Bab 6 - Islam Bukan Teroris

67.2K 4.2K 123
                                    


بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Semua agama memuliakan wanita. Tergantung wanita itu sendiri mau menaati peraturan yang ada atau tidak.

🍁🍁🍁

"Shitt!! Dia laki-laki bejat!"

"Kenapa dengan laki-laki itu?" Aiza bertanya sambil terus membersihkan suvenir-suvenir yang berada di atas laci dengan kemoceng. Kebetulan Mario sedang libur, ia bisa menikmati waktu senggannya dengan menonton tivi---acara berita yang sedang hangat-hangatnya. Rasanya telinga Aiza panas, karena dari tadi Mario terus saja mengumpat. Dia kerap mengomentari hal sepela yang terjadi di acara tivi, terutama berita mengenai politik. Bibirnya itu tidak bisa diam.

"Dia melecehkan seorang penyanyi dangdut, dia telah merendahkan perempuan itu!" Mario menjawab seraya terus menatap layar tipis di depannya dengan serius. Meskipun ia tidak suka dengan penyanyi dangdut yang sedang tenar itu, tapi Mario merasa nama baik seorang laki-laki bisa tercoreng akibat ulah salah satu kaum adam yang telah merendahkan si artis seksi yang selalu berada di atas panggung menghibur para penonton dengan suara khasnya.

"Seorang pedangdut yang sedang naik daun itu?"

"Kamu pembantu ter-update ternyata."

"Aku tau beritanya dari instagram. Banyak para netizen yang membela dengan membuat hastag." Di balik cadarnya Aiza terseyum sambil menggeleng. "Saya heran dengan mereka."

"Maksud kamu?"

"Kamu tidak akan mengerti tuan Mario."

Mario mendesah, baru kali ini dia kenal dengan perempuan aneh yang sedang menyapu debu di atas bingkai foto. Kebetulan foto itu adalah foto Mario ketika masih kecil. Memang lucu dan tampan, tapi Aiza menyayangkan itu, lantaran Mario sama sekali tidak mengenal siapa pencipta-Nya. Ini buruknya lahir dari keluarga kaya tanpa ilmu agama.

Baru bekerja beberapa hari, Mario dan Aiza kerap mengobrol seperti ini, dengan suasana yang bisa dibilang akrab, tapi sedikit dibumbui konteks antipati. Entahlah. Lagi-lagi Mario selalu bicara tentang cadar.

"Coba saja kalau artis itu mau menutup aurat, bisa menjaga kecantikan dan keindahan tubuhnya, dia tidak mungkin dilecehkan seperti begitu. Itu sebabnya, mengapa Islam menganjurkan para wanita untuk mengenakan jilbab, bahkan ditekankan untuk bercadar, karena Islam begitu memuliakan wanita. Hanya agama kami, yang sangat menghormati kedudukan wanita."

Mario tidak menggubris, walaupun sebenarnya ucapan Aiza cukup logis dan masuk akal. Sebab perempuan yang tertutup, sama sekali tidak menarik hati. Seperti apa yang Mario rasakan ketika melihat Aiza, dia tidak merasakan gairah apa-apa. Di mata Mario, Aiza itu tidak menarik nafsu. Tapi ada satu yang membuat Mario penasaran: tentang wajah Aiza yang terlindungi di balik kain tipis itu.

"Berbahagialah wanita zaman sekarang, karena islam telah memuliakannya. Berbeda dengan dulu, ketika Islam belum ada, wanita-wanita dipandang hina. Para lelaki bisa menodai mereka bagai piala bergilir. Para suami menyerahkan istri-istrinya pada lelaki lain demi mendapatkan keturunan sempurna. Pada saat itu wanita berada pada keadaan serendah-rendahnya. Dan sekarang, ketika Islam berhasil ditegakkan, mereka malah dengan sengaja merendahkan dan mempermalukan diri."

"Jadi itu adalah kesalahan perempuan?"

"Jangan menyalahkan salah satu, sebab manusia harus selalu intropeksi diri. Lalu apa bedanya laki-laki itu dengan kamu Tuan Mario?" tanya Aiza sedikit menyindir. Dia sudah gerah dengan tingkah Mario dengan Claudia yang seenaknya melakukan hubungan intim di mana saja.

Di Balik Niqab [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang