Mos 5

448 29 9
                                    

  Senja menatap Jingga lalu ia menerbitkan sebuah senyuman. Gadis itu benar benar mirip dengan sosok Langita. Jingga menekukkan wajahnya ia sangat kesal dengan kelukuan Senja tadi.
"Dasar ngeselinn ihhh!!" Ucap Jingga kesal. Ia menghentakkan kedua kakinya. Lalu ia meraih kertas dan pena. Jingga menatap langit langit. Dia akan membuatkan sebuah puisi untuk orang yang paling ia benci. Jingga pun mulai menuliskan sesuatu tanpa ia sadari bibirnya membentuk bulan sabit saat membayangkan kejadian kejadian yang begitu aneh saat dengan Senja.

Kini mereka sudah berkumpul perkelompok setiap kelompok berjumlah 5 orang dengan satu senior. Jingga berdiri paling belakang. Ia memih menjadi yang terakhir. Dan sekarang waktunya Jingga berdiri didepan Senja. Jingga menatap Senja dengan tatapan sinis sedangkan Senja dia hanya tersenyum.
"Baca itu dan tatap mata gue " Ujar Senja menaik turunkan alisnya. Jingga menatap Senja tajam. Saat dirinya diberi persyaratan sedangkan yang lain hanya menunduk dan membaca kertas. Itu tidak adil!
"Enggak! Yang lain aja bacanya biasa!!" Ucap Jingga dengan menatap tajam kearah Senja. Senja berdiri menatap Jingga.
"Karena loe beda. Jadi bacanya beda" Gumam Senja. Jingga menyipitkan matanya menatap cowok yang sangat menjengkellan didepannya ini.
"Kenapa yang lain enggak natap mata loe?" Tanya Jingga sinis. Senja hanya terkekeh mendengar ucapan Jingga. Ia menatap lamat wajah kesal wajah Jingga.
"Karena gue mau yang natap mata gue elo! Bukan mereka! Mata indah gue cuman boleh ditatap mata indah milik loe!" Ucap Senja sambil mengacak rambut Jingga. Jingga membeku. Ia yakin wajahnya sekarang menjadi merah. Tapi dengan cepat ia mengontrolkan dirinya.
"Ngaco!!" Ketus Jingga. Akhirnya Jingga menatap mata indah milik Senja yang berada didepannya ini.
"Dengerin gue!" ketus Jingga. Jingga menarik napas dalam dalam lalu menghembusnya.
"Aku menatap langit.
Disana aku lihat ada bulan dan bintang
Yang setia menemani langit gelap
Dan memberikan cahaya untuk bumi
Disaat hujan berhenti aku menatap kelangit
Disana aku lihat ada pelangi
Pelangi yang bewarna warni.
Aku tersenyum. Aku bahagia.
Aku berharap jika aku
Bisa mendapatkan seseorang
Seperti bintang dan bulan yang setia
Menemani langit gelap dan memberinya cahaya untuk bumi
Aku ingin mendapat seseorang
Bagaikan pelangi yang memberikan ku banyak warna". Ucap Jingga. Semuanya bertepuk tangan Jingga tersenyum. Senja menatap Jingga,Mata mereka beradu disaat Jingga membacakan puisi indah itu. Tanpa mereka sadari mereka tidak menghentikan tatapan mereka.
"Aku ingin menjadi bulan dan bintangmu tapi sayang ada awan yang menutupinya.
Aku ingin menjadi pelangimu tapi sayang hujan dan pelangi sangat jarang tercipta". balas Senja. Kata kata yang penuh makna dibalik puisi itu.
"Cieee" Jawab murid yang lain. Jingga dan Senja tersadar. Jingga menjadi salah tingkah wajahnya memerah. Sedangkan Senja ia hanya menggaruk kepalanya yang tidak gatal.
"Eh itu apaa iya gue permisi" Ucap Jingga tergagap. Jingga pun segera pergi meninggalkan Senja.

Jingga merutuki dirinya karena sudah jatuh didalam pesona mata Senja. Tiba tiba kenangan pahit kembali memenuhi otaknya Jingga segera menggelengkan kepalanya kuat kuat.
"Gakk gue gak boleh jatuh cintaa!!!" Ucap Jingga. Jingga segera pergi dan berlari kebelakang sekolah.

Sedangkan Senja ia terus membayangi wajah manis Jingga. Ia hanya tersenyum mengingat kejadian tadi. Dimana ia bisa bertatapan dengan mata indah milik gadis itu. Hari ini adalah hari keberuntungannya.

Jingga kini tengah berjalan menuju parkiran karena sekarang sudah waktunya pulang. Saat ditengah perjalanan tiba tiba langkah Jingga terhenti karena dari belakang ada yang menarik tangannya. Jingga menatap kesal orang itu.
"Senja apaan sih!!!" Ucap Jingga menepis tangan Senja. Dia adalah Senja. Senja menatap lamat lamat Jingga. Lalu ia menerbitkan sebuah senyuman.
"Gue anter loe sampai parkiran" Ucap Senja menarik tangan Jingga lagi. Lagi dan lagi Jingga dibuat kesal oleh nya. Jingga hanya mengikuti langkah Senja. Saat diparkiran Jingga segera melepaskan tangannya dari genggaman tangan Senja.
"Gue gak mau ada yang ganggu loe. Karena loe spesial jadi loe harus gue jaga dengan spesial. Hati hati pulangnya dan satu lagi sampaikan ke bunda loe ada salam dari calon menantu. Masuk" Oceh Senja panjang lebar. Jingga hanya menggeleng gelengkan kepala lalu masuk kedalam mobil. Senja menatap kepergian cewek itu lalu ia tersenyum. Setelah mobil Jingga hilang dari pandangannya barulah Senja mengambil motornya dan pulang.

Malam yang indah terlihat banyak bintang bintang. Cewek itu tersenyum menatap indahnya bulan dan bintang. Dia adalah Jingga. Jingga sedang memikirkan kelakuan Senja yang menyebalkan tapi ia juga lucu dengan kelakuan cowok itu. Seandainya Senja hadir sebelum kejadian pahit itu otomatis Jingga sangat bahagia,akan tetapi ia tak berani mengulang semuanya ia takuy kejadian itu terulang lagi. Mata indah Jingga terus menatap langit indah itu ,akan tetapi tatapannya berpindah kepada handphonenya yang tengah berbunyi. Ia pun mengecek hpnya dan dilayar handphonenya tertera nama Senja. Tanpa Jingga sadari ada sebuah senyuman terbit dari bibir indahnya. Jingga mengangkat telponnya dan Jingga harus kembali cuek.
"Apaan sih! Ganggu banget!!" Ucap Senja ketus.
"Jingga,gue tau disana loe sedang menatap indahnya langit malam. Jingga,loe jangan terpesona dengan langit malam" Ucap Senja. Jingga mengernyitkan dahinya. Jingga tampak kebingungan karena cowok itu tahu sedang apa yang ia lakukan aneh.
"Kenapa!" ketus Jingga lagi.
"Terpesonalah kepada Langit Jingga. Karena Langit Jingga melambangkan kita. Gue tutup ya. Masuk,gue takut angin menganggu loe" Ucap Senja menutup teleponnya. Jingga tersenyum menurutnya kelakuan Senja benar benar romantis.

Dilain tempat Senja sedang tersenyum menatap cewek itu. Senja sekarang berada didekat rumah Jingga.
"Lambang kita. Gue,elo,dan langit." Gumam Senja pelan. Lalu ia melajukan motornya.

Jingga membuka matanya dengan malas akan tetapi ia tidak boleh meruntuhkan semangatnya karena hari ini adalah hari terakhir mos. Dan tepat pada hari ini ia akan terbebas dari Senior gila itu. Jingga turun kebawah lagi dan lagi meja makan kosong. Keluarganya sudah sibuk masing masing. Jingga melangkahkan kakinya dengan cepat. Terkadang ia kesal apakah ayah dan bundanya lupa jika mereka punya anak dirumah ini. Jingga hanya tersenyum masam.

Jingga sekarang berada dikoridor sekolah. Ia berjalan dengan santai,tiba tiba ada yang menghadangnya. Jingga hanya mendengus kesal saat menatap orang yang tengah tersenyum kearahnya dan dia adalah Senja.
"Pagi Jingga" sapa Senja. Jingga hanya menatapnya datar. Senja tersenyum.
"Gue mau jadi orang pertama yang ngucapin pagi buat loe. Gue duluan" Ucap Senja. Saat Senja sudah jauh Jingga tersenyum.

Jingga merasa kepalanya sangat pusing karena sekarang mereka sedang melakukan tes mental mereka semua disuruh jalan jongkok. Tiba tiba penglihatan Jingga gelap dan Jingga pun jatuh pinsan. Melihat hal itu Senja dengan sigap menangkap Jingga

Bersambung

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 09, 2018 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Pangeran Senja & Putri JinggaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang