Dengan cepat aku berjalan ke arah lobi tempat wanita tadi terjatuh. Arlojiku menunjukkan pukul 07.30. Aku telat 30 menit! Kembali kurogoh kantongku untuk mengambil hp.
Sudah ngga ada waktu untuk meraba-raba tempat kumpul. Kuputuskan untuk segera menelepon Done, teman satu kelompokku yang juga teman seangkatanku. Aku berlari sambil mengikuti petunjuk Done menuju departemen bedah. Done menyampaikan bahwa kami harus berkumpul di kelas bedah, bukan ruang departemen bedah, letak pintunya tepat di sebelah pintu departemen bedah.
Aku ngga melanjutkan langkahku sesampainya di depan pintu kelas bedah. Terengah-engah. Aku berusaha mengatur napasku se-normal mungkin, lalu membuka daun pintu kelas bedah sekecil mungkin. Membiarkan mataku mengintip. Memastikan bahwa kegiatan orientasi stase bedah belum dimulai. Setelah yakin belum ada konsulen, aku bergegas masuk ke dalam kelas bedah.
Daun pintu kututup dengan sangat perlahan. Berharap ngga sampai menimbulkan bunyi. Tapi, gagal.
Kudapati semua pasang mata dari sembilan belas teman kelompokku tertuju ke arahku. Setelah mereka yakin bahwa yang masuk bukan konsulen, mereka melepaskan pandangannya dariku. Melanjutkan aktivitas masing-masing.
Ruang kelas bedah cukup luas. Terdapat sebuah meja persegi panjang yang dikelilingi kursi secara beraturan. Kursinya memiliki warna yang seragam, yaitu hitam. Kursinya tepat seperti kursi kantoran dengan lumbar support. Langit-langitnya tinggi. Di dinding sebelah utara nyaris di dominasi dengan jendela. Lebih pantas jika disebut ruang pertemuan ketimbang ruang kelas, kurasa.
Hanya tersisa dua kursi kosong. Satu kursi sepertinya khusus untuk konsulen karena letaknya di salah satu ujung meja panjang. Dan satu lagi... sepertinya aku bisa duduk di situ.
Aku duduk di satu-satunya kursi yang tersisa yang kurasa ngga masalah jika ku tempati. Setelah meletakkan tas di lantai, kusisir pandanganku ke seluruh sudut ruangan. Memperhatikan sekitar. Kelompokku terdiri dari dua puluh orang, termasuk aku. Sepuluh orang adalah kakak kelas. Tingkat lima. Sepuluh orang lagi anak tingkat empat. Aku termasuk anak tingkat empat dan ini adalah stase pertamaku. Dari sepuluh anak tingkat empat, hanya Donelia Erlinda alias Done yang dulunya satu kelas denganku saat preklinik. Walaupun ngga begitu dekat sebelumnya, tapi aku beruntung sekali bisa satu stase dengan orang yang, seenggaknya... aku kenal. Aku ngga mengenal anak-anak lainnya, tapi se-nggaknya aku mengetahui sebagian besar nama mereka. Hanya sekedar tahu, bukan kenal. Anak-anak yang berada di ruangan ini terlihat sibuk dengan aktivitasnya masing-masing.
Aku mendapati laki-laki berjas putih berbadan atletis sedang berjalan ke arahku. Wangi parfumnya sangat memikat. Laki-laki berambut klimis itu duduk tepat disebelahku. Ia mengarahkan kursinya ke arahku.
"Mel," ucapnya. Jika melihat penampilannya aku bisa menebak kalau dia pasti Kak Bayu. Anak tingkat lima. Ini bukan stase pertama baginya. Dia sudah menjalani masa klinik selama satu tahun penuh. Kak Bayu terkenal sekali dikalangan anak-anak jurusan kedokteran universitasku. Namun, ini kali pertama aku bicara bertatap muka dengannya.
"Iya?" suaraku pelan. Aku sama sekali ngga penasaran kenapa dia tau namaku. Walaupun kita udah satu group Line, tapi kalo belum ketemu langsung biasanya sering ngga ngeh. Tapi, mungkin aku salah satu kasus khusus. Bukannya sombong, tapi dari awal masuk kuliah, namaku selalu jadi buah bibir di semua angkatan.
"Ini hari perdana lo, kan?" tanyanya. Well, nadanya ngga benar-benar seperti orang yang sedang bertanya. Tapi, lebih seperti orang yang sedang meminta persetujuan. Aku menganggukan kepalaku sambil menerka-nerka apa maksud dari ucapan dan gelagatnya.
"Lo tau ngga sekarang jam berapa?" aku langsung menganggukan kepalaku tanpa melihat jam terlebih dahulu. Aku tahu betul, dia ngga benar-benar bertanya sekarang jam berapa. Melainkan, ingin memastikan kalau aku sadar karena ngga on-time.

KAMU SEDANG MEMBACA
Represi [HOLD]
ChickLit"Kata kakak tingkat, yang paling berat di masa koas itu ada dua. Pertama, stase perdana, apapun. Kedua, stase bedah. Aku? Jackpot! Harus mengalami kombinasi dua hal itu." - Mel [HOLD]