11. japan date night?

1.3K 293 54
                                    




Yerin menghampiri Hanbin dengan panik dan marah. "Apa yang kau lakukan disini?! Kau bisa ketahuan! Tunggu, kenapa kau ada DISINI?!"

"Aku juga ada di Jepang. Kau tau?"

"Untuk apa aku tau?" tanya Yerin sebal namun dia cepat-cepat menambahkan, "Tapi aku tau karena artikelmu di Naver tadi. Terserah—sekarang, kenapa kau ada di hotel ini?!"

"Tanya saja ke staffku."

Yerin mengusap wajahnya. "Oke, dengar B.I, aku lelah. Aku ingin beristirahat. Jadi, aku pergi dulu. Bye!"

Yerin hendak pergi namun tangannya dipegang cepat oleh Hanbin. "OI B.I!"

"Ikut aku mengelilingi Tokyo. Tidak ada penolakan."

"What the h—"

"Ayo."

Yerin ditarik paksa oleh Hanbin dan gadis itu menarik tangannya, mencoba melepaskan diri. "Lepaskan! Oi! Kim Hanbin!"

Hanbin berhenti lalu menatap Yerin tajam. "Jangan panggil aku Hanbin kecuali kau dekat denganku."

"Kalau begitu, lepaskan tanganku kalau tidak aku akan memanggilmu Hanbin terus!"

Hanbin tidak peduli dan terus menggeret Yerin keluar hotel.

"Hei! Aku tidak memakai masker! Aku masih memakai makeup dan—hhhh, lepaskan tanganku! Hanbin!"


Hanbin menoleh tajam ke arah Yerin yang juga dibalas tatapan tajam gadis itu. Menyerah, Hanbin melepaskan tangannya dan dengan cepat Yerin berlari masuk ke dalam hotel lagi.

Hanbin mengejar gadis itu masuk ke dalam. Yerin memencet tombol lift dengan cepat dan begitu pintu lift tertutup, Yerin langsung menutupnya.


Tak! tak! tak!





JGREK!





shit.





Hanbin berhasil menghalau pintu lift itu dengan tangannya dan masuk ke dalam lift.

"S..sa..sa...sana kau.. pe..pedo!" gagap Yerin.

"Pedo? Kita seumuran kenapa aku harus menjadi pedo?" tanyanya. "Nah. Sekarang, kita kembali ke bawah."

"TIDAK MAU!"

"Harus mau." ucapnya dingin.

"Memang kau mau apa sih?"

"Aku hanya ingin jalan-jalan." ucapnya enteng.

Yerin memutar bola matanya, "Kenapa tidak jalan-jalan sendiri? Kau kan bisa mengajak membermu yang lain."

"Tapi aku maunya denganmu bagaimana?"

Yerin mendengus dan akhirnya mengikuti Hanbin keluar dari hotel. Wajah lelaki itu tidak enak dipandang jadi dia menurutinya. Keduanya berjalan bersebelahan.

"Dasar. Aku baru ada konser dan aku ingin istirah—"

"Aku juga baru ada konser." ucap Hanbin cepat. Ia menggandeng tangan Yerin lalu mereka berjalan melewati jalanan Tokyo yang ramai.

"Hei kenapa kita malah pergi kesini sih? Kan banyak orang!"

"Justru kita pergi ke tempat ramai agar bisa berbaur dengan yang lain. Lagipula, bukankah lebih baik bagi paparazzi untuk menangkap foto kita disini?"

Hanbin merangkul bahu Yerin.

"Astaga." Yerin mengusap wajahnya. "Kenapa kau mengajakku pergi? Kau belum memberitahukannya padaku."

"Aku hanya ingin berjalan-jalan sekarang." ucapnya. "Dengan si pacar."

Bulu Yerin meremang mendengar ucapan 'pacar' dari mulut Hanbin. "Diam kau."

"Kenapa? Kau malu?"

"Tidak. Jijik."

"Ck." Hanbin berdecak. "Oh ya, membermu.. siapa itu namanya.. SinB? Atau siapa?"

"Kenapa? Kau menyukainya?"

"Woah, tenang. Untuk apa aku menyukainya? Kuakui dia memang cantik, lebih cantik darimu, tapi aku tidak mengkhianati adikku."

Yerin mengernyit, "Adikmu menyukai SinB? Dan ya, terima kasih pujiannya."

"Bukan adik kandung. Member grupku."

"Oh." Yerin melihat Hanbin, "Siapa?"

"Bukan urusanmu."

Yerin menghembuskan nafas kasar, "Kalau bukan urusanku, untuk apa kau bertanya-tanya padaku?!"

"Hanya ingin. Aku hanya ingin membuka pembicaraan bodoh."

Yerin diam saja. Namun matanya melirik tangan Hanbin yang tertutupi sweater kebesarannya.

"Apa..kau.."

Hanbin menoleh.

"Emm...i..itu... me..memakai gelang?"

"Oh."


Hanbin menunjukkan pergelangan tangan kirinya dan menampakkan tangannya yang kini memakai gelang rantai yang sama dengannya.

"Ini terlalu feminin. Menyedihkan."

"Itu gelang yang bagus."

"Terserah."

Dalam hati Yerin menghembuskan nafas lega. Hanbin memakai gelangnya, dan itu bagus. Dia kira dia akan memakai gelang ini sendirian dan terlihat seperti orang bodoh.

Mereka sudah berjalan selama 1 jam lebih. Tidak berbicara.


"Apa kita sudah selesai? Aku ingin tidur, dan makan."

"Oh ya, aku juga mau makan."

"Kalau begitu, kenapa tidak daritadi?! Astaga aku bisa gila."

Hanbin tidak menjawab dan terus berjalan. Mereka lalu masuk ke salah satu restoran ramen yang nampaknya menjadi langganan Hanbin.

Mereka duduk di pojok, lalu Hanbin memesan makanan sesuai kemauannya.

"Apa kau tidak memesankannya untukku?" tanya Yerin menatap Hanbin curiga.

Hanbin tidak menjawab dan justru melepas maskernya.

Yerin yang geregetan itu mengeluarkan hpnya. Melakukan sesuatu untuk mengalihkan pikirannya dari si bekantan kampret di depannya.

Selang beberapa menit kemudian dua mangkuk besar ramen dihidangkan. Yerin menatap mangkuk itu, lalu Hanbin menyodorkan mangkuk itu ke padanya. Tanpa berbicara apa-apa, ia memakan ramennya sendiri.

Yerin tidak peduli dan memakan ramennya sendiri.

Setelah mereka selesai makan, keduanya kembali ke hotel. Yerin dan Hanbin masuk ke dalam lift dan memencet lantai kamar mereka.

Yerin lantai 20 sedangkan Hanbin lantai 23.


Ting!


Yerin keluar dari lift namun tangannya ditahan oleh Hanbin.

"Ap—"


Yerin terdiam saat Hanbin memberikan sesuatu di tangannya. Lalu lelaki itu melepaskan genggamannya dan mendorong Yerin keluar dari lift.

Begitu pintu lift tertutup, Yerin melihat sebuah note kertas.


jangan lupa bayar utang makan tadi.





"AH GILA!"





Cut



a/n :

thank u 7k!

let's play pretend; hanbin yerinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang