"Kalian tahu ? Aku tidak bisa ! tidak bisa menunjukannya pada kalian, memberikan kalian aku seutuhnya, aku tidak bisa menunjukan bagian diriku yang hancur dan penuh dengan rasa sakit"
.
.
.
.
.
.
.
.
Februari 2017.Hoseok duduk di sebuah bangku panjang, ia menatap lurus, melihat hamparan laut didepannya, laut yang sangat indah. Desiran ombak menyapa pendengarannya keras. Angin laut menyapu anak-anak rambut yang menutupi wajahnya.
Ia memejamkan mata, menikmati setiap desiran ombak yang menghantam pantai. Hoseok suka suasana ini, suasana yang sangat menenangkan, ditambah matahari yang mulai menurun dan sebentar lagi akan tenggelam.
Tidak hanya dirinya yang menyukai suasana pantai ketika matahari mulai tenggelam, tapi noonanya. Noonanya sangat menyukai sunset, noonanya bahkan rela naik ke atap rumah hanya untuk melihat sunset dan Hoseok akan selalu mengikuti noonanya tersebut.
"Hoseok-a" panggil seorang wanita bersurai panjang dengan senyuman yang sangat cantik. Hoseok mengalihkan pandanganya kesumber suara. Hoseok tersenyum melihat siapa yang memanggilnya. Senyumnya penuh dengan ketulusan.
"Kemarilah Noona, sebentar lagi matahari akan tenggelam, ini akan indah" Hoseok antusias menarik tangan noonanya.
Jung Jiwoo sedikit meringis ketika tanganya di tarik oleh adiknya, bukan karena Hoseok menarik dengan keras, hanya saja tangannya memang sedang memar dan hoseok tidak tahu itu.
"Ah untung saja aku tidak terlambat" Jung jiwoo ikut antusias melihat betapa bahagianya Hoseok.
"Kau terlambat noona, kau hampir melewatkan betapa menakjubkanya melihat mataharu bersama dengan laki-laki tampan" ucap Hoseok menyombongkan diri.
"Maafkan aku tuan tampan" Jiwoo menundukan kepala seolah meminta maaf.
Hoseok tertawa, merasa puas dengan tingkahnya.
"Dulu kita sering melihat matahari dari atap rumah dan ibu akan selalu meneriaki kita untuk turun" Jiwoo mengingat hal menyenangkan sewaktu kecil.
"Kau benar, bahkan kita benar-benar tidak pernah melewatkan satu hari tanpa melihat matahari tenggelam" sambung Hoseok.
"Bagiku, kau tetap si kecil yang paling ribut"
"Eiiiy aku sudah besar sekarang noona, apa kau perlu bukti?"
"Jung Hoseok selalu membanggakan dirinya. Aku tak perlu bukti, kau bahkan sekarang seorang bintang terkenal. Bahkan aku perlu mencuri waktu sibukmu untuk bertemu, sekarang kau JHOPE si matahari BTS" Jiwoo bangga pada adiknya.
"Aku tetap adikmu noona" ucap Hoseok
"Ya, kau tetap adikku yang selalu mengikutiku naik ke atap hahahah" jiwoo tertawa.
"Dan Dia akan mengomeli kita berdua"
"Ayah akan mengomeli kita berdua, lalu" memberi jeda pada ucapanya.
"Noona" panggil hoseok, ia tahu kemana arah pembicaraan ini.
"Lalu ayah akan memukulku, karena mengajakmu melakukan hal berbahaya" Jiwoo merasa sesak mengingat perlakuan ayahnya.
"Sudahlah noona" hoseok menarik tangan noonanya.
"Awwww" rintih sang empu tangan.
Hoseok reflek melepas tangan noonanya, lalu dengan cepat menggulung lengan panjang baju noonanya. Ia terkejut melihat lebam ditangan noonanya, ia lalu beralih melihat kaki noonanya, kedaannya sama. Bisa ditebak punggung atau bahkan seluruh tubuhnya pasti penuh lebam.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side (JHS)
Short Story"Diamlah Jung Ho Seok ! Kau terlalu berisik untuk seseorang yang tak mengerti tentang apapun" ... Tersenyum miring seolah mengejek "baiklah aku diam, benar aku tidak tahu tentang apapun, bahkan tidak mengerti apapun tentang situasinya" ia bangkit "...