BhaG 5: Revealed

198 28 13
                                    

"Aku memang bodoh! Tak seharusnya aku mengikuti arus yang aku ciptakan sendiri. Sekarang lihatlah, aku benar-benar sakit, baik di luar maupun dalam."

kiikii-

***

"Nat, ke kantin bareng yuk?" ajak Karin tepat setelah bel tanda istirahat berbunyi nyaring.

Gadis itu berdiri di samping meja Nata sambil menunggu respon dari cowok yang kini masih sibuk menyalin pelajaran Matematika dari Pak Mario. Jari-jemari mulus Karin mengetuk-ketuk meja Nata, berusaha sebisa mungkin menarik perhatian Nata.

Dia tak peduli jika Nata kini sudah menjadi milik Valencia. Toh, sebelum janur kuning melengkung Nata masih sah milik orang tuanya. Lagipula Karin juga tahu jika hubungan Nata dan Valencia itu didasari oleh kebohongan, bukan ketulusan.

"Nata! Lo dengar gue gak sih?" tanya Karin lagi.

Kekesalan terlihat jelas dari nada bicaranya yang sedikit lebih tinggi. Namun, reaksi Nata tetap sama—tak merespon ucapan Karin.

"Nata!!!" tukas Karin untuk kesekian kalinya seraya menggoyang-goyang lengan Nata yang sibuk menulis.

Nata mendengus kesal. Dia meletakkan—setengah membanting—bolpoinnya. Dia memutar bola mata, menatap Karin sekilas. Dilihatnya gadis itu tersenyum sumringah. Kemudian Nata kembali menulis.

"Kok gitu doang reaksi lo? Jawab kek!" desak Karin.

"Gak, gue gak ada waktu buat makan bareng lo!" jawab Nata sembari merapikan barangnya di atas meja.

Setelah selesai mengemasi barang-barangnya, dia beranjak pergi meninggalkan Karin tanpa mengucapkan sepatah katapun. Akan tetapi, sebelum Nata benar-benar menghilang di balik pintu, dia sempat melirik Karin yang masih berdiri mematung di tempat yang sama.

Di lain sisi, Karin mendumal sebal. Apa yang salah dengan dirinya? Kenapa Nata masih bersikap dingin padanya? Kalah cantik? Tentu saja tidak, bahkan kecantikannya melebihi Valencia. Namun, kenapa Nata justu jadian dengan Valencia dan menolak cintanya?

"Ini tidak adil!" geram Karin. Dia menggebrak meja Nata, hingga menyebabkan teman-temannya—yang masih di dalam kelas—menatap ke arah Karin dengan tatapan penuh tanda tanya. Karin memutar tubuhnya.

"Apa kalian liat-liat? Dasar gak punya kerjaan!" sinis Karin lalu memutuskan untuk meninggalkan kelas.

Ternyata diam-diam dia pergi ke arah kepergian Nata tadi. Tak butuh waktu lama, dia telah menemukan Nata tengah berdiri—setengah bersandar—di ambang pintu kelas milik Valencia.

"Ngapain sih dia ke sana?" tanya Karin pada diri sendiri sambil mengendap dan membaur di lorong sekolahan yang kebetulan banyak murid berlalu-lalang.

Dari kejauhan, dia melihat Valencia mendekati Nata. Valencia tampak malu-malu kucing di hadapan Nata, berbeda dengan Nata yang menyembunyikan rasa senangnya di balik sikap cuek.

"Iya, sekarang lo bisa seneng, liat aja nanti! Lo bakalan nangis-nangis kejer!" gumam Karin, sebelum dia berbalik arah meninggalkan dua sejoli yang baru jadian beberapa hari ini. Dia benar-benar muak melihat sikap kecentilan Valencia pada Nata!

***

Sementara itu, Valencia masih bingung dengan kedatangan Nata di kelasnya. Kalau dipikir-pikir, sikap Nata hari ini memang jauh berbeda—meski masih suka bicara seadanya. Dimulai dari tadi pagi dia menjemputnya di rumah, lalu sekarang cowok itu malah menghampiri ke kelasnya.

Between Hello and GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang