1

5.5K 667 79
                                    

--------------------------------------------------

Sorry for typos and happy reading.

--------------------------------------------------

[Satu]

Tidak peduli malam apapun itu, yang namanya club selalu ramai. Entah itu pada malam hari libur atau bahkan hari kerja sekali pun. Kim Myungsoo berada di sana, duduk di salah satu kursi dengan bentuk setengah lingkaran. Dua pria lagi menemaninya, tampak asik berdebat tentang entah apa sedari tadi seperti kebiasaan mereka.

"Di mana hyung? Katanya pergi sebentar," pria dengan postur tubuh lebih tinggi dari pria yang satunya lagi berucap, seperti mengajak Myungsoo bicara tapi tak menatap sang pria, malah asik mengamati sekelilingnya seakan mencari. "Dia pasti sibuk, kenapa kau mencarinya?" pria satunya lagi ikut angkat bicara, meraih gelas minumnya dan meneguk sampai habis. "Bisakah kita mendapatkan satu botol lagi?" tanyanya, mengangkat botol alkohol yang ada di atas meja mereka, benda itu telah kosong.

"Tidak, hyung bisa dapat masalah kalau kita minum terlalu banyak." Myungsoo menjawab, meraih gelasnya yang masih terisi dan meneguknya sampai habis. Tindakan yang tepat untuk dilakukan sebelum temannya ―Choi Minho― mengambil gelas miliknya dan meneguk hingga habis cairan tersebut.

"Aigoo, tidak seru sekali." Pria itu meletakkan kembali botol kosong itu di tempat yang awal, sedikit keras menimbulkan sedikit suara dentingan. Tapi musik di dalam ruangan itu masih dapat meredamnya, Myungsoo tak mengatakan apapun ketika temannya itu tampak kecewa. Sedangkan pria yang satunya lagi ―Oh Sehun― terkekeh, mengejek Choi Minho lebih tepatnya.

"Kau akan cepat tua jika terlalu banyak minum." Bisik Oh Sehun tepat di depan telinga Minho, cukup keras sampai Myungsoo yang duduk di bagian depan kedua orang itu masih dapat mendengarnya.

"Lihat siapa yang bicara." Sindir Minho pada Sehun membuat Myungsoo yang menatap keduanya tertawa, "tapi kau lebih parah dariku." Ejek Sehun lagi seperti anak kecil, Myungsoo suka melihat kedua temannya itu berdebat seperti anak berusia tujuh tahun yang tidak ingin mengalah satu sama lain, walau kadang itu berhasil membuatnya emosi.

"Yak!" Minho sudah menarik kerah Sehun ketika dia berucap dengan marah tersebut, semakin kesal ketika Sehun memeletkan lidahnya tanda tidak takut sama sekali. "Hyung akan melarang kita datang ke club lagi jika kalian berdua sampai berkelahi." Myungsoo meraih gelas Sehun yang masih terisi, meneguk isi dari benda itu tanpa meminta izin pada pemiliknya terlebih dahulu. Sehun yang tidak sadar telah kehilangan gelas minum terakhirnya memasang wajah mengejek pada Minho, benar-benar tidak menangkap tindakan Myungsoo barusan.

"Kau benar." Sehun malah mengacungkan jempolnya pada Myungsoo, pria yang mendapatkan acungan jempol tersebut tersenyum kecil setelah menghabiskan minuman dari gelas Sehun. Minho melepaskan pegangannya pada kerah leher Sehun, membanting punggungnya pada kepala sofa lalu menghela napas. "Seketika aku mengantuk." Katanya tiba-tiba, telah menghilangkan nada marah yang sebelumnya.

"Kau benar, aku juga tiba-tiba mengantuk. Tempat ini begitu menenangkan." Sehun mengikuti pergerakan Minho, sama-sama menyandarkan punggungnya pada kepala sofa lalu memejamkan mata. Keduanya tampak menikmati tindakan mereka tersebut, menikmati musik berisik yang menggema di seluruh penjuru ruangan tersebut. Myungsoo tersenyum kecil melihat kedua temannya tersebut yang selalu berakhir demikian walaupun telah berdebat panjang setiap saat, dia melirik jam tangannya lalu berucap, "ayo pulang."

***

Myungsoo memarkirkan motornya ke dalam garasi, ada dua mobil di dalam garasi besar di rumahnya tersebut. Ia mencabut kunci dari tempatnya lalu melempar-lemparnya ke udara sembari berjalan masuk ke dalam rumah. Wajahnya mengeras dan matanya terlihat sayu, tampak jelas bahwa dia habis minum-minum serta mengantuk disaat yang bersamaan.

Ia merogoh saku, lalu mengeluarkan kunci rumah. Memasukkannya ke dalam lubang kunci dan memutarnya kemudian. Pintu tersebut terbuka ketika dia memutar kenopnya dan ia bergegas masuk, rumah yang ia masuki sekarang ini sangat besar. Ketika ia akan menaiki tangga menuju lantai dua ―tempat di mana kamarnya berada― langkah kakinya terhenti ketika mendengar suara yang berasal dari dapur.

Pria itu memutar arah menuju dapur, penasaran dengan penyebab timbulnya suara tersebut.

"Suzy," panggilnya yakin, ia kenal betul dengan postur tubuh wanita yang sedang berada di dapur rumahnya tersebut.

"Oh," wanita yang sedang berdiri di depan kulkas itu terkejut. Ia kemudian berbalik dan melihat orang yang memanggil namanya, "Myungsoo." katanya pelan..

"Kau sudah pulang rupanya," sambungnya lagi sembari melihat pria itu.

"Ya, aku sudah pulang. Kalau begitu aku naik dulu." Myungsoo berujar dengan kaku. Ia menggengam erat kunci motornya di tangan kanan lalu berbalik. Berjalan cepat menuju tangga membuat Suzy yang ingin berucap sesuatu kembali menelan ludah. Tak jadi mengatakan apapun.

***

Suzy memutar kenop pintu kamar, "Myungsoo," panggilnya dengan pelan di depan pintu, "kau sudah tidur?" tanyanya lagi ketika ia menangkap tubuh Myungsoo yang berbaring di atas ranjang.

"Belum." pria itu memberi respon, Suzy sedikit mendekat dan memegang bibir pintu, "apa kau sudah makan?" tanyanya lagi, masih dengan suara pelan. Sekarang sudah larut malam, jadi ia memutuskan untuk berbicara dengan pelan saja.

Myungsoo bangkit dari ranjang ―duduk di tepiannya, "aku belum makan," jawab pria itu dengan rambut kusut. Baju dan celananya masih sama dengan baju dan celana yang ia gunakan saat bertemu dengan Suzy di dapur tadi.

"Apa kau mau makan? Aku akan menghangatkan makanannya jika kau mau." Myungsoo menatap lekat Suzy yang berbicara dengannya dari jarak yang cukup jauh. Dia yang ada di tepian ranjang dan Suzy yang berada di bibir pintu. Wajah wanita itu tampak seperti orang yang terbangun dari tidur, Myungsoo yakin wanita itu sudah sempat tidur sebelum bertemu dengannya di depan kulkas beberapa menit yang lalu. Meskipun begitu, wanita itu tetap tampak sangat cantik.

"Apa tidak apa-apa?" pria itu bertanya dan Suzy mengangguk, masih dengan wajah yang datar. Myungsoo tetap tersenyum walaupun dia tahu bahwa Suzy tidak akan membalas senyumnya. "Kalau begitu, tolong hangatkan untukku. Aku akan turun sebentar lagi setelah menganti pakaian."

Suzy mengangguk masih dengan ekspresi yang sama, tapi ketika pintu akan tertutup sempurna, wanita itu kembali membukanya membuat Myungsoo yang berjalan menuju lemari bajunya memalingkan wajah, "apa kau minum-minum lagi tadi?" Myungsoo menelan salivanya pelan ketika mendengar pertanyaan Suzy.

Dengan sedikit enggan ia mengangguk, "ya. Hanya sedikit." balasnya, tentu saja berbohong. Karena dia tidak minum hanya sedikit, walaupun tidak terlalu banyak juga.

"Jangan sampai ibu dan ayah mengetahuinya, kau akan dimarahi lagi nanti." Setelah mengatakan itu, Suzy benar-benar menutup pintunya. Dalam diam, Myungsoo menghela napas. Tubuhnya cukup lelah dan ia tidak lapar, ia sudah makan dan alkohol juga telah membuatnya kenyang. Tapi walaupun begitu, ia tetap menyuruh Suzy untuk menghangatkan makanan, karena ia tahu, bahwa wanita itu akan melayaninya dengan baik. Mulai dari menyusun meja sampai menunggunya selesai makan.

Walaupun harus makan berulang kali, Myungsoo rela. Asalkan Suzy menemaninya, asalkan dia dapat melihat wajah wanita itu sedikit lebih lama.


Bersambung...

Love Me, Please [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang