Prolog [Pengorbanan]

219 79 40
                                    

Langit kelabu.

Angin dingin menghembuskan nafas kesedihan yang begitu pekat. Dedaunan berputar putar diangkasa bersama jeritan duka yang tertahan.

Seorang pengawal melangkah mendekat, mulai mengikat tangan sang ratu dengan seutas tali. Jari jemarinya bergetar disertai isak tangis warga desa. Mereka tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

Sang Ratu yang begitu anggunnya dibalutan gaun berwarna putih polos. Nampak kontras dengan kecantikan diwajahnya seperti salju dengan corak merah darah.

Sampai diakhir hayatnya pun, sang Ratu masih memiliki wibawa.

Ia berjalan dengan pasti, beberapa langkah menuju jembatan. Dibawahnya mengalir sungai yang menjadi sumber penghidupan seluruh warga desa, tak terkecuali anggota kerajaan. Saat dirinya sudah berdiri tegap dipinggir sungai, Sang Ratu menoleh ke Raja yang berada beberapa meter di sisinya, menatapnya dengan pandangan sulit diartikan.

Kesedihan, penyesalan, keraguan..

Tapi semua sudah terlambat. Sang Ratu menatap lurus ke riak air sungai yang mulai bergejolak. Seluruh warga desa menahan nafas, bahkan burung-burung kecil yang biasa berkicau ria kini hilang entah kemana.

Keheningan yang sekejap merenggut kebahagiaan seisi negeri.

Sang Ratu perlahan berbisik, "Roh Sungai Yang Bijaksana, biarkan diriku menebus dosa rakyatku, biarkan diriku menebus dosa keluargaku dan biarkan diriku menebus seluruh dosa Rajaku."

Tubuhnya yang ringan perlahan terhempas keudara, terjun bebas kedalam air yang seolah olah terbuka, menggulungnya, lantas menariknya kedalam pusaran air hingga yang tersisa hanyalah gelembung gelembung hampa.

Roh Sungai telah menerima pengorbanannya.

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang