Part 12

27 3 0
                                    

 Aku menghempaskan tubuhku ke sofa apartemenku. Sebelum meninggalkan apartemenku untuk sementara, aku lupa bersih-bersih. Hasilnya, tentu saja debu ada dimana-mana. Jadi begitu kembali ke apartemen, aku langsung membersihkan setiap sudut ruangan. Suatu prestasi untuk seorang Michelle Myron.

Kubuka lebar-lebar jendela ruang kerjaku dan kubiarkan suara bising diluar sana masuk kedalam ruangan. Dalam menulis, aku memang moody, terkadang aku harus dikurung dalam kesunyian, tapi terkadang aku harus mencari inspirasi dari kehidupan manusia diluar sana. Mulai dari suara deru dan klakson mobil, suara angin dingin yang berhembus tenang, kemudian kupandang salju yang mulai turun ke permukaan bumi, berkunjung diatas ranting-ranting dan dedaunan pohon, orang-orang berbaju tebal yang sedang menyebrang jalan, dan sekarang kudengar suara bersinku. Buru-buru kututup jendelanya.


Aku sedang asyik mengetik hasil dari suasana awal-awal winter itu, saat bel apartemenku berbunyi. Kuselesaikan satu kalimat, lalu aku bangkit dari dudukku. Kubuka pintu depan apartemenku dan kulihat seorang wanita yang memakai sweater rajut berwarna cokelat cerah, dilapisi mantelnya yang berwarna peach dan celana jeans. Dikepalanya terpasang topi rajut, rambut ikal merahnya terjuntai indah seperti biasanya.

"Darren!" seruku girang. "Tahu darimana kau aku kembali ke apartemenku hari ini?"
Darren menatapku diam dengan bolamata hijaunya.

"Aku mengandalkan keberuntungan." Katanya. "Memangnya pernah kau mengabariku kalau kau akan minggat dari apartemenmu? Mana kutahu kau ternyata pulang ke Baldoyle. Dan tentu saja aku juga tidak tahu hari ini kau kembali kesini. Walaupun aku memencet bel, aku sudah bersiap-siap mengetahui apartemen ini kosong seperti hari-hari kemarin saat aku berkunjung kesini. Oh, welcome Michelle."

"Hmmm...sorry?" Aku memaki-maki diriku karena tidak mengabari Darren sama sekali. Padahal ia cukup lama menetap di Irlandia. Kepalaku terlalu penuh, atau mungkin tingkat keidiotanku bertambah.

Kutunggu reaksi marahnya. Mungkin setelah ini dia akan mencubit pipiku kencang-kencang, atau menyikut rusukku, atau menonjok lenganku, mengguncang bahuku barangkali? Atau menginjak kakiku keras-keras? Tapi kulihat ia hanya diam mematung di ambang pintu tanpa segaris senyumpun.

"You never tell me anything..." Katanya pelan. "Mungkin aku ini benar-benar tidak penting lagi bagimu ya? Kau tidak memberitahuku apapun sama sekali. Termasuk ini!"
Ia masuk kedalam apartemenku dan melempar beberapa lembar Irish Daily keatas sofa. Aku berdebar melihat wajahnya yang menahan emosi. Matanya menatap garang kearahku. Aku memalingkan wajahku pada Irish daily yang ia lempar dan membaca headline news yang terpampang disana.

"WESTLIFE'S NICKY BYRNE: FOR THE GIRL THAT I LOVE, I LEFT HER."

Lalu terlihat foto Nicky yang sedang menggandeng tanganku di Baldoyle. Kami memang sempat jalan-jalan berdua. Hanya sebentar...dan aku tidak ingat ada papparazi yang mengikuti kami. Tapi mengingat betapa terkenalnya Westlife sekarang, kemungkinan apapun bisa terjadi. Siapapun yang mengambil foto itu pasti papparazi yang mungkin tidak terlihat sama sekali olehku dan Nicky.

Aku membeku, diam seribu bahasa saat membaca artikel didalamnya. Nicky sudah bertemu wartawan. Ia diwawancarai dan ia sudah mengakui hubungannya denganku. Ia sudah bilang bahwa hubungannya dengan Georgina sudah berakhir. Ia mengatakan dengan jelas bahwa ia mencintaiku. Aku, yang dulunya berpacaran dengan teman satu bandnya. Darahku terasa tidak mengalir. Ia tidak memberitahuku sama sekali.

Kepalaku terasa panas, jantungku berdebar kencang menahan amarah.
"Tidak seharusnya dia melakukan ini..." kataku dengan nada bicara aneh. Suaraku bahkan sempat tersumbat di tenggorokanku.
"Melakukan apa?" Darren bertanya dengan suara ringan. "Kalau ada papparazi yang sudah memotret kalian berdua, lalu wartawan berdatangan padanya, memangnya kau pikir dia perlu bicara apa? Kau mau ia berbohong pada wartawan? Membuat masalah menjadi rumit dan berbelit-belit? aku justru kecewa padamu. Tidakkah ada sedikit keinginan untuk bercerita padaku?"

The Blue Eyes of The Lighthouse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang