Lost Memories

17 6 3
                                    

Author pov

Cahaya mulai menyinari ruangan sang gadis yang sedang tertidur dengan lelap. Di samping kanannya terlihat seorang wanita paruh baya, matanya terlihat sembab dan di sebelah kiri gadis itu ada seorang pria tampan yang selalu berada di sisi sang gadis,  raut wajahnya menampakkan kekhawatir. Karena waktu telah berlalu dan gadis itu belum sadar hingga saat ini.

Beberapa saat kemudian sebuah keajaiban datang. Sang gadis terbangun dari tidur lepapnya. Membuat kedua orang yang sedang menjaganya kaget.

"Kau sudah bangun" lelaki itu terkejut karena pada akhirnya sang gadis terbangun dari koma nya.

"Akhirnya kamu sudah sadar sayang, maafkan nenek ya" nenek itu segera memeluk sang gadis dan tangis air mata mulai bercucuran dari mata sang nenek.

"Aku berada dimana sekarang? " Ia bertanya sambil memegang kepalanya yang berbalutkan perban dan mengedarkan pandangan ke sekelilingnya.

"Kamu sedang berada di rumah sakit, Erina" jawab lelaki itu kepada sang gadis yang bernama Erina dengan penuh perhatian.

"Ru--rumah sakit? " Ia terlihat sangat bingung.

"Iya ini Rumah Sakit Takanahara"
Kata Reza.

"Nenek akan memanggil dokter, Reza tolong jaga Erina sebentar ya" Itulah yang dikatakan sang nenek kepada lelaki yang bernama Reza dan meninggalkan mereka berdua di dalam ruangan.

"Kamu siapa? " ucap Erina.

"Aku Reza teman masa kecilmu, dari TK hingga SMA kita selalu satu sekolah. Apa kamu melupakan itu? " Reza terlihat sangat terpukul melihat sang wanita kesayangannya melupakan dirinya.

Erina mencoba untuk mengingat apa saja yang sudah dialaminya, tetapi terlalu sulit baginya.

"Em-tidak usah memaksakan dirimu"

Beberapa saat kemudian terdengar suara pintu terbuka terlihat seorang dokter datang untuk memeriksa keadaan erina.

"Terjadi benturan di kepala akibat kecelakaan saat itu dan ia sedikit mengalami depresi serta trauma sehingga membuat gangguan pada otak yang berakibat kehilangan ingatan untuk sementara" Dokter menjelaskan secara panjang lebar.

"Depresi dan trauma? " kata Reza yang membuat dirinya sedikit bingung.

"Pasti ingatannya akan kembali kan dok? " tanya sang nenek dengan wajah cemas.

"Iya, untuk sementara ini lebih baik kalian tidak membebankan pikiran yang berat padanya karena itu akan mengganggu proses pemulihannya"

"Baiklah dokter, saya akan merawat dan menjaga Erina dengan baik" ucap nenek yang merasa bersyukur karena cucu satu-satunya telah bangun dari koma akibat kecelakaan yang terjadi sekitar dua bulan lalu.

"Pasien sudah diperbolehkan pulang setelah pemulihan selama lima hari karena tidak ada luka fisik yang serius, kalau begitu saya permisi" jelas dokter kepada mereka.

" Lebih baik nenek pulang saja untuk istirahat, nenek juga harus menjaga kesehatan bukan. Biar aku yang menjaga Erina" saran Reza kepada nenek yang sudah dia anggap sebagai keluarganya karena kondisi nenek yang sudah semakin melemah.

"Ya sudah nenek pulang ya, besok nenek akan datang menjengukmu"

"Hati-hati di jalan, nek" kata Reza.

Perasaan sang nenek mulai tidak enak, ia merasa seperti kejadian dahulu yang dialami oleh anaknya Erika terulang. Tetapi ia berusaha berpikir positif dan melangkah meninggalkan rumah sakit.

<( ̄︶ ̄)> []~( ̄▽ ̄)~* ( ̄﹏ ̄) ( ̄ˇ ̄)


Lima hari kemudian

"Apa kepalamu masih terasa sakit?" Reza mencoba memastikan bahwa erina sudah sehat dan bisa kembali ke rumah.

"Sepertinya sekarang sudah lebih baik," Ia berkata dengan wajah datar dan mencoba untuk berjalan sendiri.

pakaian pun sudah berganti dengan pakaian sehari-harinya.

"Syukurlah kalau kamu merasa seperti itu, jadi aku tidak perlu khawatir"

"Tetapi baju ini terlihat aneh karena warnanya yang terlalu kontras" kata erina dengan melihat penampilannya sendiri dari bawah hingga atas.

"Tunggu,,aneh darimana!? Itu aku beli mahal hanya untuk hadiah ulang tahunmu tahu" lanjut reza terlihat sedikit kesal.

Dan seketika ia merasa sedikit canggung karena sifat erina yang berkebalikan dari biasanya, tapi mungkin itu karena efek amnesia-nya. "Maafkan aku, kamu duduk saja di situ dulu. Aku akan membereskan pakaianmu.

Reza terlihat sibuk untuk membereskan barang-barang erina yang berada di rumah sakit ke dalam tas.

"Yosh... Sudah selesai, ayo kita pulang"

"Kita mau pulang kemana?" dengan wajah polosnya bertanya.

"Ya pulang ke rumah nenek"

"Naik kuda atau berjalan kaki? " perkataan yang terlontar dari mulut erina membuat reza ingin tertawa karena ia terlihat seperti orang bodoh.

"Hahah... Kamu ini ada-ada saja, sekarang sudah memasuki abad 20 mana mungkin ada kendaraan berkuda, kamu kebanyakan menonton drama klasik ya. Yang jelas kita akan naik mobil dan sepertinya nenek sedang banyak urusan jadi aku yang akan membantu kepulanganmu"

"Ayo ikuti aku dan jalan pelan-pelan saja" ucap reza sambil mengelus kepala erina.

"Baiklah" katanya.

Gadis yang dipanggil erina menuruti perkataan reza dan segera meninggalkan ruangan tersebut.

<( ̄︶ ̄)> []~( ̄▽ ̄)~* ( ̄﹏ ̄) ( ̄ˇ ̄)

Di rumah

Sesampainya di rumah, reza bergegas merapihkan barang bawaan erina.

"Dimana letak kamarku? " tanyanya.

"kamarmu berada di lantai dua pojok kanan"

Rumah ini hanya terdiri dari dua lantai dan terlihat minimalis tetapi semua barang tersusun sangat rapih.

"Bolehkah aku masuk ke kamar itu? "

"Ternyata sifatmu lucu juga ya kalau tidak ingat seperti ini" Reza terkekeh dengan kelakuan erina yang berubah drastis.

"Tentu saja kau boleh kesana, kan itu kamarmu sendiri"

Lalu erina berjalan ke atas perlahan menyusuri kamarnya, di depan pintu terdapat sebuah kertas hiasan yang bertuliskan "Erina love Prince". Tanpa memperdulikan itu ia membuka pintu .

Disana terpajang sebuah foto keluarga yang terdiri dari lima orang, ia segera mengambilnya dan melihat dengan serius.

Tiba-tiba kepalanya terasa sakit.

Dan banyak potongan ingatan yang terlupakan mulai masuk ke dalam pikirannya, ia pun terjatuh di lantai.

Tbc....

Selamat malam minna 😘 hari ini usagi bakal up tiga part khusus untuk kalian yang sudah lama menunggu cerita usagi ✨ Mohon dukungannya^^ dan jgn lupa vote ya heheh 😁 

Hope & Light Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang