Part 6

24 4 0
                                    

Baru saja aku keluar dari rumah, blitz kamera sudah menyerangku. Aku mengerjap-ngerjapkan mata. Belakangan ini aku selalu diikuti papparazi karena jadian dengan Mark. Tadinya aku ingin hubungan kami dirahasiakan. Tapi Mark sepertinya lebih suka terus terang. Akhirnya aku pasrah. Kemanapun berjalan aku diikuti oleh jepretan kamera.

Aku mau sih jadi orang terkenal yang dikejar-kejar wartawan. Tapi bukan begini yang aku mau. Lama-lama aku malu dan capek. Masalahnya, jangan-jangan aku ini nggak tahu diri ya?menerima Mark sedangkan hatiku masih jadi milik orang lain. Lagipula harusnya aku bercermin dulu sebelum menerima cowok seterkenal dan sebaik Mark! Tapi disisi lain aku juga berpikir Mark adalah malaikat yang dikirimkan untukku agar aku bisa melupakan Nicky. Aku menyayangi Mark, aku menyukainya, menghargai perasaan bodohnya padaku.

Hari ini aku didandani lagi oleh Mum. Yah...kau tahu...bagaimana reaksi Mum saat tahu aku pacaran dengan Mark? Ia menjerit kencang sekali. Lalu dia malah marah-marah. Aku nggak mengerti jalan pikiran Mum. Mungkin ia terlalu shock. Aku harus menceritakan semuanya dari awal. Dan kau tahu...untuk menceritakan bagaimana aku bisa berhubungan dengan Mark, otomatis aku harus menceritakan soal Nicky. Aku bilang pada Mum kalau aku sudah melupakan Nicky.

Novelku?

Tuhan berpihak padaku. Novelku meledak dipasaran. Dan sepertinya kebanyakan pembaca novelku adalah para remaja patah hati. Tapi itu memberiku motivasi yang luar biasa. Aku menulis, menulis, dan menulis terus. Berharap novelku akan terus disukai oleh pembaca.

Darren?

Tolong jangan tanyakan dia. Dia mengamuk habis-habisan saat melihatku ada di televisi dan marah-marah setengah mati di telepon karena tidak mengabarinya. Habis bagaimana? Ini semua terlalu aneh dan aku bingung menceritakannya pada Darren. Ia menyumpah-serapahiku dan baru mau diam setelah aku bilang aku akan mempertemukannya dengan Mark. Masalah selesai.

Oke, jadi ketika aku keluar rumah, langsung ada papparazi yang menantiku. Aku berusaha cuek dan berangkat dengan mobil sedan yang sudah menungguku didepan rumah. Editorku sudah setia menunggu dibelakang setir. Lalu mobilnya meluncur meninggalkan perumahan rumahku.

***

Mark masuk kedalam studio. Hari ini akan ada pemotretan Westlife. Ia agak terlambat. The lads sudah datang semua dan sedang memakan chips berbungkus-bungkus. Dengan excited ia duduk disebelah Nicky dan merampas salah satu bungkus chips dari tangan Nicky. Nicky tidak bereaksi seperti biasanya. Ia Menatap mark marah.

"Kembalikan!" hardiknya.

Mark kaget dengan reaksi Nicky. Ia langsung menaruh bungkus chips itu disamping Nicky. Menatap Nicky heran.

"What's wrong with you Nico?" Mark terheran-heran.

"Stay away from me Feehily..." Nicky langsung bangkit dari duduknya dan berjalan keluar studio. Mark langsung mengikutinya. Mereka meninggalkan Shane, Brian dan Kian yang sedang berebut chips. Mark menarik Nicky.

"Kau ada masalah apa denganku?" tanya Mark.

Nicky menepis tangan Mark, tidak menjawab apa-apa.

"Kenapa kau tidak jujur saja kalau ada masalah?" Mark melipat tangannya didepan dada. "Kenapa? Apa karena Michelle? Kau marah padaku karena aku jadian dengannya?

"Kau nggak perlu sok tahu" Nicky menggeleng, membelakangi Mark.

"Mau sampai kapan kau diam seperti orang bisu?" Mark menyandarkan tubuhnya ke tembok. "Kalau kau tidak marah karena itu, lalu kenapa kau marah padaku? Jangan anggap aku bodoh, Nico"

Nicky langsung berbalik badan dan menarik kerah baju Mark.

"What do you want from her?!" jeritnya marah.

The Blue Eyes of The Lighthouse ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang