"Terkadang Mereka yang terlihat baik-baik saja lebih pintar menyimpan luka dan memendam rasa sakit. Mereka lebih rapuh dari sebuah boneka kaca, mereka hancur tapi bersembunyi dibalik kata fine adalah pilihan. Mereka menangis tapi menggantinya dengan senyuman adalah caranya. Meraka berteman dengan keceriaan, namun mereka juga bersahabat dengan Luka"
.
.
.
.
.
.
.Hoseok rapuh berjalan gontai menuju kamarnya, sebelum membuka pintu kamarnya, ia melirik ke pintu seberang kamarnya, daun pintu berwarna pink bertuliskan "GIRLS ROOM" khas milik kakaknya membuat ia semakin tak percaya dengan kepergian kakaknya. Memori indah tentang mereka bermain berputar liar di kepala hosoek.
"Kau pulang nak" ujar seseorang dari belakangnya.
Hoseok menoleh, melihat betapa rapuhnya wanita yang berdiri di depannya sekarang membuat hoseok tak mampu menahan tangisnya, ia tersungkur jatuh. Kenyataan terlalu menyakitkan untuk tidak di tangisi.
Wanita tadi langsung duduk memeluk Hoseok, ia adalah ibu hoseok. Mereka menangis menyalahkan diri masing-masing.
"Eomma" panggil hosoek di tengah tangisnya.
"Emm"
"Appa" lirih Hoseok
"Ayah membuat noona seperti ini" adu Hoseok
"Mmm ibu tahu"
"Ibu tahu ?" Tanya Hoseok bingung, bagaimana mungkin ibu nya tahu, bahkan selama ini mereka menyembunyikannya dengan rapat.
Wanita itu mengangguk diikuti air mata yang semakin deras.
"Bagaimana bisa ibu tahu ?"
"Hosoek-a ibu sepertinya gagal menjadi ibu kalian, gagal dalam melindungi kalian. Maafkan ibu karena telah melahirkan kalian" rasa sesal yang amat dalam terungkap dari bibir wanita paruh baya tersebut. Hoseok terdiam.
"Kalian selalu mendapatkan perlakuan kasar darinya, tapi ibu hanya bisa berpura-pura tidak tahu. Ibu takut kemarahannya semakin menjadi terutama pada noona-mu" ibu hoseok terisak menyalahkan dirinya.
Hoseok masih terdiam, ia masih tak percaya ibu nya tahu tapi ia berpura-pura tidak tahu. Lalu apa yang selama ini mereka jaga ? Apa yang selama ini ia dan noonanya khawatirkan ? Semuanya terlalu rancau untuk hosoek sekarang.
"Hosoek-a ibu harap di kehidupan selanjutnya, kau dan noonamu tidak terlahir sebagai anak ibu dan ayah, ibu harap di kehidupan selanjutnya kita tidak pernah menjadi keluarga" wanita paruh baya itu menghela nafas panjang.
"Ibu akan pergi ke jepang, ibu terlalu malu untuk menghadapi mu, jangan pernah mengunjungi rumah ini lagi dan jangan pernah maafkan ibu dan ayah. Lupakan noonamu Lanjutkan kariermu hoseok-a. Ibu mencintaimu"
"Mari bertemu setelah kita sama-sama melupakan semua kejadian buruk ini" ucap ibunya dan mengecup puncak kepala Hoseok.
Melupakan semuanya ? Bagaimana bisa Hoseok akan melupakan semua kejadian ini ? Bagaimana bisa ? Mungkin jika kepalanya terbentur sesuatu yang keras baru ia bisa melupakan semuanya, itupun ia tak menjamin.
Sekarang apa ? Setelah ia ditinggalkan noonanya, ibunya juga akan pergi ? Lalu dengan siapa ia harus mengadu sekarang ? Yang tak hoseok habis pikir adalah segampang itu ibunya mengucapkan kalimat-kalimat tadi. Oh semesta bantu Hosoek untuk bernafas. Saat ini nafasnya benar-benar tercekat ditenggorokan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Other Side (JHS)
Cerita Pendek"Diamlah Jung Ho Seok ! Kau terlalu berisik untuk seseorang yang tak mengerti tentang apapun" ... Tersenyum miring seolah mengejek "baiklah aku diam, benar aku tidak tahu tentang apapun, bahkan tidak mengerti apapun tentang situasinya" ia bangkit "...