Namaku Mirielle. Panggil saja aku Rie. Aku anak pertama dari dua bersaudara. Umurku tujuh belas tahun. Orangtuaku tinggal di sebuah apartemen di Jakarta. Dulunya, aku tinggal di Alerawi sejak lahir karena Papa kerja di sana.
Alerawi itu mimpi buruk. Di sana aku di-bully habis-habisan. Tahu kenapa? Karena aku ini jelek. Mereka nggak salah, sih. Aku memang jelek. Aku hitam dan jerawatan waktu itu. Aku jadi satu-satunya anak yang bisa membahagiakan mereka dengan membiarkan mereka menghinaku.
Bertahun-tahun aku harus bertahan dengan semua itu. Untungnya, aku ini pintar. Jadi, aku bisa tetap dapat nilai yang bagus di sekolah. Cuman, karena kelakuan anak-anak itu, aku jadi malas sekali berteman dengan anak lain. Buat apa? Mereka semua sama. Mereka hanya melihat fisik saja. Karena merasa cantik dan bisa memakai make up tebal, mereka jadi menganggap rendah cewek yang punya wajah jelek.
Kan keterlaluan sekali namanya!
Baru beberapa tahun tinggal di Jakarta dan baru saja aku mendapat bantuan dari Mama untuk perawatan wajah di dokter ternama, ternyata aku harus menerima satu bullying lagi. Kali ini bukan dari anak-anak lain. Kali ini dari tubuhku sendiri. Aku kena kanker. Kanker saluran pernapasan yang mereka sebut dengan ... ah, sudahlah aku lupa namanya. Nanti kalian tanya sendiri sama dokterku.
Ini fotoku sebelum kena kanker. Sekarang, aku lebih kurus dan lebih pucat. Aku jadi seperti anak kurang gizi; pendek, kurus, dan pucat. Apalagi sekarang aku sudah tidak sekolah. Karena Mama membawaku ke sana-ke mari untuk pengobatan alternatif dan medis, akhirnya aku harus melepaskan sekolah.
Mama bilang kalau aku bisa melanjutkan sekolah lagi saat nanti sudah sembuh. Ah, bullshit banget!
Berapa persen sih orang yang bisa sembuh dari kanker?
Apa aku harus melihat tubuhku berubah jadi seperti mutan?
Apa aku harus melihat rambutku jadi rontok karena kemo?
Tidak!
Aku tidak mau begitu. Kalau memang akan mati, kenapa harus menunggu lama dan menghabiskan waktu dengan pengobatan mengerikan?
Kenapa tidak dipercepat saja?
Ah, jangan begitu. Jangan terlalu munafik. Kalau kalian mengalami apa yang kualami, kalian pasti akan sependapat denganku. Kalian bisa bicara begitu karena cuma melihat.
"Sabar."
"Yang kuat."
Ah, itu cuma omongan orang-orang yang sok bisa merasakan yang kurasakan.
Baca sedikit ceritaku. Kalian pasti mengerti apa yang terjadi padaku. Nanti kalian bisa memutuskan setuju atau tidak padaku.
***
hai hai semuaaaa...
Cast Rie ini adalah Mika Abdalla kecil. Sekarang Mika Abdalla sudah dewasa dan punya anak walau mukanya masih imut-imut. Hihihi...
Susah sekali sebenarnya nyari cast untuk Rie. Menurut saya Mika kurang kurus lagi dibandingkan Rie.
Waktu awal saya tahu lagi kena kanker, berat badan saya anjlok habis-habisan. Kirain karena saya ditakdirkan kembali kurus seperti waktu masih gadis. wkwkwkwk... Ternyata lagi sakit. hihihi... Sekarang sih udah baikan walau sempat turun lagi secara misterius setelah lebaran kemarin. Makanya saya butuh pemeriksaan intensif lagi. hehehe...
Doakan saya dan Rie yaaaa...
Hush! Gosah ngomongin Martin. Udah bahagia dia dengan Irene tersayang. hehehe...
With my best kisses,
Honey Dee
KAMU SEDANG MEMBACA
Rooftop Buddies (Terbit - Gramedia Pustaka Utama)
Romansa(Bestseller Book in August 2018) Buat Rie, mengidap kanker itu kutukan. Daripada berjuang menahan sakitnya proses pengobatan, dia mempertimbangkan pilihan lain. Karena toh kalau akhirnya akan mati, kenapa harus menunggu lama? Saat memutuskan untuk m...