "Tapi itu soal-soal rumit, yang lain aja pada gak bisa jawab."

Jeno cuma mengangguk-anggukan kepalanya sambil memakan bakso bakarnya.

Tadi, kebetulan ada beberapa nomor soal yang jawabannya sangat rumit. Jeno yang emang dasarnya cerdas jelas aja bisa, dan karena Diandra sebangku jadinya Jeno bantuin Diandra. Makanya Diandra ngerasa berhutang sama Jeno.

Sekarang udah jam pulang, udah banyak temen-temen mereka yang pulang lantaran rata-rata pada bawa kendaraan sendiri. Tinggal beberapa yang belum pulang karena ada urusan atau nunggu dijemput.

Cuma Diandra sama Jeno yang duduk di kursi panjang sambil makanin bakso bakar mereka dan ngeliat pemandangan jalan raya.

"Di?" Jeno manggil Diandra tanpa noleh.

Diandra ngelirik sambil mulutnya sibuk ngunyah. "Hm?"

"Lo... kenapa gak suka sama gue?" Jeno noleh ke Diandra.

Diandra ikutan noleh, jadinya mata mereka saling ketemu. Diandra diam sejenak, otaknya nyerna pertanyaan Jeno, jadi gak cuma perutnya aja yang nyerna makanan.

Jeno natap Diandra dengan antengnya, sabar nungguin Diandra jawab. Tatapan matanya adem banget. Ini kalau perempuan lain yang ngelihat, mungkin udah serasa terbang mereka. Sayang aja, ini Diandra.

Cuma tatapan Mark yang mempan palingan.

Diandra menyeringai. "Karena ada alasannya."

"Alasannya apa?" tanya Jeno yang memang sudah sangat penasaran.

"Lo." Sangat singkat.

Jeno seketika bingung. Matanya berubah menjadi tatapan kebingungan dan penasaran lebih jauh lagi.

"Bakso gue udah abis, gue mau pulang." Diandra berdiri. "Bye, Jen!" Diandra tersenyum lalu berjalan ke arah motornya.

Diandra sempat mengklakson Jeno sebelum pergi meninggalkan Jeno yang lagi-lagi dibuat terdiam oleh Diandra.

Ditinggalkan dengan penuh kebingungan dan rasa penasaran yang semakin meningkat.





***





Akhirnya, malam minggu kali ini Diandra sama Mark berhasil punya waktu berdua--bersamamu mengajarkanku apa artinya kenyamanan, kesempurnaan cintaaa~

Assume • Lee JenoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang