18: Aftermath

356 70 20
                                    

RISA kehilangan Hana. Dia terlalu fokus memperhatikan Rama yang berhasil finish pertama. Tanpa disadarinya, situasi di bawah mendadak kacau. Dia melihat Hana sudah berada di antara keramaian. Seseorang pingsan?  Risa tidak sempat memastikan kehebohan apa yang sedang terjadi karena tiba-tiba smartphone-nya bergetar. Sebuah pesan masuk di LINE.

Ramadhan Putra

Bisa kita bertemu di lapangan atap? 

Sekarang

Rama menunggunya seorang diri di tengah lapangan atap. Jantung Risa berdegup kencang karena mereka hanya berduaan di tempat sesepi ini. "Gomen," ujar Rama. Dia tidak berhenti menggunakan kosakata bahasa Jepang hanya untuk membuat Risa terkesan walaupun terdengar sangat tidak cocok dengannya. "Tadi sebelum lari kelepasan."

Risa tak tahu bagaimana harus menanggapinya. Ya malulah, walau ya... senang juga sih... Bibirnya mengulas senyum tipis. "Omedettou! Selamat jadi juara. Ternyata memang kakak larinya cepat banget ha ha ha..."  

Rama tertawa. "Aaah ya, ini buat Risa!" Rama mengeluarkan sesuatu dari balik punggungnya. Dua tangkai mawar merah dan putih. Gadis itu kehilangan kata-kata ketika melihatnya. "...tapi Risa cuma boleh pilih satu. Caranya jawab pertanyaan dulu."

Nani?! Apaan nih?

"Jawabannya hanya 'ya' atau 'tidak'. Kalau 'ya' kamu pilih mawar putih. Kalau 'tidak' kamu pilih mawar merah. Pertanyaannya...," Rama menarik napas dalam-dalam dan menghembuskannya perlahan, "...kamu mau nggak... jadi pacar aku?"

"Hah!" Risa tersentak sampai nyaris jatuh. 

"Aku suka kamu."

Risa menutup mulut dengan kedua tangannya. Dia tidak mengira kata-kata itu yang akan keluar. Perlahan matanya mulai berkaca-kaca. Geranat-geranat kecil berisi perasaan yang lama disembunyikan meledak-ledak di hatinya. Nggak mungkin, nggak mungkin! Dia cuma menganggapku adik kan?

Rama mengambil langkah mendekat, tapi Risa mengulurkan satu tangan untuk menahannya. Dia berusaha untuk bicara, tapi suaranya tercekat. Jari telunjuknya mengacung memberi tanda tunggu. Ini menggembirakan..., tapi aku butuh waktu.

***

RAMA tahu semua terjadi sangat cepat hari ini. Dia nyaris kalah, tetapi semesta seperti mendukungnya ketika Caro tiba-tiba sempoyongan dan jatuh. Dia ingin menolong juniornya itu, tapi semua orang sudah berhambur ke arah Caro. Bahkan Karina memanggil Tim P3K untuk segera membawanya ke UKS. Orang-orang bahkan lupa untuk memberikan selamat pada Rama yang berhasil finish sebagai juara pertama. Tiba-tiba kemenangan itu menjadi sesuatu yang tak berarti karena kejadian ini.

Namun Rama tak ingin terlarut dalam rasa kecewa. Tujuan kemenangannya hari ini adalah untuk hal lain yang sudah dia persiapkan sepanjang hari. Maka dia segera berlari ke kelas dan mengambil dua tangkai mawar yang disembunyikannya dalam tas seharian. Dia akan menghadap Risa dan mengatakan yang sejujurnya. Jangan pernah menyia-nyiakan hari yang penuh keberuntungan

Pada siang yang cukup terik itu, Rama mengatakannya dengan lepas.

"Aku suka kamu..." 

Mereka terdiam untuk waktu yang lama. Risa memandang dua tangkai mawar di tangan Rama dengan mata berkaca-kaca yang tak kunjung tumpah. Rama mengulurkan kedua tangannya lagi ke hadapan Risa, mawar putih di kanan dan mawar merah di kiri. Apa dia butuh waktu?

O! Caro MioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang