Bab 6 [Rahasia]

5 1 1
                                    

Suara gemerisik itu berasal dari arah barat. Yi Bai melangkahkan kakinya perlahan sambil menunduk dan mengarahkan panahnya ke salah satu anak rusa liar bermata hitam yang berjarak tak jauh darinya. Pangeran Yi disebelahnya ikut mengamati. Dalam hati ia berhitung menanti saat yang tepat melepaskan anak panahnya.

Tidak sadar akan bahaya yang dihadapinya, anak rusa itu melahap buah berry didepannya dengan tenang, sesekali melirik ke segala arah dengan was-was. Tubuhnya yang ramping juga membuatnya mudah untuk berpindah tempat. Yi bai melepaskan anak panahnya melesat menggesek dedaunan dan berakhir di batang pohon tak jauh dari anak rusa bermata hitam. Karena suara yang ditimbulkan membuat anak rusa tersebut terkejut dan pergi menjauh.

Yi bai berdiri, menyeka peluhnya. "Nyaris saja."

"Setidaknya masih lebih baik dari kemarin." Pangeran Yi menimpali, sudah hampir setahun Yi bai berlatih memanah dan kegiatan lain yang akan membantunya dalam memimpin negeri ini. Namun ia tau kalau memanah bukan salah satu keahliannya.

"Apa aku bisa melakukan hal lain selain memanah? Aku pandai dalam menulis dan berkuda."

"Tidak" kata pangeran Yi tegas. "Kamu tidak dilatih untuk menjadi lihai, Yi bai. Kamu dilatih agar terbiasa. Jika suatu saat nanti kamu naik tahta dan hal-hal buruk terjadi, kamu masih bisa menyelamatkan dirimu sendiri."

Yi bai melemaskan tangannya.

"Mungkin hari ini sudah cukup, apa ada kegiatan lain yang akan kamu lakukan hari ini?"

"Berlatih pedang. Apa kakak akan ikut lagi?"

"Tidak" pangeran Yi berdiri, merapihkan seperangkat alat berburunya dan kembali menuju pinggir hutan tempat kuda-kuda mereka dijaga oleh pengawal. Setelah mimpi raja bertahun-tahun lalu, ia bertanggung jawab atas pendidikan pangeran Yi Bai. Sang raja sudah terlalu tua untuk melakukan hal-hal berat seperti ini. Dan diantara kesibukannya yang lain, ia menyempatkan untuk mengawasi pelatihan Yi bai dari dekat.

Keheningan melekat diantara keduanya. Selain perbedaan umur, sejarah kelahiran Yi bai yang tidak diduga kadang-kadang masih membuatnya terluka. Walaupun begitu, Yi bai masih sangat menghormati Pangeran Yi dan benar-benar menganggapnya sebagai kakak sulung yang dapat diandalkan.

"Apakah ayah masih bisa sembuh?"

Pertanyaan Yi bai membuat Pangeran Yi terkejut. Sedikit kesal karena mengingat ayah mereka adalah orang yang sama. "Kemungkinan akan selalu ada" jawabnya singkat. "kenapa kamu bertanya?"

"Aku hanya ingin tahu."

"tapi itu berbahaya, Yi bai."

Yi bai terdiam, ia memandangi kakaknya dengan tatapan tidak mengerti.

"Kamu penerus tahta. Bertanya hal tersebut dapat saja diartikan kamu ingin raja saat ini mati."

"Tapi aku tidak..-"

"Yi bai, Rumor itu sangat mengerikan, rumor tidak menginginkan kebenaran, rumor tidak peduli niat awal mu apa. aku harap kamu mengerti."

Yi bai tertegun, ia menghentikan langkahnya.

"Apa kau marah? Mari kita kembali. Atau akan kutinggal."

"Jadi penerus tahta itu menyebalkan."

"apa?"

"kenapa aku yang harus jadi penerus tahta, bukannya kamu."

"Yi bai! Astaga..-, apa kita harus membahas ini? disini?"

"aku hanya ingin kehidupan normal, kehidupan seperti ini mengerikan, setiap hari selama hidupku hanya belajar menjadi negarawan yang baik, berlatih dan berlatih terus menerus." Suaranya bergetar menahan tangis, ia mengepalkan tangannya erat. "Aku lelah. Dan bahkan aku tidak boleh menanyakan keadaan ayahku sendiri karena dianggap pengkhianatan. Menyedihkan." Kepalanya tertunduk.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 24, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang