[KATA KITA] 3 Kesulitan Utama dalam Belajar

39 8 0
                                    

SMA Persada Raya merilis perolehan nilai rata-rata rapor 83,8 pada Semester I tahun ajaran 2018/2019. Nilai ini menurun 1,3 poin dari periode yang sama pada tahun ajaran 2017/2018.

"Nilai ini sebenarnya masih lebih tinggi dibanding tahun ajar 2015/2016 dan 2016/2017. Sedikit penurunan itu wajar. Apalagi jika melihat per angkatan sebenarnya nilai rata-rata terendah itu terjadi di kelas X yang mana masih beradaptasi dengan cara belajar di SMA yang pasti berbeda dengan di SMP. Kelas XI dan XII cenderung stabil dibandingkan dengan angkatan tahun lalu, dan ada sedikit pertumbuhan untuk kelas XI bila dibandingkan dengan rata-rata ketika mereka di kelas X pada tahun ajaran sebelumnya," ujar Kepala Sekolah SMA Persada Raya, Ibu Darmayanti, S.Pd., M.Pd.

Meskipun penurunan ini wajar, riset redaksi kami mengenai Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) Semester I tahun ajaran 2018/2019 menemukan 75% siswa mengalami kesulitan dalam pembelajaran dan mempertahankan prestasinya di sekolah. Alasannya beragam, tetapi bisa dikelompokkan dalam tiga kategori yang kami harap dapat menjadi referensi pihak sekolah untuk menciptakan program KBM dan Kesiswaan yang sesuai dengan kondisi para murid.

1. Tidak punya metode belajar untuk memahami mata pelajaran tertentu

Matematika, Fisika, Kimia, Geografi, dan Sejarah menjadi lima pelajaran yang dianggap paling sulit oleh murid Persada Raya. Butuh metode belajar selain menghafal, contoh sehari-hari yang mudah ditemui, dan pendalaman konteks dari materi yang disampaikan.

2. Distraksi Emosi

Putus cinta atau patah hati, idola bermasalah atau pergi wajib militer, bertengkar dengan pacar atau teman, dan permasalahan sejenis yang menyebabkan emosi kecewa, sedih, dan marah tidak bisa dianggap remeh karena akan memengaruhi konsentrasi dalam proses pembelajaran serta interaksi dengan individu lain di sekitar, di lain sisi juga menurunkan motivasi. Belum lagi, beberapa murid juga tidak luput dari masalah kesehatan mental dan penyakit kejiwaan. Sekolah dan para guru diharapkan bisa lebih perhatian dan empati terhadap kondisi psikologis para murid dan jika memungkinkan bekerja sama dengan orangtua/wali murid menjadi fasilitator untuk membantu murid mencari bantuan profesional.

3. Lingkungan yang tidak mendukung

Selain kondisi internal dari masing-masing individu, kondisi eksternal juga berdampak pada proses belajar. Kondisi-kondisi tersebut antara lain rumah yang tidak kondusif karena anggota keluarga yang bertengkar dan adanya prioritas untuk bekerja sehingga tidak ada waktu untuk belajar selain di sekolah dan sering kali kelelahan. Kami menemukan juga masalah perisakan dan pengasingan sesama murid yang membuat sekolah menjadi tempat yang tidak aman dan nyaman. Untuk menyikapi masalah pada kategori ini, tidak hanya guru yang harus lebih empati dan perhatian, tetapi sesama murid juga diharapkan lebih peka dengan keadaan temannya. Terutama untuk menangani perisakan dan pengasingan, sekolah perlu membuat program dan rencana aksi untuk melindungi para murid.

O! Caro MioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang