3. YANG BENAR BENAR KEHILANGAN

27 2 0
                                    

Siang itu fatimah pergi ke sanggar karena ibu nya sudah agak membaik, di sanggar di adakan tahlil meninggalnya ayah fatimah, mereka semua turut berbela sungkawa dengan kejadian yang terjadi kemaren.

Dilihat saudara orok nya itu hanya diam dan merenung halimah mendekati fatimah dan memeluknya

"Aku tau apa yang kamu rasakan fat, aku turut berduka cita sayang. Kamu jangan sedih lagi yah semua memang sudah kehendak Allah SWT" halimah menguatkan fatimah

"Iyah makasih yah meh, makasih juga udah ada terus buat gua" jawab fatimah

"Iya sama sama sayang, gua bakal selalu ada buat lu" halimah meyakinkan fatimah sambil menghapus air mata fatimah.

Setelah selesai tahlil semua bersalaman kepada fatimah, mereka saling menguatkan fatimah bersama

"Yang tabah yah fatimah, Allah pasti akan menguatkan kamu dan semoga ayah kamu di terima di sisi Allah" ujar bang hendra ketua sanggar saat sedang bersalaman dengan fatimah

"Iyah bang amin ya Allah, makasih yah bang" jawab fatimah dengan senyum kecil di bibir manisnya

"Sama sama"

*
Setelah selesai dari sanggar, fatimah langsung berpamitan untuk pulang kerumah, di jalan fatimah hanya diam, pikirinnya kosong.

Sesampainya di rumah ibu fatimah langsung menanyai fatimah

"Abis dari mana kamu?" tanya ibu fatimah, yang tiba tiba ada di depan fatimah, entah dari mana datang nya ibu fatimah itu.

"Mamah, fatimah abis dari sanggar tadi di sana di adakan tahlilan ayah mah" jawab fatimah dengan sedikit nada cemas

"Sanggar lagi sanggar lagi, fatimah denger yah mama mau mulai hari ini kamu gausah ikut silat silat lagi berhenti semuanya!! Ayah kamu udah ga ada jadi ga ada yang nyuruh nyuruh kamu untuk silat! Mulai hari ini kamu jangan pernah pergi ke sanggar lagi" tegas ibu fatimah

"Tapi mah fatimah ke sanggar hanya tahlil ayah, dan kenapa fatimah gaboleh silat lagi mah?" tanya fatimah dengan mata yang berkaca kaca

"Apa? Tahlil? Kamu bisa doain ayah kamu di rumah ini gausah ke sanggar sanggar. Dan kenapa mama ga ngijinin kamu ikut silat lagi? Kamu tau? Karena ayah kamu meninggal gara gara ikut silat, semua itu karena silat, mamah benci silat, prakkk" ibu fatimah menampar fatimah tanpa sadar, ia emosi tapi ia tidak tahu kalau ia akan sampai melukai anaknya.

"Bahkan mama ga ngadain tahlilan di rumah mah, mamah ga ngadain. Itu semua di ahlikan ke sanggar mah, kenapa mama se tega ini?, semua itu bukan karena silat itu udah takdir Allah mah, mamah gabisa terus terusan nyalahin silat, mau sampai kapan mah??" fatimah mencoba mejelaskan kepada ibu nya dengan nada yang ter isak isak, wajah nya merah dan matanya bengkak. Ia sangat kecewa dengan perlakuan ibu nya terhadap dirinya.

"Sekarang terserah kamu, kalau seperti itu mamah yang akan pergi, kamu gausah tinggal sama mamah lagi, kamu urus diri kamu sendiri disini, kamu minta makan sama anak anak silat kamu tuh, kamu silat ajah sampe mampus biar kaya ayah kamu gila silat!" ibu fatimah pun langsung pergi ke kamar nya untuk membereskan baju nya.

Fatimah hanya bisa tergelekan di ubin bahkan ia belum sempat masuk ke dalam rumah ibunya sudah menjegatnya di depan pintu, fatimah tak habis pikir mengapa ibunya sebenci itu dengan silat, mengapa setelah kejadian ini tak ada yang berubah dari ibu, bahkan ibu tidak se berduka aku atas kehilangan ayah, bahkan sampai ibu tidak mengadakan tahlil di rumah dengan alasan uang yang tidak cukup, sakit sekali hati fatimah, semua menjadi berantakan, memang di keluarga nya ayah satu satu nya yang selalu jadi penengah, namun sekarang justru fatimah kehilangan dia untuk selama lamanya.

YANG TERDALAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang