Extra Part - 1

3.2K 201 1
                                    

"Saat itu aku datang padamu benar-benar akan melupakan segalanya, dan memulai lagi dari awal," Teresa menyesap teh hangatnya sementara pria di hadapannya duduk mematung. "Bukan karena ingin menyuruhmu untuk menjauh dariku," lanjutnya membuat pria itu merasa lebih sial.

"Maaf," tuturnya. "Aku menyesal."

"Tidak ada yang perlu disesali. Justru karena kau yang mendorongku pergi, aku memiliki seseorang yang sangat berharga bagiku saat ini. Dan aku tidak pernah menyesali keberadaannya. Jadi, terima kasih..," kata Teresa.

Jantung Kieran berdenyut nyeri. Hatinya mencelos, seperti ditusuk belati. "Adam Redcliffe memang pria brengsek yang beruntung, ya," ucapnya miris.

Teresa terkekeh, "Memang, dia sangat beruntung. Tapi bukan dia yang kumaksud."

Kieran menghapus raut wajah sedihnya dan memasang wajah bingung. Tapi kemudian matanya menangkap sebuah bingkai foto kecil yang tertampang di dinding ruang tamu. Teresa, Adam, dan seorang anak lelaki sedang berlibur di pantai.

"Namanya Kairan," Teresa tersenyum saat melihat Kieran sudah menyadari keberadaan foto itu. "Dia anakku dengan Adam."

Adam Redcliffe benar-benar pria brengsek yang beruntung, batin Kieran bersamaan dengan retaknya hati itu.

"Ja- jadi.. kalian sudah menikah..," lirih Kieran, entah bertanya atau menyatakan isi pikirannya.

"Tidak, kami tidak menikah," jawab Teresa. Pria itu mendongakkan kepalanya menatap bingung pada Teresa sekali lagi.

"Saat itu aku kacau sekali saat kau menyuruhku pergi. Aku mabuk berat dan hanya Adam yang ada di sisiku. Sisanya kau tahu.. Dan tiga bulan kemudian, aku dinyatakan hamil. Sejak itulah aku menyembunyikan diri dari dunia Hollywood," jelas Teresa.

"Lalu kenapa kalian tidak menikah?" tanya Kieran. Tidak, bukan karena pria itu menginginkan Teresa menikah dengan Adam. Sama sekali tidak. Ia hanya penasaran mengapa pria itu tidak menikahi wanita yang menjadi ibu dari anaknya. Menurutnya itu sangat merugikan kesempatan. Kieran saja menyesal saat itu tidak menghasilkan anak dengan Teresa. Andai saja waktu itu ia menuruti permintaannya, mungkin beberapa tahun lalu Teresa sudah kembali padanya dan meminta pertanggung jawaban yang akan dengan senang hati ia lakukan.

Teresa tersenyum. "Aku sadar aku tidak mencintai Adam dan hubungan abadi tidak bisa tidak didasari cinta, bukan? Lagipula, Adam adalah sahabatku. Jika kami menikah dan andaikan pernikahan kami tidak berhasil, itu akan sangat merusak pertemanan kami. Tapi meski begitu, Kairan selalu merasa memiliki keluarga yang lengkap. Tidak ada satupun yang kami sembunyikan darinya."

"Tapi kalian tinggal bersama?" Kieran bertanya gugup.

Wanita di hadapannya mengangguk. "Iya. Tapi dia tidak selalu di sini. Kau tahu pekerjaannya di Amerika, kan?"

Kieran menunduk. "Jika salah satu dari kalian memiliki pasangan, bagaimana dengan Kairan?" tanyanya merujuk pada Teresa.

"Kairan sudah biasa ditinggalkan Adam selama berminggu-minggu, bahkan sampai berbulanan. Jadi kupikir ia akan baik-baik saja. Meski masih kecil, Kai sangat mengerti. Seperti yang kukatakan, tidak ada yang kami sem-"

"Jika aku berkata aku menginginkanmu pulang, apa kau akan pulang, Tess? Apa kau masih mencintaiku seperti aku mencintaimu?"

Teresa tersenyum sangat manis membuat Kieran lumpuh rasanya. "Bagaimana denganmu, Ran? Apa kau masih mau menerimaku dan Kai?"

Kieran tersenyum dan itu sudah cukup membuat Teresa mengerti.

His HomeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang