CB-24

562 75 7
                                    

***

Sepuluh tahun sudah berlalu dengan cepat. Aku yang kini sudah menjadi seorang sutradara di Negara Kangguru ini sudah jarang pulang ke Indonesia. Biasanya, Bunda dan Ayah aku terbangkan kesini selama beberapa bulan. Karena jika aku kembali ke Indonesia, aku tidak akan lama, dan itu membuatku tidak puas. Sebenarnya aku ingin berlama-lama disana. Bermain bersama Defi dan yang lainnya. Yang paling utama, aku ingin bertemu dengan Iqbaal.

Iqbaal. Sudah lama aku tak mendengar kabar tentangnya. Tak ada whatsapp, tak ada sms, telfon, bahkan apapun. Aku benar-benar lost contact dengannya. Ditambah lagi, Iqbaal jarang mengupload foto atau kabar apapun tentangnya di media sosial miliknya. Dan itu membuatku tak memiliki kabar apapun tentang dirinya. Dan aku tak tau, disana dia bersama dengan siapa. Hubungan kita pun tak tau arahnya kemana. Aku sudah lama menghikhlaskan dia jika dia memang bersama orang lain. Karena aku sadar posisiku, aku hanya seorang fans yang sudah menolak cintanya bertahun-tahun yang lalu. Tapi entah mengapa, disini aku selalu menjaga hatiku untuknya. Aku tak dekat dengan seorang lelakipun disini. Dulu ada yang mendekatiku, tapi aku tak mau. Aku seolah terikat oleh kata-kata Iqbaal dan janjinya dulu untuk datang dan memintaku pada Ayah dan Bunda.

Aku tak tau, sudah benar atau salah kah sikapku itu. Kini semua kuserahkan pada Yang Maha Kuasa. Terserah apa takdirNya untukku, itu pasti yang terbaik.

Dan hari ini, aku bebas dari pekerjaan apapun. Karena hari ini jadwalku libur, ditambah lagi hari ini weekend, pekerjaan rumah dan semuanya sudah beres, jadi aku bebas kemanapun.

Aku memilih untuk pergi ke Taman dan bermain dengan beberapa anak kecil disana. Sekalian mencari inspirasi untuk salah satu film yang akan aku proses dua bulan lagi.

Tepat pukul 10.00 AM, aku berjalan menuju taman yang ada didekat apartementku. Sesampainya disana, aku membeli burger dan memakannya dengan santai sambil duduk di kursi taman. Saat aku melihat anak kecil, aku menghampirinya dan bermain ringan dengannya.

"Hai, (Namakamu)" Sapa seseorang yang berada didepanku ini.

"Eh, Hai, Rona" Sapaku juga.

Rona adalah tetangga apartementku. Kamarnya tepat disebelah kanan kamarku.

Aku beranjak berdiri dari dudukku, karena dari tadi aku sedang bermain rumput dengan anak berumur 5 tahun.

"Kamu tidak bekerja hari ini?*" Tanyanya padaku.

"Tidak. Aku sedang bebas hari ini. Jadi aku pergi ke taman untuk mengistirahatkan otakku sejenak*" Jawabku.

"Ohh, iya iya. Tapi (Nam), aku kesini ingin meminta tolong*"

"Tolong apa?*"

"Disana ada anak kecil dari Indonesia sepertinya. Aku tidak mengerti apa yang dia bicarakan. Tapi mungkin kau bisa mengerti dan bisa membawanya pada ibu dan ayahnya*"

"Hei? Dimana anak itu sekarang?*"

"Ayo ikut*"

Rona mengajakku kearah pusat taman. Ia menggandeng anak kecil yang tadinya duduk di kursi dan membawanya kepadaku yang sedari tadi mengikutinya dari belakang.

Aku menekukkan lututku, sehingga bisa sejajar dengan anak laki-laki yang sepertinya memang orang Indonesia.

"Hei, boy. What is your name?" Tanyaku padanya.

"Naufal" Jawabnya.

Nama yang sangat Indonesia sekali, pikirku.

Aku menggenggam tangannya dengan lembut, sesekali juga mengusap kepalanya.

Come Back Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang