"Ahhhh...Seorang kakek tua yang beruban, berjenggot tebal dan membawa tongkat!!!!" Aku berteriak sangat keras hingga menggema.
Semua mata tertuju pada diriku.
Kelar sudah hidupku, pupus semua harapanku.
<( ̄︶ ̄)> []~( ̄▽ ̄)~* ( ̄﹏ ̄) ( ̄ˇ ̄)
"Ada apa Lea-chan?! " ucap Zen dengan nada khawatir dan bingung.
"Si-- siapa kakek-kakek tua itu? " bisik ku pada zen yang masih berada di sebelahku.
"Beliau adalah kakek anda, namanya Sebastian-sama. Ia ingin melihat pertunangan anda secara langsung" jawab Zen.
Setelah Zen berkata seperti itu aku merasa sangat bersyukur
"Azalea kenapa kamu berteriak seperti itu? " Ibu pun menghampiri diriku untuk memastikan diriku baik-baik saja.
"Ti--tidak ada apa-apa Ibu, aku hanya sedikit kaget " Aku menggeleng dan bingung ingin berkata apa.
Kenapa aku selalu ceroboh, bagaimana jika kakek tua itu marah dengan perlakuanku tadi. Aku menundukkan kepala karena malu dan tidak berani menatap kakek tua itu.
"Apa kepalamu masih terasa sakit?" raut wajah Ibu terlihat cemas.
"Ini lebih baik dari pada tadi kok, Bu" Aku menjawab sambil tersenyum dan masih tertunduk.
"Saya akan keluar. Silahkan menikmati waktu anda Hi-maksud saya Lea-chan" Zen pun keluar meninggalkan aku bersama orang asing ini.
Agrh..aku tidak bisa membayangkan berada di situasi seperti ini.
"Azalea... kemarilah, ucapkanlah salam yang sopan kepada kakek" ucap Ayah memperingatiku, ia sedang duduk di samping kakek tua sambil menyesap teh hijau.
Akhirnya aku memberanikan diri untuk menatap kakek tua itu dan menghampiri meja makan yang terlihat mewah.
Astaga!! Kenapa kakek tua itu melihatku dengan tatapan sinis.. sungguh menyeramkan, beruntung dia bukan calon suamiku.
Apa yang harus aku lakukan.
Mungkin jika sifatku berubah dunia ini akan kiamat.
"Maafkan aku Kek," kataku secara spontan.
Sikut ibu tiba-tiba menyentuh ke tubuhku dan berbisik "kamu harus meminta maaf dengan benar kepada kakek atau dia akan menghukummu"
"Benarkah?!" lagi-lagi aku berteriak.. kenapa sifat burukku tidak bisa hilang.
Aku harus gimana ya Tuhan!! Dulu nenek selalu mengajarkanku tata krama yang baik tapi aku selalu tidak mempedulikan itu. Ini pasti karma.
"Ehemm... kenapa kamu jadi terlihat sedikit aneh? terakhir aku bertemu denganmu tidak seperti ini. Atau jangan-jangan karena lelaki miskin yang sudah tiada itu?" ucap kakek tua itu dengan suara berat.
Dan aku tidak mengerti apa yang diucapkannya. Siapa lelaki miskin itu? dan apa maksudnya sudah tiada. Apa dia kekasih Putri Azalea... batinku bertanya-tanya.
"Ma, maaf atas ketidaksopanan saya tadi. Saya hanya terkejut karena sudah lama tidak bertemu dengan kakek. Sepertinya jenggot kakek bertambah panjang dan kerutan diwajah kakek terlihat sangat jelas"
Omg.. Apa yang barusan kukatakan! Bagaimana jika dia marah karena aku menyinggung tentang fisiknya. Dan aku tidak menjawab pertanyaan tentang lelaki itu.
"Apa benar wajahku sudah berkeriput? " ucapnya dengan terkejut seakan selama ini ia tidak menyadari dirinya sudah tua.
"Sepertinya aku harus melakukan perawatan untuk wajahku dan mencukur jenggot ini agar terlihat lebih muda" lanjutnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hope & Light
FantasyApa kalian percaya dunia paralel? Apakah masih ada harapan dan cahaya bagiku? Sepertinya 'Tidak' Argh! kenapa aku bisa terjebak di dunia absurd ini. Mungkin ini karma karena aku sering membantah nenek (╥_╥) Siapa saja tolong aku. Aku tidak ingin...