Hai! Makasih yang sudah membaca sampai di sini. Kalau kalian sudah sampai di part ini, itu artinya kalian sudah berada di akhir cerita.
Karena ini part terakhir, boleh ya tolong minta vomment-nya. Komen dong yang panjang-panjang tanggapan kalian mengenai cerita ini.
Btw, cerita ini belum di-edit rapi ya, masih ala kadarnya wkwk.
Selamat membaca😊
***
"Saat 'Hello' menjadi awal pertemuan. Maka 'Goodbye' tidak selamanya akan menjadi awal perpisahan. Namun, untuk saat ini, hal itu benar adanya."
***
Bel pertanda pulang sudah berbunyi sekitar 25 menit yang lalu, tetapi Valencia belum juga berniat untuk segera meninggalkan pekarangan sekolah. Saat ini, dia sedang bersandar di salah satu tiang yang ada di koridor. Kegelisahan terlihat jelas di air muka cewek itu.
"Nata mana, sih?"
Beberapa kali cewek itu mengedarkan pandangan ke penjuru sekolah yang masih dapat dicapai oleh indra penglihatannya. Valencia sedang menunggu seseorang, yaitu Nata. Kegelisahan semakin menyelimutinya, Valencia tidak berhenti melirik ke arah jam yang melingkari tangannya. Waktu terus berjalan.
Kedua sudut bibir cewek itu seketika tertarik ke atas saat matanya mendapati Nata yang berjalan dari arah kiri koridor. Jantungnya tiba-tiba berdebar kencang, kegugupan datang menghampirinya. Namun, Valencia mencoba tepis semua kegundahannya. Dia menegakkan tubuhnya, Valencia siap untuk menghadang Nata yang seolah-olah tidak melihat keberadaan cewek itu di sana.
"Nata, please!"
Valencia terus mencoba bujuk Nata untuk mau berhenti sejenak. Tapi, Nata tidak merespons apa-apa. Hal itu cukup membuat Valencia jadi kesal. Tidak ada pilihan lain, Valencia menarik lengan cowok itu dengan kasar. Nata berhenti melangkah. Keduanya terdiam sejenak, sebelum akhirnya Valencia mengalah dan memulai pembicaraan.
"Gue tau lo kecewa banget sama gue."
Nata terdiam. Cowok itu tidak ada niatan sama sekali untuk menanggapi.
"Oke, gue nggak akan ngejelasin apa-apa." Valencia menatap wajah dingin cowok di depannya itu dengan serius. Valencia melepaskan cengkramannya pada lengan Nata, lalu ia mengulurkan sebuah kertas putih yang terlipat berbentuk persegi panjang ke hadapan cowok itu. "Kalau penjelasan gue nggak berarti lagi buat lo, gue harap apa yang udah gue tulis di surat ini bisa mewakili gue buat ngejelasin semuanya ke lo."
Tanpa ragu, Nata menerima surat itu. Valencia merasakan sesuatu yang retak dalam hatinya. Bagaimana tidak? Sikap beku yang sempat dicairkan dengan cara-cara konyolnya terhadap cowok itu, kini kembali seperti sedia kala. Dingin dan beku seperti saat di hari pertama Valencia memulai semua misi absurd-nya.
"Oke," jawab Nata singkat. Tanpa berkata sepatah kata lagi, Nata berlalu pergi.
Di tempatnya, Valencia terpaku memandangi punggung Nata yang semakin menjauh dan akhirnya menghilang dari jangkauan penglihatannya. Valencia menyesali perihal menjauhnya Nata dari dia. Namun, di sisi lain, Valencia tidak bisa berbohong bahwa ada seseorang yang lebih harus untuk dipertahankannya.
***
Valencia memandangi wajah seorang wanita paruh baya yang sedang terbaring di depannya. Alat-alat rumah sakit terpasang di beberapa bagian tubuhnya. Valencia benar-benar teriris melihat itu, ingin sekali dia mengulang masa-masa dulu, kala wanita yang sedang lemah itu masih menghangatkannya dengan senyum.
KAMU SEDANG MEMBACA
Between Hello and Goodbye
Teen Fiction[COMPLETED] Penyesalan tidak pernah muncul di awal. Ini hanya kisah singkatku dengan dia. Dia yang dingin dan aku yang hangat. Dia yang menjauh dan aku yang mendekat. Awalnya aku kira semua ini hanya permainan yang mereka ciptakan untukku, tetapi ti...