00

411 18 0
                                    

Seoul, 2002.


"kenapa kamu tidak menangis?" tanya anak laki-laki itu setelah melihat anak sebaya-nya yang juga sedang berduka

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"kenapa kamu tidak menangis?" tanya anak laki-laki itu setelah melihat anak sebaya-nya yang juga sedang berduka.

Dia melihat pita putih yang terpasang di rambutnya. Anak perempuan itu duduk disampingnya sambil tersenyum ke arahnya.

"mau aku peluk?" tanya anak perempuan itu, dengan wajah datar.

"aku bukan laki-laki lemah!"

"aku tidak berpikir seperti itu. Aku hanya ingin memeluk mu biar kita bisa saling merasakan. Walau kita sama-sama lagi berduka, apa salahnya kita berbagi perasaan. Aku... benar-benar ingin merasakan kehilangan yang se-sungguhnya. Jadi, bolehkah aku memeluk mu?" tanyanya kembali.

Anak laki-laki itu memandang aneh ke anak perempuan itu. Tapi, setelah di pikir olehnya lagi, tidak ada salahnya untuk berbagai perasaan.

Dia menarik tangan anak perempuan itu, lalu dengan erat dia memeluk anak perempuan itu, tanpa keraguan.

.
.
.


"menangislah..." lirih anak laki-laki itu.

Dia menepuk punggung anak perempuan itu dengan perlahan. Badannya gemetar... lalu dia menangis terisak-isak dalam diam.

"apa aku berhasil membagi perasaanku...?"

Anak perempuan itu mengangguk pelan dan pelukkannya menjadi semakin kencang.

"aku tidak akan melepaskan pelukkan ini... Tapi, siapa namamu?" tanya anak laki-laki itu.

"Seo... Ji..."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
EYES [[JIN]] 👀Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang