Bab 3 [Satu Hari]

79 52 29
                                    


Yueyin bangun dari tidurnya, menutupi tubuhnya dengan selimut. Tangan Sang Raja melingkar di pinggangnya. Langit masih gelap, ia melihat wajah Raja sebentar dan mengecupnya perlahan. dihatinya terbersit rasa bersalah, ia turun dari kasur, memakai pakaiannya, lalu keluar dari kamar.

Sang pengawal yang melihat Yueyin keluar dari kamar tampak terkejut dan heran, tapi Yueyin tak peduli. Ada sesuatu dihatinya yang lebih menyita perhatiannya, rasa bersalah.

Ia berjalan dengan tatapan kosong dilorong lorong istana. saat menuju kamarnya, tak sengaja ia melihat siluet sang ratu didekat sungai. Tapi sang ratu belum kembali kan?

Yueyin menggelengkan kepalanya dan melanjutkan langkahnya. Pasti hanya bayangan, kata hatinya menenangkan. Apa karena rasa bersalah itu memenuhi fikirannya, membuatnya melihat ke hal yang seharusnya tak ada. 

Ia membuka pintu kamarnya dengan lesu, melihat cermin. Wajahnya pucat. Apa yang ia lakukan benar? Apa ia melakukan hal yang wajar? Yueyin menjatuhkan diri dikasurnya. Tapi tetap saja malam ini malam yang hebat untuknya. Sesaat, Raja dan dirinya saling memiliki satu sama lain. Ia mengambil bunga merahmuda yang telah layu itu, tertawa miris. Air mata mengaliri rona merah dipipinya.

____

Rombongan Sang Ratu sampai di kerajaan sebelum matahari terbit. Mereka sampai tak lama setelah Ratu kembali ke kamarnya, ia memutuskan tidur dikamar lain untuk sementara.

Ruangan yang sibuk pertama kali dipagi buta seperti ini adalah dapur istana, mereka mulai berbenah untuk menyiapkan sarapan pagi. Setelah Para Pangeran dan Putri kembali dari pemandian air panas istana, mereka mulai memenuhi ruang makan. tepat saat matahari dengan cerah menampakan cahayanya, makanan telah disajikan.

Ratu menarik nafas sebentar dikamarnya saat bersiap menuju ruang makan, para pelayan yang melihat Ratu beda dari biasanya tak bisa berbuat banyak, mereka heran namun Sang Ratu berhasil membuat mereka percaya bahwa ia baik baik saja.

Saat memasuki ruang makan, anak anaknya yang kecil berlarian memeluknya, yang beranjak remaja juga beberapa yang ikut memeluk. Sungguh kebahagiaan keluarga kerajaan bisa membuat siapapun ikut merasa bahagia. 

Ratu duduk disamping Raja, bersikap seolah tidak ada yang terjadi. Raja tersenyum saat meliriknya, Ratu membalas sekilas, walaupun hatinya sesak. 

Sarapan pagi yang biasa digunakan untuk bercengkrama para anggota kerajaan pagi ini dikagetkan dengan laporan dari sang prajurit yang terburu-buru melaporkannya ke Raja, diikuti para penasihat yang turut mengiyakan.

Sungai yang menjadi sumber air utama mereka tercemar. Para Pangeran dan Putri berhamburan keluar, diikuti Sang Ratu yang juga heran, barusan semalam ia berada disungai dan airnya masih jernih.

Ternyata benar, air sungai itu tetap mengalir, tapi warnanya menjadi merah yang begitu pekat nyaris terlihat hitam.

"Apa ada korban yang berjatuhan?" Tanya Sang Raja

"Tidak ada Yang Mulia, warga yang pertama kali melihat dan melaporkan hal ini sudah tidak ingin meminum airnya bahkan memakai air ini untuk mandi sudah segan. Mereka menunggu keputusan Raja."

"Kalau begini terus kita bisa kekurangan sumber air."

"Bagaimana dengan sumur yang ada?"

"Sumur yang tersedia hanya sedikit Yang Mulia, itupun berada jauh dari pusat kota, kalau bisa diantar itupun memakan perjalanan dua tiga hari."

"Dimana Pangeran Er Shi Er, suruh ia menyelidikinya!"

Pangeran tegopoh gopoh menghampiri Sang Raja "Siang ini akan kami laporkan hasil penelitian airnya Yang Mulia."

The QueenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang