"Aku tidak ingin jatuh cinta lagi, terutama padamu. Bagiku, kamu itu seperti halusinasi, yang hanya datang dan pergi sesuka hati tanpa permisi."
***
Hari ini, untuk yang ke sekian kalinya, cewek pemilik rambut lurus sepunggung itu menarik napas panjang dan mengembuskannya secara perlahan sambil mengelus dada. Berulang kali ia melakukan hal itu, terus-terusan membuat dirinya tetap dalam kondisi tenang dan sabar, padahal hasrat terbesarnya saat ini adalah mencabik-cabik wajah menyebalkan seseorang.
"Kesabaran akan berbuah manis, tenang ... Valencia. Lo enggak boleh kasar dan jadi cewek barbar, kali ini lo harus maen alus," ucapnya pada diri sendiri.
Merapikan tatanan rambutnya, cewek pemilik nama lengkap Valencia Zevannia itu juga menyungingkan senyumnya yang paling cantik. Ia menjulurkan lehernya di balik tembok ruang kesenian untuk melihat ke koridor, didapatinya seorang cowok berwajah dingin dengan sorot mata tajam sedang berjalan dengan langkah-langkah panjang. Senyum Valencia semakin melebar, tiba-tiba ia langsung melompat ke hadapan cowok itu dengan ceria, tentu saja kemunculan Valencia yang seperti itu berhasil membuat cowok pemilik sorot mata tajam itu tersentak kaget.
"Lo!"
Valencia tersenyum manis. "Hello, Nata!" sapanya dengan ceria.
Cowok pemilik sorot mata tajam yang dipanggil Nata oleh Valencia itu mengertakan gigi menahan kesal, akhir-akhir ini ia benar-benar dibuat jengkel setengah mati oleh kehadiran Valencia yang tiba-tiba di hidupnya. Tidak ada angin tidak ada hujan, cewek gila bernama Valencia itu tiba-tiba saja jadi sering merecokinya dan terus mengganggunya.
"Minggir!" ujar Nata dingin dengan raut wajah tidak senang pada Valencia. Bukannya takut atau merasa terintimidasi oleh tatapan tajam Nata, Valencia yang menurut Nata seperti serangga penganggu itu malah semakin melebarkan senyumnya dan menghalangi jalan Nata.
"Nomor HP dulu dong, Nata."
Nata lagi-lagi menggertakan gigi, ia sangat kesal dengan tingkah cewek di hadapannya ini. Ia tidak menyangka, rupanya cewek bernama Valencia—yang merupakan teman satu angkatan dengannya ini—memiliki watak keras kepala yang menyebalkan. Selama ini, yang ia lihat, Valencia Zevannia adalah sosok cewek cuek yang tergolong santai. Rupanya, sifat asli yang dimiliki cewek bernama Valencia ini sangat rusuh dan menganggu.
"Gue bilang minggir!" ucap Nata lagi dengan nada tidak senang, tapi Valencia seolah tuli dan terus tersenyum pada Nata layaknya idiot sejati.
"Nomor HP dulu," pinta Valencia lagi masih kukuh.
Nata berdecak, ia tidak mau lebih lama meladeni Valencia dan membuat kesabarannya hilang. Ia mendorong Valencia agar gadis itu menyingkir dari hadapannya, dorongan itu tidak terlalu kuat dan kasar, tapi cukup untuk membuat cewek rusuh bernama Valencia itu menyingkir dari hadapannya.
"Ih, Nata!" teriak Valencia kesal saat Nata dengan mudah mendorongnya lalu melangkah begitu saja meninggalkan Valencia.
Mendengus kesal, Valencia sedikit berlari menyusul langkah-langkah panjang Nata. Ia mengekori cowok jangkung itu di belakangnya sambil mengepalkan tangan dan memeletkan lidah untuk meledek Nata.
"Jangan ikutin gue!" ketus Nata.
Valencia memutar bola mata malas, ekspresinya yang masam karena kesal ia ubah lagi menjadi ceria sambil berpindah ke sisi Nata.
"Lo mau ke mana sih emangnya? Kantin yuk, makan."
"Berisik!"
"Gitu banget sih, Nata. Masa lo enggak mau sih makan sama gue di kantin?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Hello and Goodbye
Teen Fiction[COMPLETED] Penyesalan tidak pernah muncul di awal. Ini hanya kisah singkatku dengan dia. Dia yang dingin dan aku yang hangat. Dia yang menjauh dan aku yang mendekat. Awalnya aku kira semua ini hanya permainan yang mereka ciptakan untukku, tetapi ti...