LDE 13

11.5K 1K 46
                                    

Anya sama sekali tidak dapat memejamkan matanya mengingat besok adalah pernikahan mantan suami dengan Kakaknya. Dirinya memeluk Sasa erat, mengecup kepala Sasa beberapa kali dan bergumam,

"Papamu besok akan menikah, Sayang." Bisiknya pada puterinya yang terbaring lelap. "Maafkan Mama karena sudah membohongimu tentang Papa. Memisahkanmu darinya. Mama melakukan ini semua untuk kamu."

Air mata Anya terus mengalir. Hingga ponselnya berbunyi, menandakan panggilan masuk dari nomor baru. Anya mengernyit dan membiarkannya begitu saja sebelum nomor tersebut kembali meneleponnya.

"Anya..."

"Dirga?" Tanya Anya tidak percaya. Menghapus air matanya cepat dan memilih duduk di atas kasur. "Kenapa kamu telepon?"

"Mau denger suara kamu untuk terakhir kali." Hening. "Kenapa kamu belum tidur?"

"Nggak bisa tidur." Balas Anya jujur. "Besok hari besar kamu, istirahatlah."

"Nya, apa kita nggak bisa ubah keadaan?" Tanya Dirga membuat air mata Anya kembali menangis. "Aku belum bisa lepas kamu..."

Anya menarik napas dalam-dalam dan bergumam. "Ga, jangan hubungin aku lagi. Lupain semuanya. Kita udah memilih jalan ini."

Kembali hening dan tak ada jawaban sebelum terdengar helaan napas Dirga.

"Ya sudah, kamu istirahat terus. Selamat malam, Anya."

"Malam..." Balas Anya hendak menutup telepon.

"Nya..." Dirga kembali memanggil membuat Anya urung menutup ponsel dan menunggu. "Kalau kamu nggak sanggup datang besok, jangan paksa ya? Aku nggak mau kamu sakit hati."

"Aku akan datang." Anya langsung memutuskan panggilan ponselnya. Dan meletakkan hp-nya sembarangan sebelum membenamkan wajah di kedua lututnya, lalu terisak.

***

"Sah?"

"Sah..."

Seketika itu pula air mata Anya mengalir. Menahan haru karena Kakaknya telah memiliki pendamping yang akan menjaga dan membimbingnya serta terharu sedih karena melihat prianya bersanding dengan wanita yang tak lain adalah Kakaknya.

Kini, Anya melihat sang Kakak sedang menyalami Dirga yang telah menjadi suaminya. Kemudian, Dirga mengecup dahi Shela membuat Shela tersenyum haru. Keduanya mulai sesi pemotretan lalu menandatangani buku nikah dan berfoto kembali. Setelahnya, Shela dan Dirga langsung menyalami kedua orang tua masing-masing.

Anya yang memilih sembunyi dibalik pilar utama rumah Papa angkatnya itu menghapus air matanya pelan. Berusaha untuk tersenyum walau hati menahan sakit. Wajahnya yang dilapisi make-up tipis terlihat basah akibat air mata. Namun, ia harus tampak kuat dan memberikan senyum terbaiknya.

Melangkah perlahan menuju ke dua keluarga yang saling tersenyum bahagia. Anya lebih dulu memeluk sang Kakak. "Selamat, Kak..." Bisiknya kemudian terisak.

Shela membalas pelukan Anya erat. Mengelus punggung adiknya yang terisak. "Kamu jangan nangis dong. Suatu saat pasti nyusul Kakak."

Anya melepaskan pelukannya lalu mengelap air matanya kembali. "Maaf... Aku bahagia." Bisiknya pelan kemudian berusaha untuk tersenyum.

"Nah, Maria, Adam... Ini puteri kami yang kedua." Ujar Fahri membuat Maria membelalak tidak percaya.

Anya sendiri memilih tersenyum tipis. "Halo Om, Tante..."

Maria langsung menatap Nadia meminta penjelasan. Nadia tersenyum lalu mengangguk. Merangkul bahu Anya penuh kasih sayang dan bergumam,

"Ini puteri kami yang kedua. Namanya Alara Kanya Lovia."

Seketika Maria terdiam, beda halnya dengan Adam yang kini mengulurkan tangannya dan tersenyum ramah. "Hay sayang, saya Adam. Panggil saja Papa Adam seperti Kakak kamu." Keduanya memang tidak pernah berjumpa.

Anya membalas uluran tangan Adam dan tersenyum. "Iya Pa."

"Kamu cantik." Puji Adam sebelum melirik isterinya yang masih berdiri kaku di tempat. "Ya kan, Sayang?"

"Ah, eh... I-iya..." Terpaksa Maria mengulurkan tangan pada Anya. "Saya Maria."

"Alara, Ma?" Tanya Anya lebih kepada dirinya sendiri. Namun, dengan senyum miris Maria mengangguk mengingat mereka sedang diperhatikan.

"Ya, panggil saja saya Mama."

Dalam hati Anya tersenyum kecut. Jangan memanggil Mama bahkan berjabat saja Anya sudah malas. Hatinya sudah terlanjur sakit dan kesal. Dengan segera Anya melepaskan jabatan saat suara sang Mama menyapa pendengarannya.

"Dirga, kenalkan ini adik Shela. Namanya Alara..." Nadia merangkul bahu Anya untuk bertatapan dengan mempelai pria yang baru saja bergabung sehabis menyapa teman-temannya.

"Mereka udah ketemu, Ma. Anya kan satu kerjaan sama Dirga. Satu rumah sakit." Jawab Shela sambil menggandeng suaminya mesra.

Nadia langsung melotot menatap puterinya Anya meminta penjelasan. "Iya, Ma. Aku sama Kak Dirga itu satu kerjaan. Ya kan Kak?" Anya bertanya pada Dirga.

Dirga tersenyum tipis dan mengangguk. "Iya Ma. Kita satu team malah."

"Woaahh. Dunia nggak selebar itu ternyata..." Gumam Adam yang diangguki oleh Fahri.

"Ya sudah... Sekarang kalian bersiap-siap ganti pakaian." Nadia berujar pada pengantin baru itu. "Kita langsung ke hotel aja untuk resepsi." Lanjutnya pada keluarga yang tersisa.

***

Anya saat ini sedang berada di hotel Bintang lima untuk acara Kakaknya. Sedikit menjauh dari pengantin baru karena hati Anya masih belum kuat merelakan begitu saja. Ia menatap sedih pada pasangan itu.

Ponselnya tiba-tiba saja berbunyi. Ia mengangkat panggilan telepon dari puterinya.

"Halo sayang..."

"Mama, Sasa muntah tadi..." Ujarnya lemas membuat Anya seketika panik.

"Apa? Mana Bibi?"

"Bibi lagi bersihin muntah Sasa. Sasa cakit, Ma.."

"Sayang, Mama pulang sekarang. Kamu tidur aja dulu ya?"

"Pelut Sasa juga sakit." Gumamnya lemah di seberang sana.

"Iya, Sayang. Mama pulang sekarang ya? Kamu istirahat aja dulu. Kasih ke Bibi hapenya ya? Biar Mama ngomong sama Bibi."

Hening sejenak.

"Halo, Non?"

"Sasa kenapa Bi?"

"Saya kurang tau, Non. Dia ngeluh pusing terus perut sakit. Eh, nggak lama Non Sasa muntah."

Anya memijit pelipisnya sambil beranjak ke mobil. Dia tidak lagi memiliki waktu untuk pamit pada keluarga dan Kakaknya.

"Saya sedang perjalanan pulang. Buatkan air hangat saja, Bi. Oles perutnya sama minyak telon."

"Baik, Non."

Anya langsung mematikan ponselnya dan mengendarai mobilnya dengan cepat. Wajahnya terlihat panik dan berdoa dalam hati semoga tidak terjadi apapun pada puterinya.




-TBC-

LOVE doesn't END ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang