Cakka kembali memantulkan bayangannya pada cermin besar di sudut kamar, menghela nafas sesaat kemudian sekali lagi merapikan dasi juga jas yang ia sudah kenakan hampir satu jam yang lalu. Lagi-lagi ia melumat bibirnya dengan gelisah. Otaknya masih berpikir apakah ia yakin akan melakukannya sekarang? Tapi ia juga tidak mungkin untuk menundanya lagi. Mau sampai kapan?
Cakka mengangguk, meyakinkan dirinya terlebih dahulu sebelum benar-benar meraih kotak kecil di nakas samping tempat tidurnya dan beralih meraih gitarnya. Ia memutuskan untuk melakukannya sekarang juga.
[]
Agni tersenyum begitu mobil Cakka memasuki pekarangan rumahnya. Tadi Cakka memang sudah memberitahunya kalau dia akan datang menjemputnya. Ingin mengajaknya ke suatu tempat. Agni sendiri tidak tau. Cakka bilang itu rahasia.
"Tumben ganteng banget?" Goda Agni begitu melihat Cakka berstelan jas rapi keluar dari pintu kemudi. Cakka memandang Agni dengan alis yang berkerut.
"Bukannya setiap hari?" Katanya tak terima. Sesaat, Agni terkikik geli kemudian tersenyum lembut.
"Kamu ganteng setiap hari." Kata Agni. Cakka mengangkat sebelah tangannya kemudian mengusap-usap dagunya pelan, menampilkan wajah seperti tengah berpikir.
"Gak pake banget, ya?" Katanya menerawang. Melihat itu, Agni tertawa pelan. Tak berkomentar apapun hingga akhirnya Cakka tersenyum dan melangkah kearahnya.
"Perjalanannya bakalan sedikit memakan waktu, gak apa-apa kan?" Tanya Cakka setelah membukakan pintu untuk Agni. Agni tersenyum.
"Emangnya kamu mau ngajak aku kemana, sih?" Tanya Agni yang memang masih penasaran.
"Di jalan nanti, kamu bakalan tau sendiri kok, Ag." Kata Cakka kembali mempersilahkan Agni untuk masuk ke mobilnya.
[]
Cakka tak henti-hentinya memeriksa salah satu saku jasnya sambil tetap berhati-hati menyetir. Ia hanya ingin memastikan kalau benda itu tidak tertinggal atau jatuh dimanapun. Ia kemudian melirik Agni yang kini sudah terlelap. Cakka tersenyum menatapnya. Gadisnya itu begitu lucu saat beberapa menit yang lalu begitu semangat bercerita sambil menggerutu tidak jelas sekarang sudah tertidur pulas.
"Tau gak, Kka? Semalam aku begadang tau nonton World Cup." Ucap Agni. Cakka menoleh.
"Ngerti gitu?" Tanyanya. Agni menggeleng dengan polosnya.
"Terus kenapa nonton?"
"Dipaksa sama si jelek Alvin nemenin dia." Kata Agni seraya mengerucutkan bibir mungilnya lucu. "Itu anak udah tau takut hantu, segala pake pengen begadang nonton bola. Ish, gak kece."
"Pantesan mata panda gitu." Kata Cakka. Mata Agni membulat kemudian melirik pantulan wajahnya pada kaca spion.
"Masa sih keliatan? Ngga juga, ah." Katanya. Cakka tersenyum geli. Dia kan cuma asal ngomong doang tadi.
[]
Perjalanan luar kota yang seharusnya kurang lebih satu jam itu malah memakan waktu dua jam akibat kemacetan yang sepertinya tak bisa dihindari, cukup menyita waktu. Semakin menyita waktu lagi saat lima belas menit berlalu dengan Cakka dan Agni yang masih saja belum beranjak keluar, sibuk dengan pikirannya masing-masing. Sudah berjalan sejauh ini, Cakka masih saja menimang-nimang dan terus mengumpulkan keberaniannya. Sementara Agni masih diam terpaku begitu tau kemana Cakka membawanya.
Diam-diam, Cakka memeriksa saku jasnya lagi. Memastikan benda itu masih tersimpan dengan baik. Ia menghela nafas sejenak kemudian menoleh kearah Agni yang terdiam entah memikirkan apa. Cakka tau, Agni pasti tidak menyangka kalau dirinya akan dibawa ke tempat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Short Stories of Cagni!
Short StoryA bundle of short stories special Cagni. Happy reading:)