Georgina Ahern.
Ia terlihat sempurna dimataku. Aku terus melihat kearah depan kelasku. Ia cantik sekali. Rambutnya blonde lurus, senyumnya indah, tubuhnya bagus sekali, dan yang paling membuatku terpesona, ia memiliki dua pasang mata yang sangat indah. Mungkin seperti aku yang mengagumi kedua pasang mata Nicky bahkan sejak pertama bertemu dengannya, Nicky juga mengagumi kedua pasang mata indah Georgina. Aku tersenyum. Walaupun merasa bodoh, aku sangat mengakui mereka pasangan yang serasi.
Nicky terlihat enjoy mengobrol dengannya. Nicky merangkulnya dan terus mengobrol seakan-akan mereka tinggal didunia yang berbeda. Suara tawa Georgina terlihat merdu. Serasi dengan suara husky Nicky yang kukagumi.
Aku pulang sekolah bersama Darren. Ternyata sudah rutinitasnya setiap hari membawa mobil ke sekolah. Dan kebetulan rumah kami ternyata hanya terpaut beberapa blok.
"Michelle?" Darren memecah lamunanku.
"Yeah?" Sahutku
"Kau nggak suka dengan sekolahmu sekarang ya? Kau kelihatan murung" tanyanya.
"No..." aku malas menjawab. Aku bukannya tidak suka sekolahnya. Tapi aku benci dihari pertamaku sekolah, aku justru jatuh cinta pada cowok sempurna yang punya pacar sempurna.
Rasanya aku ingin kembali ke Mullingar. Ke sekolahku yang lama. Dikenal sebagai cewek paling berantakan, tanpa cowok yang bisa disukai. Cowok-cowok itu justru terus mengejekku. Tapi aku tidak keberatan, karena apa yang mereka bicarakan tidak salah. Dengan rambut tidak pernah disisir dan blazer yang tidak pernah dikancingkan aku tetap merasa bahagia.
Aku baru sekali merasa sangat minder. Aku ingin bertemu Kyla. Sahabatku di Mullingar. Aku benar-benar ingin cerita padanya. Aku ingin menceritakan betapa anehnya hidupku saat berpisah dengannya.
Ketika aku dan Darren sampai didepan rumahku, aku mengucapkan terima kasih padanya. "Thanks Darren, you're so kind" aku tersenyum,
"Kita berangkat sekolah bareng yuk setiap hari. Aku malas berangkat sendirian terus" ajak Darren excited.
"Really? Thank you so much, girl!" ujarku.
"Yeah,I'll pick you up tomorrow. See ya Michelle!" Darren melambaikan tangan. Aku menyambut lambaian tangannya.
Aku masuk kedalam rumah dan mengunci diriku didalam kamar. Aku mengambil ponselku dan menelepon Kyla. Aku menunggu Kyla mengangkat telepon. Nada sambung terdengar. Sekali, dua kali, tiga kali, sampai akhirnya Kyla benar-benar tidak mengangkat teleponnya. Aku menyerah, lalu meninggalkan pesan.
"Kyla..." suaraku terdengar berat. "Are you busy? Sorry for disturbing you. But i need you. Call me back maybe?"
Aku meletakkan ponselku diatas meja dan aku berbaring diatas kasurku. Aku baru sadar Kyla tidak membalas smsku sejak aku pindah. Apa yang terjadi? Apa ia sudah melupakanku? Secepat ini?
Pikiranku kembali pada Nicky. Aku terduduk dan melihat cermin. Aku sadar rambutku benar-benar berantakan. Aku mengambil sisir dari laci meja riasku. Aku hampir tidak pernah menyentuhnya. Lalu aku mulai menyisir rambutku.
"AAAAAAAAAAHHH!!" jeritku kesakitan. Aku melihat kearah sisirku dan oh...rambutku rontok banyak sekali. Aku menyisir sambil menahan sakit. Dan aku mulai menemukan rambut asliku. Lama-kelamaan rambutku tidak kusut lagi. Aku menyadari, ternyata rambutku benar-benar halus dan jatuh jika disisir. Aku tertawa aneh. Manusia macam apa sih aku ini?
Tapi tetap saja aku tidak bisa secantik yang kuharapkan. Mataku tidak seindah mata Georgina. Kulitku tidak semulus dia, dan aku mulai gendutan karena kebanyakan makan. Aku membuka pintu balkon dan duduk disana. Menikmati angin sore Baldoyle. Memikirkan segalanya. Apapun yang bisa kupikirkan. Angin berhembus dingin membuatku ngantuk. Aku memejamkan mataku.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Blue Eyes of The Lighthouse ✔
Teen FictionMatanya, mata itu...mata yang bahkan sempat kumimpikan tadi malam "Tuh kan...kau anak baru disini" katanya tiba-tiba. "I'm Nicky Byrne. So sorry for yesterday, Michelle" Kurasa Mum sudah mengutukku! Aku benar-benar jatuh cinta sekarang. Terlalu kony...