Kepada
Rehan Abdillah
"Ka, balikan, yuk."
Itu adalah kalimat pertamamu begitu aku membuka pintu untuk menerima tamu pada pukul sepuluh malam. Aku hampir protes karena ada orang bertamu selarut itu, kemudian yang kulihat adalah wajahmu.
Detik-detik selanjutnya aku geming menyaksikan wajahmu. Maksudmu apa, sih?
Kita kemudian sama-sama tidak bersuara. Kamu mungkin menunggu jawabanku, sementara aku menunggu penjelasan lebih lanjut dari mulutmu. Tetapi kamu tidak bergerak. Kamu hanya diam layaknya patung.
Kutanya padamu ada apa, tapi kalimatmu yang sebelumnya itu terulang. Kamu ingin balikan. Kutanya kenapa, kamu tidak menjawab. Kamu hanya bilang, kamu ingin balikan.
Hanya senyum yang kutunjukkan padamu. Senyum aneh yang mungkin tidak pernah terbayang olehmu sebelum malam itu. Aku kemudian bertanya padamu, bagaimana jika aku tidak mau menuruti permintaanmu.
Tapi setelahnya, satu pertanyaan singkatmu tersusun dengan begitu sederhana, namun sukses betul menjebak pikiran dan hatiku dalam waktu singkat: "Lo udah enggak sayang sama gue kayak dulu ya, Ka?"
Dan... pintu di antara kita kututup rapat tanpa berucap apa-apa. Aku tidak tahu kamu menunggu berapa lama, tapi malam itu aku benar-benar tidak membuka pintu lagi.
Bagaimana caranya aku mengatakan padamu? Dan sekarang satu pertanyaan terus keliling di benakku, memangnya, aku benar-benar masih sayang padamu?
27 Januari 2018,
Giovanka Alicia
KAMU SEDANG MEMBACA
Sampaikan Pada Pacarmu, Aku Pernah Mencintaimu
Short StoryBukan maksudku ingin merebut kamu kembali dari gadis itu. Inginku hanya kamu. Kamu, untuk menyampaikan padanya, bahwa bukan hanya dia yang mencintaimu, tapi aku juga-pernah. Mungkin sekarang sudah tidak. Bisa jadi, sekarang masih. Siapa yang tahu pa...